10. Jenguk

7 3 0
                                    

Setelah telponan lumayan lama bareng Minho, gue makan dan minum obat gue dan akhirnya gue ketiduran deh.

Gue mimpiin Mingyu. Gue mimpi kalo gue berkelahi sama pacarnya dan dia malah ngebela pacarnya dibandingkan gue. Teman-teman Lia juga mengejek gue setelah itu dan gue marah.

Gue pergi dari situ dan gue tiba disuatu tempat dihutan dan ketemu Minho. Kali ini dia gak bawa plester tapi dia membawa kucing peliharaan gue. Gue dan dia gak ngomong apa-apa hanya senyum-senyum sambil nge elus kucing gue.

*tok tok tok*

Gue kebangun deh karena suara ketukan pintu yang gak abis-abis. Siapa sih yang ketuk-ketuk gitu padahal udah tau gue lagi sakit.

"Masuk aja!" Teriak gue dibalik selimut.

Ah jadi pengen tidur lagi deh. Mungkin pengaruh obatnya juga, gue jadi ngantuk.

"Mina?"

Oke, gue udah ketiduran lagi deh. Buktinya gue denger suara Mingyu. Mungkin iya gue lagi pengen dengar suara dia. Udah lama gue gak ngomong sama dia. Huft, marahan ini adalah yang paling lama yang pernah terjadi.

Tiba-tiba ada yang duduk di pinggiran kasur. Eh bukannya gue udah tidur ya? Apa ini lucid dream?

"Mina? Gak usah sembunyi lagi."

What?

Akhirnya gue menjauhkan selimut yang gue pake buat tutupin muka gue.

Itu Mingyu. Ini beneran gue sadar atau mimpi sih?

Gue mengangkat tangan kanan gue, "Cubitin dong. Kalo sakit gue pasti---Aw!"

Oke gue salah membiarkan Mingyu nyubit tangan gue. Itu sakit. Jadi ini nyata?

Ini nyata ya?:')

Gue memperbaiki posisi gue jadi duduk dan kembali menatap Mingyu. Tatapannya sudah gak lagi emosi tapi lembut lagi.

"Lo..udah gak marah sama gue?" Tanya gue dengan hati-hati.

Mingyu tersenyum kecil. Ya Tuhan semoga senyuman itu pertanda baik. "Udah enggak kok. Gue juga minta maaf."

"ENGGAK!GAPAPA! Mingyu gak salah, gue yang salah karna ngambil paper bag itu sembarang. Itukan.. Penting buat lo. Sorry." Ucap gue dengan cepat dan menyesal.

Mingyu terlihat sedikit terkejut?

"Gapapa. Lo..udah tau?"

Gue mengangguk.

"Selamat ya." Krek. Kok gue denger ada sesuatu yang patah ya? Gue juga ngerasa ada yang nusuk-nusuk gimana gitu. Ada yang tahu itu apa?

Mingyu senyum doang.

"Jadi.. Kita baikan?" Tanya gue.

Masih tersenyum, Mingyu mengangguk.

"Ah sini peluk." Gue langsung menjatuhkan diri gue ke pelukan Mingyu.

Tanpa Mingyu tahu, gue tersenyum pahit. Selama ini gue gak peka, gue juga gak sadar kalo gue menganggap Mingyu itu lebih dari teman.

Kenapa gue baru sadar ketika Mingyu udah sama cewek lain ya? Apa itu hukum alam buat gue? Mana mungkin juga Mingyu menganggap gue demikian. Gue gak se spesial itu.

Benar apa kata teman-teman Lia, sampai kapanpun gue dan Mingyu bakalan jadi teman. Gue juga gak mau karena perasaan yang gue rasa ini bisa merusak pertemanan gue dan Mingyu dan karena perasaan yang seharusnya gak ada ini. Gue harus melihat tatapan Mingyu yang marah, dia yang menghindari gue dan bahkan membenci gue. Itu adalah hal terakhir yang gue inginkan.

Ini bukan pelukan selamat tinggal, Mina. Ini pelukan karna kalian udah baikan. Gak usah sedih. Harusnya gue senang dong. Gue udah gak marahan sama Mingyu lagi.

Tapi kenapa.. Kenapa mata gue berkaca-kaca?

Mingyu mengurai pelukannya lalu menatap gue sambil memegang kedua bahu gue.

"Kok nangis?" Suaranya soft banget ampun.

Gue senyum palsu ke Mingyu lalu menggeleng, "Gaklah apaan. Emang kan kalo orang lagi sakit matanya gini?"

Sakit fisik apa hati ya Min? -author.

"Oh gitu. Yaudah deh balik tidur aja. Get well soon, Mina nya Mingyu." Ucap Mingyu sambil senyum malu.

Eh atau cuma pikiran gue aja?

Eh atau cuma pikiran gue aja?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAPER GAK LU?!




💬MAKASIH LOH BUAT KALIAN YG UDAH BACA+VOTE. IYA KALIAN:> GUE JADI BERAPI-API NIH(SEMANGAT)💞💞

[END] a few things Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang