18. Dilema

8 3 1
                                    

Mina lo kok bego sih. Kenapa lo gak bisa bicara dan malah kabur gitu aja. Kan lo malah bikin suasananya jadi canggung. Huaaa kok tiba-tiba gini.

Emang setelah suasananya hening, gue langsung cabut dan tinggalin Minho. Gue sadar kalo dia gak lagi becanda atau sekedar modus.

Kenapa bisa Minho suka sama gue? Kenapa gue?

Sekarang gue dikelas terus gue taruh kepala gue dimeja sambil natap layar hitam hp gue yang ada ditangan. Barusan Yeji bilang mau ke kelas karena dia mau dengar penjelasan gue. Iya gue akan cerita tentang Minho karena dia doang yang ngerti hal beginian.

Gue mendengar seseorang mendekati meja gue terus gue langsung mengira itu Yeji.

"Yeji, dia udah bilang perasaan nya ke gue. Gimana dong?" Tanya gue tanpa merubah posisi gue.

Beberapa detik terdiam dan baru gue menyadari kalo itu bukan Yeji. Akhirnya gue mengangkat kepala gue dan terkejut sama siapa yang ada didekat gue.

"Siapa yang bilang perasaan nya sama lo?" Gila to the point aja dia.

"Ah Mingyu, kenapa lo disini?"

Wajah Mingyu terlihat gak senang, "jawab pertanyaan gue,Mina." Suaranya dingin.

Gue mengernyit bingung. Dia kok..marah?

Gue jadi bingung dong mau jelasin apa,"i-itu.."

"Hangyul kan?! Gue tahu Mina, lo sama dia kemarin jalan. Lo---"

"MINAA LO HARUS CERI--ta." Ucap Yeji yang awalnya excited tapi seteleh melihat Mingyu dan auranya yang dingin, dia terdiam.

"Gue gak akan tanyain hal yang sama lagi, Mina." Ucap Mingyu sekali lagi.

Tatapan Mingyu yang tajam, bisa-bisa melubangi kepala gue kalo di tatap begitu terus. Dia gak biasanya emosian tapi gue juga gak mau bahas ini ke dia.

Jadi, gue pergi sambil menarik Yeji keluar dari kelas.

Kenapa Mingyu seemosi itu sih? Itulah yang gue pikirkan selama gue narik Yeji.

Gue dan Yeji berhenti ditaman sekolah. Gue natap Yeji yang masih menunggu penjelasan dari gue. Gue menarik nafas, gue belum siap buat cerita. Apalagi setelah sikap Mingyu tadi. Ini hanya akan jadi masalah.

"Yeji, gue minta maaf ya. Gue masih belum bisa bilang dia siapa. Tapi gimana ya buat gue keluar dari situasi ini? Rasanya canggung gitu."

"Kalo dia nyatain perasaan dia ke lo artinya dia mau jadi pacar lo atau dia mau lo jadi pacar dia. Begitulah. Tapi yang harusnya lo lakuin itu gimana lo terhadap dia. Kalo lo suka dia, bilang. Kalo enggak pun, bilang biar dia gak nunggu lo."

Gue terdiam mendengar penjelasan Yeji. Apa gue suka Minho? Selama ini dia baik sama gue, dia nemenin gue saat gue sendiri. Tapi bukannya ini terlalu cepat buat gue suka sama dia? Kalo gue suka sama Minho, kenapa gue harus nyesek liat Mingyu sama Lia?

Gue menggelengkan kepala menanggapi ucapan Yeji. "Gue gak tahu. Gue gak ngerti sama perasaan gue."

Yeji memegang kedua bahu gue. "Lo minta waktu sama dia aja. Seminggu kayaknya bisa buat lo ngerti sama perasaan lo. Ingat buat selalu buka hati buat dia."

Gue menggigit bibir bagian dalam gue, ragu dengan kata yang akan gue ucapkan. "Kalo..kalo gue sebenarnya suka dia. Gue hatus terima dia?"

Yeji mengangguk.

"Tapi gue.. Agak ragu."

"Kenapa?"

"Gue rasa gue baper sama dia tapi apa bisa ya.. Gue baper lebih dari ke 1 orang?"

Yeji menatap gue dengan serius. "Lo baper.. Ke mereka?" Tanya Yeji.

Lalu gue mengangguk.

"Gue gak tahu siapa yang udah akui perasaannya ke lo tapi gue rasa itu bukan yang penting sekarang. Yang penting itu hati lo ada sama siapa."

[END] a few things Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang