Jadi

5.4K 370 10
                                    

Sudah tiga jam lamanya Varsha dan Ari berdiri untuk menyalami para tamu. Selama itu pula, Varsha tidak pernah mengeluh kepada Ari. Gadis gendut itu berusaha menikmati rentetan acara pada malam ini. Sampai-sampai tidak terasa jika ia telah menyalami sekitar 5.000 tamu undangan yang hadir.

Sudah Varsha katakan bahwa ia percaya dengan Ari. Bahkan dari seminggu yang lalu, gadis gendut itu sudah memutuskan jika wartawan dan beberapa teman Ari yang lain, boleh menghadiri acara pernikahannya. Ia sudah mulai terbuka dengan Ari sekarang. Ah tidak, lebih tepatnya berusaha terbuka.

Ari menatap puas ballroom hotel yang sudah dihias sedemikian rupa dengan nuansa putih dan tosca. Perpaduan warna kesukaannya dan Varsha. Beberapa spot foto yang telah mereka siapkan, ikut memenuhi sudut ruangan. Rangkaian bunga mawar putih berbentuk hati terpasang di sana, sebagai background salah satu spot foto yang laris menjadi rujukan para tamu undangan.

Backsound lagu 'marry your daughter' mengalun indah di sana. Mengiringi langkah para tamu yang sedang bergantian untuk bersalaman dengan kedua mempelai.

Sejauh ini tidak ada yang bermasalah dengan acara pernikahan mereka. Pun dengan wartawan yang masih meliput mereka. Ari menatap tangannya yang bertautan dengan tangan Varsha. Ia begitu bahagia malam ini, memiliki Varsha sepenuhnya. Dengan begitu ia bisa leluasa di sampingnya. Menemani dan menjaganya

"Kamu capek, Sha?" Tanya Ari. Gadis gendut itu beberapa kali mengusap peluh di dahinya. Sebenarnya ia tidak nyaman memakai high heels yang kemarin dipilih Kumala, meskipun tingginya hanya 5 cm.

Varsha memaksa senyumnya.

"Ke kamar aja yuk, Sha. Lagian juga udah nggak seramai tadi." Ajak Ari.

Lelaki itu melihat Kumala yang berjalan ke arah mereka sambil membawa nampan berisikan air mineral, yang mungkin akan diberikan kepada mereka.

"Eh Kakak ipar." Panggil Ari tidak sabar.

"Nih, minum. Ada apa panggil-panggil?" Ujar Kumala dengan berlagak ketus.

"Saya sama Sasha mau ke kamar. Udah capek dari tadi berdiri. Bilang sama Mama Papa, ya. Kita udah balik. Yuk, Sayang." Ari merangkul pinggang Varsha.

"Aduh iya-iya yang udah nikah. Jomblo mah bisa apa." Sinis Kumala menatap romantisme keduanya.

"Oooh... Kakak ipar juga mau kayak kita? Ada kok yang ngangur." Varsha mengernyit, menatap suaminya yang masih menggoda Kumala.

Kumala mencondongkan tubuhnya, "Serius? Siapa?"

"Tuh Fandi." Ucap Ari menunjuk seseorang yang tengah menikmati berbagai hidangan di sudut ruangan. Ia terbahak-bahak. Puas dengan wajah kecewa yang Kumala tunjukkan. Sedangkan Varsha, gadis gendut itu hanya diam menatap interaksi keduanya.

"Udah ya Kakak ipar. Kita ke kamar dulu. Capek. Mau istirahat. Ah iya, kalau jadi sama 'itu', nanti kabari ya. Babaai!" Masih dengan tertawa, Ari mengajak Varsha untuk meninggalkan Kumala yang menatapnya geram.

Mereka pun berjalan menuju kamar hotel yang tidak jauh dari ballroom. Sambil sesekali Ari mengajak Varsha berbincang santai, mencoba mengalirkan chemistry couple yang belum ada di diri Varsha. Terkadang gadis gendut itu tertawa menimpali gombalan receh dari Ari. Hingga tak terasa mereka sudah sampai di dalam kamar.

"Saya mau mandi dulu, Sha. Ah iya, tolong ambilkan baju tidur saya di koper ya." Ucap Ari dengan melepas dasi, kaos kaki dan jasnya.

Lelaki itu melihat Varsha yang tengah mengangguk dan tersenyum kepadanya. Kejadian seminggu yang lalu, di malam pertunangan mereka, membuat Ari merasa jika Varsha sudah banyak berubah dibandingkan saat pertama kali mereka bertemu.

Ariansyah✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang