20

926 82 3
                                    

Jangan jadi siders please.


Sehun kembali memasuki ruangannya, tempat yang selama beberapa minggu terakhir ia gunakan untuk memadu kasih dengan Irene.

Mendudukkan bokongnya di kursi kebesarannya dengan kaki kanan yang ditumpangkan pada kaki kiri.

Sehun duduk termenung di sana, menunggu anak buahnya memberi info tentang Irene.

Teringat kata-kata Jennie beberapa saat yang lalu seketika hati Sehun berdenyut nyeri, membayangkan Irene bersanding dengan laki-laki lain hanya membayangkannya saja hati Sehun sudah sakit, bagaimana jika ia melihat secara langsung seperti mendiang Irena dulu.

Dulu Irena melihatnya secara langsung bagaimana Sehun dan Yoona bersanding dengan Anna di tengah-tengah mereka, potret keluarga kecil yang sempurna terpancar dengan sangat jelas.

Ah, lagi-lagi Irena yang Sehun ingat. 

Dalam hal apapun Sehun selalu mengingat Irena dengan tiba-tiba.

Rasa bersalahnya yang begitu besar pada kepada mendiang sang istri membuat Sehun menjadi demikian.

"Rena---" ucap Sehun lirih.

Tanpa sadar air matanya menetes, rasa rindu dan rasa penyesalan bercampur jadi satu membuat air matanya tanpa permisi keluar.

Hari ini adalah tepat tiga tahun Irena meninggal sekaligus ulangtahunnya. 




"Selamat ulang tahun istriku!".

"Astagfirullah, mas Sehun ngagetin aja!" perempuan itu mengelus dadanya seraya beristigfhar dalam hati. 

Ia terkejut karena suaminya secara tiba-tiba dari belakang. 

Melepaskan kedua lengan Sehun yang melingkar di pinggang rampingnya lalu Irena berbalik menghadap suaminya, "Mas Sehun bilang katanya hari ini lembur kok udah pulang?" tanyanya pada sang suami. 

"Sengaja, kan hari ini istri mas yang paling cantik ulangtahun" jawab Sehun tanpa dosa. 

Irena mendengkus namun sedetik kemduian perempaun itu tersenyum, Irena raih lengan Sehun lalu mencium punggungnya, "Lupa, Rena belum salim sama mas" ucapnya. 

Sehun usap rambut istrinya yang tertutupi oleh hijab itu lalu dilanjut dengan mencium kening sang istri. Hal yang selalu Sehun lakukan ketika pulang bekerja. 

"Tiup lilinnya dulu yuk, sayang" Sehun menggandeng tangan Irena membawanya ke sofa, Sehun menaruh  kuenya di meja yang ada di kamar mereka. 

"Yuk, tiup dulu lilinnya sayang" Sehun mengambil kue ulangtahun Irena setelah menyalakan lilinnnya. 

Irena terdiam sebentar kemudian tersenyum seraya berkata "Mas Sehuh..." panggilnya lembut. 

"Iya?".

"Rena minta maaf". 

Sehun mengerutkan keningnya heran, "Minta maaf kenapa? Rena ada salah sama mas?" tanyanya. 

Irena tidak menjawab melainkan ia malah mengambil kue tersebut dari tanagn Sehun lalu kembali menyimpannya di meja. 

Irena raih kedua tangan Sehun kemudian mencium punggung tangan laki-laki secara bergantian lalu setelahnya Irena mengenggam tangan suaminya dengan erat. 

"Sejak kecil, kalau Rena ulangtahun gak pernah tiup lilin mama sama papa gak pernah membiasakan hal itu ke Rena dan juga anaknya yang lain". 

RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang