29. Prom(2)

8 3 0
                                    

Gue menatap pantulan diri gue dicermin. Gue sementara mencoba menenangkan diri gue. Mingyu memeluk gue setelah dia bilang kalau dia sayang gue.

Dia juga cerita kenapa dia memacari Lia. Itu karena dia mau menghapus rasanya ke gue tapi hasilnya nihil. Dia juga bilang kalau dia tahu gue lagi deket sama Minho dan dia tahu kalau Minho suka sama gue.

Tapi dari semua ceritanya, dia gak bilang kenapa alasannya berubah pikiran untuk kuliah disana? Apa cuma gue yang berharap dia bisa tinggal disini?

Lalu gue keluar dari toilet disaat itu juga gue ditarik. Gue melihat Minho yang menarik gue ke ujung lorong. Sampai disana, gue menghindar tatapan Minho. Gue juga melirik penampilannya yang baru ini gue lihat. Makin cakep aja.

"Mina?" Manggil Minho beberapa kali dan dia memajukan langkahnya karena gue gak nyahut.

Tapi sayangnya, tubuh gue udah mentok di dinding dan gue masih gak mau menatap Minho. Gue bisa jatuh lebih dalam lagi.

"Mina.. Gue gak mau lo ngehindari gue kayak gini. Please tatap gue." Lirih Minho sambil memegang lembut tangan kanan gue.

"Mina?"

"Mina please ngomong."

"Lo.. Suka sama Mingyu kan?"

Pertanyaan Minho itu membuat gue mendongak. "Kenapa?"

Minho masih menatap gue, "Karena ini hari sabtu." Gue mengerutkan dahi, gak ngerti. "Sayangku masih untukmu." Minho melanjutkan ucapannya membuat pipi gue mendadak panas.

Gue terdiam doang dan karena itu Minho langsung duduk dilantai dan mengusap wajahnya frustasi. "Please jangan diam.."

Gue pun ikut jongkok didepan Minho. Untung saja dress gue panjang. "Kenapa..lo bilang gitu?"

Minho mendongak, "Mina.. Gue mau lo bahagia. Tapi kalau kebahagiaan lo itu bukan sama gue.. Gue terima kok."

Gue membulatkan mata gue terkejut dengan ucapan Minho. "Gue.. Minho kenapa hati gue jadi sakit setelah denger itu?" Lirih gue ke Minho.

"Please jangan nangis. Lo udah cantik malam ini, lo harus nya have fun. Maaf.." Minho akhirnya merengkuh tubuh gue dan gue menahan biar gak nangis. Setidaknya gak didepan Minho.

"Lo mau tahu kenapa gue bisa suka sama lo?" Tanya Minho sembari mengelus tangan gue lembut dan gue pun mengangguk. Gue ingin menanyakan itu tapi gak bisa karena gue kabur terus.

Minho memasang senyumnya hangat. "Perasaan gue udah lama ada sebelum kita deket. Gue suka pas liat lo ketawa, lo yang ceria tiap hari, yang kesel pas nilai lo gak perfect dan yang manjain Mingyu. Walaupun perlakuan lo itu kebanyakan untuk Mingyu tapi gue rasain itu pas gue udah deket sama lo. Sebenarnya gue juga gak tahu bakalan ketemu dibelakang sekolah. Itu emang tempat gue menyendiri. Maaf gue galak waktu itu, gue hanya gak tahu gimana mau berinteraksi sama lo. Tapi gue seneng banget lo mau datang kesana tiap lo kesal kayak lo cari gue disaat lo butuh. Gue udah bilang kan kalau gue bakalan ngasih lo plester disaat lo luka. Konyol sih, tiap hari bawa plester tapi itu yang gue butuhin saat gue terluka. Gue sering berantem dan luka makanya gue bawa plester."

Perlahan senyum gue naik dan ketawa pelan karena cerita tentang plester itu.

"Gue hanya mengikuti firasat gue waktu gue gak sekolah dan bener lo masih dibelakang sekolah. Gue bayangin kalau gue gak datang, apa lo bakalan ketiduran sampe pagi? Lucu sih. Terus waktu kita ngebongkar tentang Lia, gue udah bilang ke Mingyu kalau gue suka sama lo. Mungkin itu kenapa dia mutusin buat kuliah diluar negeri. Sayang banget sih dia ngalah gitu aja tapi setelah gue liat lo dan Mingyu tadi,

Kalian saling sayang Min."

[END] a few things Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang