9. Telponan

3 1 0
                                    

Gak kayak tadi, Minho membuang muka tapi sekarang, dia menatap gue lekat kayak dulu Mingyu natap gue.

Tapi sebelum gue siap buat dengerin omongan Minho, gue udah denger kata-kata yang bikin ngeng telinga gue.

"Mingyu jadian sama Lia tadi."

🌡🌡🌡


Hari ini gue gak sekolah. Gue demam dan mungkin itu karena luka dilutut gue. Gue pikir juga gak bakal separah ini. Tebakan Minho bener. Selain ngomong hal yang mengejutkan gue, dia bisa berprediksi juga?

Dan yang gue lakuin sekarang hanya duduk ditempat tidur sambil menatap jendela. Iya,gue liat jendelanya Mingyu ketutup dan sejak kemarin dulu, jendela itu gak lagi kebuka buat manggil gue.

Sekarangpun Mingyu gak telpon gue. Sebenarnya gue kaget dengan ucapan Minho kemarin. Tapi gue gak kaget juga kalo mereka jadian. Mereka cocok, udah pedekatean dan huaaa gue masih gak ngerti kenapa Mingyu marah. Masa hanya karena paper bag doang.

Mingyu, temanmu ini butuh kejelasan dong?

Yeji juga kayaknya belum notice kalo gue gak sekolah. Tapi bukannya dia anak lambeh turah ya, kok bisa informasi kek gini gak tahu. Tapi gue juga gak mau telpon dia buat bilang kalo gue sakit. Gak mau bikin orang lain khawatir.

Tiba-tiba pintu kamar gue kebuka dan muncullah kakak gue-Mark. Dia kayaknya baru pulang ngampus dan mukanya udah keliatan khawatir. Dia juga membawa nampan berisi bubur sama air putih.

"Mina, kok bisa demam sih? Untung aja udah kelar ujiannya. Nih makan dulu." Ucap kakak cowok gue yang ganteng.

Setelah menaruh nampan itu dimeja dan duduk disamping gue, dia juga mengecek suhu gue lalu dia natap gue. "Marahan ya sama Mingyu?" Dari sekian banyaknya pertanyaan itulah yang dia tanyakan.

Tapi kok kak Mark bisa tau? Kan gue belum cerita.

"Tadi pagi, gue ketemu dia dilorong depan terus gue nanya kenapa gak bareng lo dan dia cuma jawab dia buru-buru. Gue setengah percaya sih. Jadi mau cerita?"

Gue diem dulu dan sebenarnya gatau mau bilang apa dan gue emang lagi gamau ngomong jadi gue minta dipeluk aja deh.

Hug can be a medicine, you know.

Untung aja ada kak Mark dan pelukannya selalu yang gue butuhin. Hangat dan nenangin buat gue. Coba aja kalo dia bukan kakak kandung gue, udah gue gebet dari dulu. Becanda.

Lalu Hp gue bergetar menandakan ada telpon masuk tapi gue gak mau melepas pelukan gue. Apalagi pas gue liat nomor yang tidak dikenal. Gue milih buat abaikan aja.

"Dek, diangkat aja telponnya." Ucap kak Mark sambil melirik hp gue.

"Kak Mark aja." Ucap gue yang masih stay dengan posisi gue.

"Halo?" Akhirnya telpon itu diangkat oleh kak Mark pas hp gue bergetar untuk kedua kali.

Siapa sih yang nelpon kek penting amat.

"Siapa ya? Iya ini hpnya Mina. Boleh gue tau ini siapa?"

Gue melonggarkan pelukan gue dan menatap kak Mark kayak nanya 'siapa?'

"Namanya Minho, lo kenal?"

MINHO?!

Gue mengangguk dengan cepat dan mengambil hp gue. Gue juga melepas pelukan gue, keram soalnya.

"Halo?" Ucap gue setelah menempelkan hp gue ke telinga.

"Mina kan ini?"

"Yaiyalah emang siapa lagi."

"Tadi itu.. Siapa?"

"Pacar gue, kenapa?"

"Oh." Entah kenapa gue kebayang muka Minho yang malu ke salting gitu. Ih lucu. Gue ketawa deh.

"Kok ketawa?"

"Gue kebawah dulu, jangan lupa dimakan buburnya." Ucap kak Mark sambil mengecup dahi gue lalu pergi.

"Lo..ciuman?" Gue ketawa aja menanggapi pertanyaan dia.

Gue kembali telponan bareng Minho. Dia juga kayak biasa, cerewet terus ngengibah orang atau rumor yang ada di sekolah bareng gue selama 1 jam pelajaran. Gue juga jadi mikir kalo dia kayak informan gue. Semuanya dia cerita. Emang gak kayak yang gue kira dia itu bakalan dingin dan cuek. Tapi tetap aja galak.

Dasar Minho.

Minho adalah cowok soft yang tersakiti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minho adalah cowok soft yang tersakiti

[END] a few things Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang