Sejak pulang sekolah sampai sekarang gue masih gak ngelakuin apa-apa. Hanya tidur dan mikirin perasaan gue.
Gimana caranya gue tahu perasaan gue yang sebenarnya? Huftt
Tiba-tiba hp gue ada panggilan yang masuk. Ah ternyata itu Hangyul. Dia ngajak face time dari tadi tapi gak dibalas.
"Syukurlah lo angkat. Dari tadi loh gue chat lo."
"Tumben lo, kenapa?"
"Gabut hehe. Gue juga kan masih kangen sama princess gue."
"Cringe tau gak."
"Tapi gue suka gimana dong?"
"Yaya terserah Hangyul aja deh."
"Hehehe. Eumm, lo kenapa? Kok kusut gitu mukanya? Ada masalah ya?"
"Hmm mungkin."
"Cerita aja, Hangyul siap mendengarnya. Hangyul disini buat princess." Hangyul stop it.
Tiba-tiba pintu kamar gue kebuka, dan hp gue langsung gue taruh dikasur saat melihat siapa yang lagi berdiri. Mingyu. Kok bisa sih dia kesini? Gue kan gak bisa lari.
"Mina, turun dulu buat makan. Mama ngasih lo sup kesukaan lo." Ucap dia.
"Kenapa gak ketuk pintu dulu?"
"Jangan pake earphone, gak bakal kedengeran." Akhirnya gue mencabur earphone gue. Pantas aja gak kedengeran.
"Iya nanti gue turun." Jawab gue dan dia masih aja berdiri disana tanpa mau berbalik dan turun. Dia nunggu gue kah?
"Iya-iya gue turun." Ucap gue lalu meninggalkan hp gue dikasur tanpa mematikan face timenya. Gak keburu, dia udah kayak polisi yang siap membawa penjahat ke penjara.
Gue langsung turun dan gue melihat meja makan udah siap. Udah waktunya makan malam ternyata. Apa selama itu gue bengong mikirin perasaan gue ya.
Gue juga melihat Mingyu gabung dan duduk didepan gue. Matanya masih memperhatikan gue yang udh risih ditempat duduk. Duh, kenapa gue merasa pipi gue panas begini ya.
"Berhenti liatin gue kayak gitu." Akhirnya gue membuka suara.
"Kenapa? Lo gak nyaman?" Tanya Mingyu.
Gue melirik kearah mama gue. Memastikan kalo dia gak akan dengar. Dia lagi asik buat minuman kayaknya.
"Ini bukan urusan lo, Mingyu. Stop it." Bisik gue sambil memajukan kepala gue.
Mingyu ikut memajukan kepalanya dan ikut berbisik, "Gak sampai lo bilang itu siapa." Dia..lagi ngancam hah?
Gue mengatur posisi duduk gue menjadi normal saat Mama mendekat. Mingyu juga melakukan hal yang sama. Sama-sama akting.
"Mina ngapain aja sih kamu seharian dikamar? Kalo Mingyu yang panggil baru keluar." Ucap Mama lalu menaruh minuman yang sudah dia buat.
"Gakpapa kok, Ma." Ucap gue sambil tersenyum ceria.
"Tante, Mina lagi nyembunyiin sesuatu." Lapor Mingyu ke Mama. Eh kenapa tiba-tiba
Gue langsung menatap Mingyu dengan tajam dan bertelepati, 'lo ngapain bilang kayak gitu?'
Mingyu membalas tatapan gue dan tatapannya seperti bilang, 'lo yang duluan.'
"Kalian berdua ini ya. Kebiasaan aja dari dulu. Kalo dimeja makan jangan ribut, makan aja. Kasian tuh makanannya mau dingin. Mama mau mandi dulu." Ucap Mama lalu pergi meninggalkan gue dan Mingyu sendiri.
"MAMA GAK MAKAN?!" Teriak gue pas melihat mama pergi.
"UDAHH." Jawab mama dari kamarnya.
Gue menghela nafas sambil menatap Mingyu yang tersenyum menang. Kayaknya emang dia niat banget.
"Jadi, siapa tuh cowok?"
"Gue gak mau makan kalo lo terus tanyain itu." Gue balik ancam. Emang cuma dia yang boleh ngancem.
Mata Mingyu membulat terkejut. Mungkin dia gak mikir kalo gue bisa ngancem begitu. Haha *ketawa jahat*
Dia mengangguk, "Iya-iya gue gak akan nanya. Lo harus makan."
Sekarang gue lah yang tersenyum menang.
Setelah makan gue membersihkan meja makan dan alat makan. Mingyu juga ikut bantu.
Untungnya dia udah gak nanyain. Gue sama dia diem-dieman terus soalnya. Daripada mikirin dia mending gue cepetan selesain cuci piringnya.
Waktu gue lagi nyuci, Mingyu dari belakang menaruh gelas minumnya dan saat gue menyadari kalo jarak gue ama dia deket banget, pipi gue memanas lagi. Gue juga langsung menahan nafas saat nafas Mingyu terasa dibahu gue.
"Nyuci yang bener." Ucap Mingyu sambil menatap gue. Gue cepet-cepet membuang muka. Kenapa akhir-akhir ini tubuh gue bereaksi beda sama Mingyu.
Gue langsung lega ketika gue udah selesai nyuci. Gue juga udah gak dapetin Mingyu diruang tengah. Pasti udah pulang. Yaudahlah, gue gak akan menjawab pertanyaan dia, kan bagus.
Tapi betapa terkejutnya gue, mendapati dia lagi terkelungkup dikasur gue. Dia gak mati kan. Matinya seneng banget ya, abis makan.
"Woi, lo ngapain disitu? Pulang sana." Suruh gue sambil menyekop pelan kakinya.
Mingyu merubah posisinya lalu menepuk kasur disampingnya yang kosong. "Sini."
Gue menatap Mingyu bingung, "Ngapain?"
"Tidur sini, gue mau cerita." Kenapa tiba-tiba gini sih. Tapi gue jadi kasian sama dia. Karena dia natap gue dengan tatapan sedih. Apa dia lagi sedih ya? Biasanya juga begini dia kalo sedih.
Bodohnya gue nurut sama dia. "Kenapa?" Tanya gue sambil menatap langit kamar gue.
Mingyu membuang nafasnya, "Bad mood. Tadi Lia marahin gue, mungkin dia juga lagi bad day. Gue gak tahu gimana. Terus gak sengaja gue emosi sama lo tapi gue beneran mau tau siapa dia. Gue gak aja niat buat emosi sama lo. Gue minta maaf." Ucap dia tanpa melihat gue.
Gue tahu kok Mingyu kalo lo gak akan emosi sama gue. Tapi gue beneran gak bisa cerita. Gue mau lulus tanpa ada masalah. Itu doang.
"Gakpapa. Terus kenapa lo gak bujuk Lia?"
"Dia marah banget sama gue karena gue gak bisa temenin dia jalan. Bukan tanpa alasan, gue lelah doang tiap hari jalan. Tapi dia gak ngerti dan gimana gue mau bujukin dia, dia malah ngeblock gue." Ucap Mingyu lirih.
Gue natap dia dari samping. Kasian lo Mingyu. Kenapa juga lo bisa suka sama Lia. Dari yang Yeji cerita hanya 2 hal yang bagus: Lia cantik dan jago cheer. Gak salah dia ketua cheerleader waktu kelas 2.
"Udah, gak usah over thinking. Cewek gak bakalan lama ngambeknya kok." Ucap gue sambil tersenyum ngasih Mingyu Semangat.
Mingyu jadi natap gue juga dari samping. Tatapan coeg. "Kalo lo udah gak ngambek lagi karena gue pacaran?" To the point banget anjir.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] a few things
Fanfiction[COMPLETED] 📌 Kisah gue yang gak menyadari beberapa hal ini. Basa-basi: ✨ff pertama ಥ‿ಥ ✨non baku ✨simpan diperpus kalian ya~ ✨vote, komen dan saran dibutuhkan😌 Start: (10/5/2020) End: (23/5/2020) High rank: #23 love triangle (22/5/2020)