CHAPTER 68

1.3K 91 12
                                    

Bangtan's PoV

Gedung putih itu terasa begitu mencekam, seakan kami masuk kedalam sebuah lubang besar yang tidak diketahui dasarnya. Waktu seakan berhenti berjalan, kenyataan pahit yang tidak bisa kami terima mentah-mentah.

Langkah kaki kami yang teseret menuju sebuah foto yang berada di tengah gedung, foto dari orang yang sangat kami sayangi, sangat kami sayangi.

Suara tangis mulai pecah, satu persatu pertahanan kami runtuh seketika. Sekuat apapun kami menolak kenyataannya, pada nyatanya tidak akan ada yang berubah.

Suho sudah menopang tubuh Irene yang sedang menangis tersedu, masing-masing dari kami juga saling menguatkan dengan pelukan yang teramat erat. Tidak ada yang angkat bicara.

"Hyung, Sha-sha-shaloom," Suara tangis Jungkook yang berada dalam pelukan Namjoon, Namjoon memeluknya erat dan terus mengusap punggu Jungkook untuk menenangkan.

Jin yang kini berdiri di baris paling depan, tertunduk menangis mengamati lantai yang ia pijak. Seakan ia kata-kata untuk menerima bahwa perempuan yang ia cintai, harus pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal.

Chanyeol meraih bahu Jin yang bergetar semakin hebat, Jin tidak tahan lagi untuk menahan tangisnya. Ia membalas peluk Chanyeol dan menjadikan teman 92line nya itu sebagai tempat sandaran.

Para tamu yang hadir membiarkan kami mengambil waktu kami di depan altar, sulit untuk menggambarkan bagaimana situasi ini sekarang, seperti yang dijelaskan pada awal kami memasuki gedung ini, terlalu pahit untuk diterima, berharap kepergiannya hanya mimpi buruk yang tidak akan pernah terjadi.

Pernahkan kalian merasa sangat sedih sehingga lelah untuk menangis?

Ini yang kami rasakan sekarang, setelah hampir 15 menit berdiam di depan altar. Airmata yang pada awalnya mengalir tanpa bisa dihentikan, kini sudah mengering. Pandangan kosong kedepan dengan mulut yang tidak pernah berhenti untuk menyalurkan doa agar ia tenang sekarang.

Berusaha untuk menerima kenyataan walau terasa amat sangat tidak realistis, belum ada yang angkat bicara, hanya tindakan untuk saling menguatkan yang kami lakukan sejak pertama kali masuk kedalam gedung ini.

Pikiran kami yang masih berusaha untuk mencerna kejadian dan berusaha untuk menenangkan diri kami masing-masing tidak pernah berhenti bekerja.

'Sekarang Shaloom bahagia,'

'Sekarang ia sudah tidak merasakan sakit,'

'Sekarang ia bisa tersenyum bahagia,'

Kira-kira seperti itu cara kami untuk menguatkan kembali pertahanan kami. Terlalu egois jika kami memaksanya untuk tetap bisa bertahan dimana kondisinya sudah tidak lagi memungkinkan. Kebahagian dan yang terbaik untuk Shaloom akan menjadi satu-satunya janji yang bisa kami tepati.

-

Author's PoV

Sudah hampir 30menit sejak kedatangan para anggota dari Kpop group tersebut, waktu yang sengaja diberikan untuk mereka agar mereka dapat menerima kenyataan bahwa gadisnya kini sudah kembali ke tempat asalnya.

Upacara penutupan peti pun akan dimulai, para tanu sudah duduk di kursi kayu panjang yang disediakan. Hanya orang-orang terdekatnya yang hadir, selain tempat pemakamannya yang jauh, lagipula Shaloom pasti tidak ingin melihat banyak yang menangis di hari dimana ia kembali bahagia.

Saat pastur sudah berdiri di dekat altar, pintu utama tiba-tiba terbuka kembali. Semua pandangan menatap kearah laki-laki yang baru datang lengkap dengan tuxedo hitamnya.

Langkah kaki laki-laki itu mulai mendekat dan berhenti tepat didepan foto Shaloom, melihatnya sekilas kemudian menundukan wajahnya.

Gregory, Paschal, Hamish, dan Darius menatapnya dengan penuh kejutan, mereka tidak mengira bahwa laki-laki ini akan datang.

"Maaf, Maafin Ayah," Bisik laki-laki itu sebelum bahunya bergetar akibat menangis.

Gregory dan Paschal menghampiri ayah mereka dan memeluknya, berusaha untuk menenangkan laki-laki paruh baya itu.

Pemandangan yang mengharu biru kembali terjadi,

Anggota Bangtan yang melihat laki-laki itu kembali teringat dengan pertemuan pertama mereka saat Shaloom sedang membutuhkan donor darah di Korea tempo hari.

Dave, Ezra, dan Hansen pun tidak kuasa menahan tangis mereka, lagi. Hubungan ayah-dengan-anak antara Shaloom dengan Abelard–ayahnya tidak begitu baik. Rasa sesal dan kecewa akan dirinya pasti membuat Abelard semakin terpuruk.

Sikap dingin dan cenderung membuat Shaloom tertekan sampai lupa caranya bahagia membuat Abelard merasa seperti orang yang paling jahat di seluruh muka bumi.

Jika saja ia memperlakukan Shaloom sebagaimana ia memperlakukan istrinya–Lakhsmi, pasti ia akan sedikit lebih tenang.

Kata 'maaf' yang ia sampaikan pada Shaloom seakan hilang makna. Menurut Abelard, mau sampai lidahya kelu pun tidak cukup untuk membuat Shaloom memaafkan seluruh perlakuannya.

"Udah Yah," Tenang Gregory, ia yang awalnya berusaha untuk kuat nyatanya tidak bisa melihat seorang Abelard menangis seperti ini. Bahkan ini pertama kalinya mereka menyaksikan airmata jatuh dari seorang Abelard Scheinder.

Beberapa tahun sebelumnya, ditempat yang sama.

Abelard menjadi orang terkuat yang dapat menahan tangisnya saat Lakshmi pergi dan dimakamkan. Ia yang menjadi dinding pertahanan bagi anak-anaknya, tapi bukan dengan tidak menangis menunjukan bahwa ia baik-baik saja. Kehilangan seorang wanita yang mengubah hidupnya tentu menyakitkan, Abelard hancur sejak saat itu.

Nafas Abelard mulai kembali stabil, ia diarahkan untuk menuju kursi yang berada di samping tempat Shaloom terbaring.

Ibadah pun dimulai, langit biru yang mulai menggelap seakan ikut bersedih dengan perginya Shaloom. Para tamu dengan hati yang paling tulus ikut mengantar Shaloom menuju tempat peristirahatan terakhirnya, beberapa airmata berhasil lolos dari pelupuk mata mereka masing-masing. Dengan memberikan setangkai bunga lily of the valley menjadi tanda sebagai penghormatan terakhir mereka.

Nyanyian, doa, dan harapan agar Shaloom pergi dengan tenang menuju ke keabadian menjadi satu-satunya modal yang bisa mereka berikan sekarang.

-

Mau tidak mau, suka tidak suka, atau apapun perasaan mereka sekarang tidak akan ada yang bisa mengabil Shaloom kembali. Hari-hari tanpa sosoknya akan terus berganti.

Tanpa bisa ditahan atau dihentikan, proses pengantaran Shaloom menuju tempat peristirahatan terakhirnya kini sudah selesai. Sebagian besar dari mereka masih berdiam dalam gedung itu, tidak saling bicara dan hany mampu mengalunkan doa yang tidak pernah putus untuk teman, sahabat, adik, atau perempuan yang paling mereka sayangi.

Mulai hari ini, Shaloom sudah kembali bahagia.

-

uuu haloooo!!!
gaberasa banget ini fanfic udah 3 tahun😂😂😂
maafkan aku yang sering lama banget updatenya sampe 3 tahun  baru mau selesaiii awkakwkawkka
sebenernya bingung banget tadinya mau happy ending tapi kaya kurang dapet gitu happynya jadi mending sekalian di sad ending-in kan😌
tunggu minggu depan up lagi ya!!!

EVERYTHING [BTS FANFICT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang