Sebab

4.6K 331 12
                                    

"Kak Kumala?!"

Varsha menatap tak percaya gadis yang ada di depannya itu. Ia perlu banyak penjelasan, dirinya masih belum bisa menerima kalau ternyata Kumala yang sudah mengganggunya selama ini.

Kumala tersenyum sinis, "Jangan panggil saya dengan mulut kotormu itu! Sudah cukup selama ini saya berbuat baik kepada kamu."

"Maksud Kak Kumala apa? Kak Kumala bukannya masih di Surabaya? Kok bisa ada di sini? Please, bilang ke Sasha kalau Kak Kumala ke sini mau nolongin Sasha." Mohon Varsha dengan sungguh-sungguh.

Kumala tertawa sumbang, "Heh. Jangan mimpi saya akan nolongin kamu! Bertahun-tahun saya sudah menahan diri untuk tidak menyakiti kamu. Tapi apa! Kamu dengan seenaknya merebut segala sesuatu yang saya punya."

"Asal kamu tahu, sebenarnya Lyra dan Bi Lela sudah mengetahui siasat buruk saya. Tapi saya sengaja membuat teror itu seolah-olah Lyra yang sudah melakukannya. Saya mengancam mereka agar mereka tutup mulut kepada Ari dan kamu."

"Oh iya, sebenarnya saya juga nggak dipecat. Saya masih kerja di dunia model. Hanya saja, saya ingin mengambil salah satu aset Ari dengan pura-pura bekerja di kafenya."

"Tapi lama kelamaan, dendam saya semakin besar sama kamu. Membuat saya tidak sabar untuk menculik kamu, lalu mengancam Ari agar menyerahkan seluruh hartanya kepada saya. Ya meskipun belum sempat mengambil aset milik Ari sih."

Kumala kembali tertawa keras. Ia berjongkok di depan Varsha, mencengkram dagu gadis itu dengan kuat.

"Ah tapi nggak papa lah. Saya berhasil membawa kamu ke sini saja sudah bersyukur." Desis Kumala tepat di depan wajah Varsha. Membuat gadis itu benar-benar ketakutan dan tidak mengenali sosok di hadapannya.

Plak

"Tamparan untuk dendam saya kepada Ayah yang sudah menelantarkan saya gara-gara kamu!"

Plak

"Tamparan untuk Ibu kamu yang sudah berani masuk ke dalam kehidupan saya."

Plak

"Tamparan untuk kamu yang sudah merebut apa pun milik saya."

Kumala menghentikan tamparannya.

Varsha meringis kesakitan. Kedua pipinya memerah, sudut bibirnya mengeluarkan darah karena sobek. Air matanya luruh, bersamaan dengan darah yang menetes dari hidungnya. Gadis itu mengusap hidungnya kasar.

"Percuma kamu nangis, karena saya nggak akan luluh dengan air mata buaya kamu itu." Sarkas Kumala sembari menjambak rambut panjang Varsha hingga beberapa darinya terjatuh bebas di lantai.

"Oh, apa kamu mau bernasib sama seperti ayah sama ibu kamu? Mau saya racuni pakai obat tidur? Atau saya tabrakin langsung ke kendaraan yang lewat? Mau?!"

Varsha menggeleng lemah. "Jadi mereka meninggal gara-gara..."

"Iya. Memang saya yang sudah memberi obat tidur di minuman mereka dengan dosis yang berlebihan. Saya memberikannnya tepat sebelum mereka berangkat ke acara wisuda SMP kamu." Potong Kumala.

Varsha speechless. Tidak menyangka jika Kumala memiliki hati iblis yang selama ini tidak pernah ia bayangkan sedikitpun.

Varsha ingat betul. Bagaimana waktu itu Kumala menangis di hadapannya dengan mengatakan kalau orangtua mereka telah tiada. Tanpa tahu apa penyebabnya. Hingga Varsha yang masih memakai kebaya wisuda waktu itu ikut tersedu.

Sekarang, tidak ada yang bisa Varsha lakukan selain menangis. Dari sini ia bisa mengetahui jika Kumala memang memiliki dendam dengannya sudah lama. Ia yang sudah menyebabkan masa kecil Kumala tidak bahagia. Maka dari itu, sekarang Varsha harus rela diperlakukan kasar oleh Kumala. Sebagai bentuk penebusan kesalahannya.

Ariansyah✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang