Prolog

9.7K 374 31
                                    

Prangg
Sebuah piring jatuh ke lantai dengan keadaan yang mengenaskan. Zaya berubah pucat pasi, kemudian memungut pecahan-pecahan piring.

"Auu sakit" Dari arah belakang Zaya dipukul mengunakan sapu dengan brutal.

Raya- mamah tiri Zaya mulai emosi.
"Kenapa kamu mecahin piring saya hah! Bisa ganti kamu?" Teriak Raya emosi. Zaya menundukan kepalanya kejadian seperti ini sudah biasa.

"Maaf mah, Zaya gak sengaja" cicit Zaya lirih. Namun Raya tak mempedulikan, yang pasti ini salah Zaya. Raya mendekat dan menampar pipi Zaya dengan sangat keras, sehingga sudut bibir Zaya berdarah.

Raya dengan beringas menjambak rambut Zaya tanpa ampun.

"Auu mahh hikss sakit mah hiks" Zaya berusaha melepaskan cengkraman erat pada rambutnya, namun nihil mamahnya malah menyeret Zaya menuju gudang.

Raya mendorong tubuh Zaya masuk ke dalam gudang yang gelap dan berdebu. Zaya masih menangis dan mencoba meminta maaf.

"Mah Zaya gak sengaja. Zaya capek, maafin Zaya mah"
Ucap Zaya dengan suara paraunya.

Raya melempar Zaya dengan sandalnya, tepat mengenai kepala Zaya. Raya meludahi lantai dengan tatapan tak peduli.

"Cih! mau kamu capek, mau kamu sakit, bahkan kalau kamu mati juga saya gak peduli. Karena apa? Saya bukan mamah kamu camkan itu." Raya menatap sinis keadaan kacau Zaya.

"Oh ya mas Bram juga gak bakal nolongin kamu. Dan malam ini kamu gak dijatah makan malam sampai besok."

Brakk
Pintu gudang ditutup dengan kencang. Zaya mencengkram bajunya dan menangis.

"Hiks bunda kalau masih ada. Pasti Zaya gak kaya gini bun"
Zaya menangis parau sambil memeluk lututnya.

Zaya menahan lapar karena belum makan siang. Janjinya, mamah tirinya menyuruh Zaya membersihkan rumah dab setelah beres semua, dia boleh makan.

Namun Zaya merutuki perbuataannya. Seandainya tadi dia lebih hati-hati mungkin keadaan tak akan senaas ini.

Zaya merasa tak berguna dalam hidupnya. Tak ada sayap pelindung untuk melindungi tubuh rapuhnya. Papahnya sudah berbeda seperti dulu semenjak menikah dengan Raya.

Zaya rindu masa kecilnya, bukan seperti sekarang. Zaya bagaikan Babu
di rumah miliknya sendiri. Kini dia kedinginan terduduk di ubin berdebu. Zaya sangat lapar sekarang. Apakah dirinya akan mati kelaparan di dalam gudang?

Pangeran EskuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang