16. Pelukan

5 1 0
                                    

"Gue mau fotoin lo dong. Pura-pura minum gitu, beneran juga gapapa sih. Ayo jadi modelnya bang Hangyul dulu."

Walaupun gue malu-malu buat difotoin tapi ya acara memotret pun terjadi.

"Mina, kenapa lo gak jadi model aja sih? Lo cantik tahu dan lo kayaknya sadar kamera deh. Ini coba liat hasilnya, gue tahu lo kaku tapi dipandangan gue ini cukup natural loh."

Karna gue kepo hasil foto gue, gue berpindah tempat duduk disamping Hangyul terus melihat foto gue dikamera yang dia pegang.

Ini beneran lo Mina? Kok gue merasa gue cantik disini atau hanya Hangyul yang bagus ngambil anglenya?

"Lo kok jago sih ngambil anglenya sampe gue keliatan cantik begini?" Ucap gue masih melihat foto-foto gue. Sesekali gue memuji Hangyul.

"Gak kok, emang lo cantik. Diliat dari manapun cantik kok."

"Ngaco lo."

Tiba-tiba Tangan Hangyul memegang kedua pipi gue dan membuat gue menatap dia.

"Emang ini pertama kalinya gue bilang lo cantik?"

GAK KASIAN APA SAMA JANTUNGNYA MINA?

GAK KASIAN APA SAMA JANTUNGNYA MINA?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⛸⛸⛸







Gue kira, gue sama Hangyul cuma nongkrong doang dicafe. Tapi pas minumannya habis gue langsung diajak main ice-skating dimall. Gue menarik nafas gue dalam-dalam. Gue sangat bodoh dalam hal itu.

"Ah Mina gak bisa main gituan. Lain aja yok." Bujuk gue ke Hangyul.

Sekarang gue sama dia udah ditempat nyewa. Gue masih menatap Hangyul dengan tatapan puppy eyes. Yoi, senjata gue.

"Gak mempan Mina."

"Lo sengaja kan? Ah gamau. Gue trauma pernah jatuh main gituan." Ucap gue kesal. Terakhir kali gue main ini pas SMP dan ya bareng Hangyul.

Melihat gue yang kesal, dia cuma ketawa doang. "Gapapa kok, nanti abang Hangyul yang pegangin."

"Gue bukan adik lo ya."

Hangyul ketawa. "Terus siapa? Pacar?"

"Lo siapa ya?"

"Yaudah, gue gak pegangin."

Gue menarik tangan Hangyul saat dia mau pergi ngambil sepatu skating nya. "Awas ya lo lepas. Kalo sampe lo lepas, gue gamau ketemu lo lagi nih."

"Iya Mina, gue gak bakalan ngelepasin lo."

Kata-kata itu gak punya arti lain kan ya?

"Yaudah sini gue bantu lo pake sepatunya. Duduk." Ucap Hangyul menyuruh gue duduk lalu memasangkan sepatu skating nya. Dia benar-benar memastikan itu terpasang dengan baik.

Sesudah itu, gue dan dia memasukki lantai es nya. Kayak yang dibilang Hangyul, dia bakalan pegangin gue. Erat banget.

Gue takut, lantainya licin banget. Rasanya gue gapapa deh diseret Hangyul aja dibanding gue jalan sendiri.

"Lo kayak bayi baru belajar buat jalan, Min." Hangyul ketawain gue. "Lucu."

"Kan udah gue bilang gue gamau main ini. Lo sih." Lirih gue sambil memegang tangan Hangyul erat. Takut jatoh.

"Lo gak perlu takut, Mina. Gak usah ragu dan percaya sama diri lo kalo lo bisa. Lo bisa kok jalan sendiri tanpa orang lain megang lo." Ucap Hangyul ke gue dan gue merasa dia lagi motivasiin gue. Ah Hangyul.

"Terakhir kali gue lakuin ini, gue jatoh. Makanya gue gak bisa percaya sama diri gue dan ragu juga."

"Lo bisa Min."

Lama kelamaan, Hangyul nuntun gue jalan makin cepet dan dia yang didepan mulai melonggarkan pegangan ke gue setelah dia rasa gue udah bisa menyeimbangi badan gue. Dia pun undur dan sedikit membuat jarak diantara gue dan dia.

Mina jangan panik ok. Lo bisa. Lo gak bakal jatuh. Gue bilang gitu terus dalam hati tapi sayangnya gue masih ragu.

Gue menutup mata gue saat hampir jatuh tapi sayangnya hal itu gak terjadi. Gue kira gue bakal jatuh kayak yang terakhir kali tapi ini Hangyul meluk gue sehingga gue gak jadi jatuh.

Can you imagine that?

Gak jatuh kelantai yang beku dan dingin tapi malah jatuh ke pelukan yang hangat.

Hangyul ketawa sambil mengelus punggung gue, "Gapapa Min. Buka aja mata lo. Tau gak lo jalan tadi dan gak jatuh ke lantai kan, lo malah jatuh ke pelukan gue."

SYIALAN LO!

👇👇👇

[END] a few things Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang