21. Terkunci

6 3 0
                                    

Sementara gue cuci tangan, Lia dan temannya udah gak ada. Tapi parfum Lia yang agak tajem menurut gue masih tertinggal. Dia mandi parfum apa gimana sih. Tajem lagi baunya.

Gue baru aja megang gagang pintu dan membukanya tapi malah gak kebuka. Gue coba-coba lagi buat buka pintunya tapi gak bisa. Eh apa gue dikunci?

Gue jadinya ngedor-ngedor pintu toilet.

"WOI SIAPA SIH YANG KUNCI! WOI BUKAIN! SIAPAPUN PLEASE TOLONG GUE! WOI! TOLONG!" Teriak gue masih mengedor pintunya.

Mina tenang,ok. Tenang jangan panik. Tarik nafas, hembuskan. Tenang Mina. Lo bakalan baik-baik aja. Tenang.

Tangan gue masih mengedor pintu. Rasanya gue gak mampu lagi buat teriak. Inilah salah satu kelemahan gue. Gue gak bisa panik. Gue bakalan sesak nafas dan bisa aja pingsan.

Please bukain. Gue gak mau kayak dulu lagi. TOLONG GUE SIAPAPUN TOLONG.

"SIAPA?!" ada suara seseorang dari luar setelah beberapa menit berlalu.

"TOLONG BUKAIN PINTUNYAA PLEASE." Teriak semampu gue. Nafas gue semakin sesak.

"PINTUNYA DIKUNCI. MENJAUH DARI PINTU. GUE BAKAL DOBRAK PINTUNYA DALAM HITUNGAN 1..2.." Guepun nurut seperti perkataan orang itu. "..3!"

Setelah berapa kali dobrakan dipintu akhirnya pintu kebuka dan gue langsung jatuh pingsan. Ini udah dibatas gue. Mama tolong Mina.



💫💫💫




"Mina, Mina. Lo udah sadar?" Suara seseorang perlahan terdengar.

"Hey liat sini. Gue disini, lo udah aman sekarang. Gimana perasaan lo? Udah tenang?"

Gue melihat disamping gue ada Minho. Apa dia yang selamatin gue?

Gue mengangguk menanggapi pertanyaannya.

"Siapa sih yang kunciin lo?" Gue menggelengkan kepala. Gue gak tahu siapa. Lagian gue gak punya musuh disekolah, kok bisa mereka jailin kayak gitu.

"Apa lo sendirian ditoilet?" Gue mengangguk.

Eh bukannya sebelumnya ada Lia dan temannya? Tapi itu bukan merekakan? Lagian gue gak akrab sama dia. Jadi gue gak ada salah apa-apa.

"Minho.. Sebenarnya, gue ketemu Lia sebelum gue dikunci. Tapi bukan dia kan?" Tanya gue menunduk. Gue bukan orang jahat yang asal menuduh. Gue juga gak ada bukti.

"Gue gak tahu juga. Tapi tenang aja, lo balik aja ke kelas nanti gue yang selidiki ini,oke?" Gue mengangguk. "Ini gue beliin jus alpokat sama burger. Gue pikir lo belum makan sampe bisa pingsan begitu."

Gue menatap makanan dan minum yang dikasih Minho. Benar dia gak tahu tentang penyakit gue. Akan baik-baik aja kalo dia gak tahu.

"Minho.. Apa Mingyu tau tentang ini?" Tanya gue.

Minho menatap gue lalu menggeleng. "Dia gak tahu. Gue gak kepikiran buat bilang sama dia karena lebih penting itu lo." Ucapnya.

Gue jadi inget sesuatu yang selama ini belum dibahas. "Minho, kasih gue waktu ya buat menjawab pernyataan lo." Ucap gue sambil mencoba buat senyum dan dibalas oleh anggukan. "Makasih juga, udah bantuin gue dan buat cemilannya. Gue balik ke kelas."

"Iya, hati-hati." Ucapnya lalu mengelus kepala gue dan membiarkan gue pergi.

Gue keluar dari UKS dengan perasaan gak enak. Baru ini gue bicara sama Minho, baru ini juga dia mendapati gue dikeadaan yang gak bisa gue jelasin. Minho baik banget ke gue.

Gue jadi takut kalo nanti gue bisa sakitin dia.

[END] a few things Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang