22. Masalah

8 3 0
                                    

Sepertinya ini udah jam istirahat. Untungnya, gue gak perlu ke kantin lagi buat beli makan. Gue langsung menuju ke kelas.

Gue melihat tempat duduk Mingyu udah dikerumunin orang-orang. Ini ada apa ya? Wah gue ketinggalan berita.

"Ini ada apa ya?" Tanya gue dan sontak membuat semua yang ada disitu menatap gue termasuk Mingyu yang lagi berdiri. Kalo Mingyu lagi berdiri terus yang duduk siapa?

Beberapa orang jadi pergi dan akhirnya gue jadi bisa melihat siapa yang lagi duduk ditemoat duduk Mingyu. Dia adalah Lia. Tapi kok dia kayaknya habis nangis.

Gue berjalan ke tempat duduk dan menaruh makanan gue lalu berbalik menatap Mingyu, "Dia kenapa? Kok nangis?"

"Kenapa lo lakuin itu sih?" Tanya Mingyu dengan dingin. Gue baru sadar tatapan Mingyu berbeda. Marah.

"Lakuin apa ya?" Tanya gue gak ngerti. Gue menatap Mingyu dan beberapa orang yang masih berkumpul disitu.

"Jangan balik nanya." Ucap Mingyu dengan nada yang dingin.

Gue meneguk air liur gue, "Gue gak ngerti pertanyaan lo Mingyu."

"Mingyu tanyain pelan-pelan. Kita kan belum tahu kebenarannya." Gue melihat Joshua ngomong. Gue jadi natap Joshua dengan tatapan, 'ini kenapa sih?'

Gue makin gak ngerti karena Lia makin tersedu-sedu dan temannya mencoba tenangin Lia. "Siapapun jawab, dia kenapa?" Suara gue tiba-tiba jadi dingin.

Setelah gue nanya itu, tangan Mingyu langsung mengenggam tangan gue dengar kasar dan kuat. Gue gak bisa lepas dari genggamannya. Gue menatap matanya saat dia bicara, "Dia dikunci ditoilet dan lo pelakunya." OMONG KOSONG MACAM APA INI.

Gue menggelengkan kepala gue, "Apasih Mingyu. Gue gak melakukan apapun." Ucap gue sambil mencoba terlepas dari genggaman Mingyu.

"Lo ngaku aja deh, lo dari toilet kan! Dan lo kunciin gue sama Lia!" Tiba-tiba teman Lia angkat suara.

NGUNCI MEREKA?!

"Kayaknya kalian salah nuduh orang deh. Kan gue yang sebenarnya dikunci ditoilet tadi." Ucap gue lalu melirik Mingyu yang terlihat kaget walaupun dia marah.

"Mingyu lo percaya gue kan? Gue gak akan buat itu ke orang lain."

"Lo bohong Mina." Gue menggeleng. Gue gak bohong demi apapun gue gak bohong. Gue yang dikunci tadi.

Lia malah lebih nangis dan Mingyu langsung melepas tangan gue dengan kasar dan memegang kepalanya, dia frustasi kayaknya.

"Sungguh, gue gak buat itu. Lia, jangan nuduh gue. Lo kan yang duluan keluar dari toilet sama teman lo?" Tanya gue ke Lia yang masih nangis.

"Jangan balik nuduh, Lia!"

Gue menatap Mingyu dengan terkejut. "Gue gak nuduh Mingyu. Emang bener Lia yang duluan keluar." Bela gue pada diri gue.

Kenapa Mingyu belain Lia tanpa tahu kebenarannya? Kenapa juga Lia nuduh gue? Apa bener dia yang kunciin gue? Tapi kenapa?

"Gue percaya kok Mina gak lakuin itu." Ucap Yeji yang baru datang.

"Buktinya apa?" Tanya Mingyu ke Yeji.

Yeji ketawa mendengar pertanyaan Mingyu. "Lo lebih percaya sama pacar lo dibanding teman lo? Wah gue gak terkejut." Ucap Yeji sambil menatap Mingyu lekat.

"Terus alasan lo percaya sama Mina apa dibanding teman sekelas lo?" Tanya Mingyu balik.

Pandangan Yeji beralih ke Lia. "Sayangnya gue hanya gak percaya sama teman sekelas gue." Lalu tatapan kembali ke Mingyu,

"Mending lo cari tahu siapa yang seharusnya lo percaya."

[END] a few things Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang