24. Terbongkar

12 3 0
                                    

Mau gak mau, hari ini gue harus sekolah. Kata Yeji, hari ini kita bakalan latihan buat upacara kelulusan. Gue jadi mikir, apa gue beneran lulus ya?

Saat dihall gue melihat Joshua yang baru datang dan gue langsung manggil dia. "JOSHUA!"

"Eh Min? Kok kemarin gak sekolah?"

"Bangun telat dan hujan deres."

"Alasan lu mah." Ucap Joshua dan gue ketawa doang.

"Kita tukeran tempat duduk ya?"

"Kenapa?"

"Suka aja duduk didekat pintu hehe."

"Biar bisa kabur gampang hm?" Gue mendorong cowok itu dengan pelan.

"Enggaklah. Bisa ya?"

"Iya boleh."

"YAYY MAKASIHH JOSHUAAA!" Pekik gue senang.

Setelah sampai dikelas gue langsung duduk ditempat duduk Joshua dan memakai earphone tapi baru aja gue mau tiduran, ada yang nyolek tangan gue.

"Mina, dipanggil pak Dinan." Ucap sang ketua kelas-Jihyo. Gue mengangguk mengerti dan pergi ke ruang guru dan mencari wali kelas gue.

"Kenapa pak?" Tanya gue ke guru laki-laki yang satu-satunya diruang guru.

"Oh Mina udah datang. Jadi gini saya mau tanya apa kamu udah milih universitas? Kalo belum bapak punya saran buat kamu." Ucap pak Dinan.

Gue mengangguk, "Udah pak. Kakak Mina udah bantu ngurus daftarnya." Jawab gue.

Pak Dinan mengangguk mengerti, "Universitas apa?"

"Universitas Prisma pak."

"Iya, itu universitas bagus. Saya juga melihat nilai akhir kamu bagus dan semoga kamu diterima disana. Kamu udah buat perubahan yang baik untuk nilai kamu." Demi apa dong gue seneng banget.

"Beneran pak?!" Pak Dinan mengangguk.

"Tapi masih nilai Mingyu yang lebih tinggi."

"Kalo itu pak udah tahu saya."

"Dia juga kemarin udah terima beasiswa diluar negri. Jadi---"

"Beneran pak?! Luar negri?!" Pak Dinan mengangguk.

"Kamu belum tahu?" Gue menggeleng.

"Iya, dia terima beasiswa yang saya bilang. Sebelum ujian saya sudah tanya tentang ini dan katanya dia mau mikir dulu terus beberapa hari lalu dia menolak katanya dia juga mau masuk diuniversitas yang sama dengan kamu, Prisma dan saya menghargai keputusannya. Tapi kemarin dia tiba-tiba menerima itu dan saya juga senang karena itu adalah kesempatan yang bagus buat dia."

"Oh gitu ya, Pak." Lirih gue.

"Yaudah, saya hanya menanyakan itu. Kamu bisa kembali ke kelas." Gue mengangguk dan pergi dari situ.

Disepanjang jalan balik ke kelas, gue mikir kenapa dia merubah keputusannya? Apa masalah ini berpengaruh buat keputusannya? Tiba-tiba dada gue sesak lagi. Ughhhh Mina!

Dengan tanpa semangat gue berjalan pelan-pelan menuju kelas. Tapi tiba-tiba gue ditarik oleh... Joshua?!

"Kenapa sih?!"

"Lo harus ikut sama gue!"

"Kemana!"

"Nanti juga lo tahu."


🔥🔥🔥



Akhirnya gue disuruh masuk dikelasnya Minho. Ini ada apa lagi sih?

Gue liat udah banyak orang yang ngumpul disitu dan Minho lagi berdiri didepan dan dia gak sendiri. Disana ada Lia dan Mingyu.

Setelah Minho melihat gue, dia langsung memanggil gue buat kedepan dan semua pasang mata menatap gue. Ahh gue gak nyaman dengan ini.

Dari depan gue bisa melihat kalo ada teman-teman sekelas gue dan teman-teman sekelas Minho.

"Gue gak minta waktu kalian yang banyak makanya gue akan mulai aja. Disini gue sudah masang proyeksi dan kita akan menonton suatu adegan yang menjadi pro dan kontra. Tadi gue udah bilang buat yang percaya kalo Mina bohong, duduk atau berdiri disamping kiri gue tapi kalo kalian percaya Lia yang bohong, berdiri disebelah kanan gue. Kayaknya sudah."

Tatapan Minho beralih ke Mingyu yang masih berdiri disamping Lia. "Ngapain disitu? Milih kanan apa kiri?"

Gak lama Minho dan Mingyu beradu pandang.

"Yaudah kalo gamau pergi. Karena lo berdiri disamping Lia, gue ambil lo milih Lia. Ok kita lanjut, kita liat video yang membuktikan siapa benar dan yang salah." Ucap Minho lalu mem-play video yang ada dilabtopnya.

Lalu gue melihat ke papan dan disitu ada video CCTV dilorong toilet. Disitu ada gue yang baru aja masuk ditoilet. Lalu beberapa saat kemudian, keluar Lia dan temannya dari toilet.

Mereka menutup kembali pintunya lalu mengunci pintu dengan kunci yang ada ditangannya lalu pergi. Minho men zoom videonya dan itu terlihat jelas. Tidak sampai disitu saja, Minho memajukan videonya dan terlihat, Minho yang baru keluar dari toilet cowok dan selang beberapa lama, dia mendobrak pintu toiletnya lalu pintunya terbuka.

Gak lama kemudian, Minho keluar sambil mengendong gue yang udah pingsan.

Melihat dan kembali mengingat kejadian itu membuat perasaan yng ada waktu itu kembali terasa. Gue menutup mata gue.

Rasanya sesak mengingat itu.

👇👇👇

[END] a few things Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang