Selesai menulis surat Irena melipatnya lalu memasukannya kedalam amplop berwarna coklat, setelah itu Irena keluar dari kamarnya mencari keberadaan Bi Ani Art disana.
"Bi Ani?" panggil Irena.
"Iya nyonya, ada apa?"
"Bibi sibuk gak?" tanya Irena lagi
Bi Ani pun menggeleng "Tidak nyonya, nyonya butuh sesuatu?"
Kontan Irene menggeleng lalu tersenyum "Enggak saya gak perlu apa-apa, saya mau ngaji bibi dengerin aja ya sesekali kalo misalnya masih terdengar bibi kebelakang lagi kalau misalnya suara saya udah gak terdengar bibi tolong panggil saya tiga kali, kalo misalnya saya gak jawab bibi tolong telpon kedua orangtua saya" kata Irena panjang lebar.
"Baik nyonya, ada lagi?"
"Sama ini nanti saya minta tolong, kalo orangtua saya udah datang bibi tolong kasih ini ke orangtua saya, ya?" pinta Irena sembari menyerahkan amplop coklat tersebut.
Bi Ani pun menerima amplop tersebut dengan heran, kenapa majikannya ini tidak memberikannya sendiri? Tapi walau begitu bi Ani tetap menerima amplop tersebut tanpa banyak bertanya.
"Oh iya sama ini, gaji bibi" kata Irena lagi lalu menyerahkan amplop satunya lagi.
Semakin bingung dibuatnya bi Ani pun lantas bertanya "Nyonya mau pergi?"
Irena hanya membalasnya dengan senyuman, senyum terakhir mungkin?
"Kalo udah waktunya saya pergi, oh ya bi saya minta maaf ya kalo selama bibi kerja sama saya, saya selalu repotin bibi dan bikin kesel bibi"
"Ya Allah nyonya, tidak sama sekali justru bibi senang kerja sama nyonya, bibi gak pernah dapat majikan sebaik nyonya"
"Alhamdulillah kalo gitu, tapi tetap saya minta maaf ya barangkali saya ada salah yang disengaja ataupun tidak disengaja" itulah kata yang terakhir Irena ucapkan sebelum masuk kembali kedalam kamarnya.
Dan benar saja tidak berselang lama terdengar suara Irena tengah mengaji namun hanya sebentar setelah itu tidak terdengar lagi.
Sesuai permintaan Irena tadi bi Ani lantas memanggil majikannya itu.
Tok-tok...
"Nyonya?"
Panggilan pertama tidak ada suara...
"Nyonya Irena?"
Pun sama, panggilan kedua pun tidak ada sahutan dari dalam sana.
Dengan perasaan was-was bi Ani kembali memanggil majikannya untuk yang terakhir.
"Nyonya, nyonya baik-baik aja?"
Tetap sama, tidak ada jawaban, lantas bi Ani langsung turun ke bawah untuk menelpon orangtua majikannya. Karena telpon rumah berada di lantai bawah jadi bi Ani harus turun dulu.
Kira-kira 1 jam setelah bi Ani menelpon Siwon, barulah mereka sampai Siwon dan Taeyeon langsung berlari menuju kamar Irena putrinya.
"YA ALLAH IRENA KENAPA BISA JADI SEPERTI INI NAK?" Taeyeon menjerit saat mendapati putrinya sudah tidak bernyawa lagi.
Membuka niqab yang yang menutupi setengah wajah Irena, alangkah terkejutnya Taeyeon melihat darah yang keluar dari hidung sang putri
"Irena, sayang kamu cuma becanda aja kan? gak mungkin kamu pergi secepat ini hikss...hiks..." Taeyeon memeluk putri kesayangannya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/222464594-288-k875859.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Revenge
FanfictionIni cerita tentang aku yang menjadi tokoh antagonis di cerita ku sendiri. Pelakor! Pasti kalian sudah tidak asing dengan kata itu. Ya gelar pelakor sepertinya cocok untukku, aku bangga dengan gelar itu aku tidak peduli apa kata orang, Sehun mencinta...