04

1.9K 293 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Renjun melemparkan tasnya dengan lelah ke atas sofa. Papanya tadi mengantarnya pulang dan kini langsung berangkat untuk minum-minum dengan temannya.

"Ma!" panggil Renjun dari ruang tamu.

"Ada apa?" Wanita itu kemudian keluar dari kamarnya. Ia buru-buru duduk di sebelah Renjun. "Ada apa, Nak?"

"Nih." Renjun menyerahkan sebuah kertas ke pangkuan mamanya. "Minggu depan ada pertemuan orang tua. Mama bisa dateng kan?"

"Hmm, harusnya bisa," jawab mamanya. "Jam berapa?"

"Jam 9an si mulai katanya. Paling juga ngaret kaya biasa," jawab Renjun.

"Mama dateng kok. Kamu juga harus ikutan ya?"

"Iya. Buat anak-anak sama orang tuanya katanya."

"Berarti papa kamu bakal maksa ikut dong."

"Pasti," jawab Renjun.

"Udah kamu mandi sana. Nanti mama yang kasih tau papa."

"Oke, ma. Love you," ujar Renjun seraya bangkit dari sofa dan membawa tas sekolahnya.

"Love you too."

Wanita itu terdiam, menatap surat di tangannya.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pintu depan terbuka dengan kasar. Jeno masuk dengan wajah marah, diikuti Chenle. Haechan dengan gembira langsung berdiri dan menyambut keduanya.

"Jeno-ya! Puzzlenya udah sele—"

Ucapannya terpotong begitu melihat tanda dari Chenle. Anak itu menaruh jari telunjuk di depan mulutnya, menyuruh Haechan untuk diam. Jeno masih dengan raut kesalnya pergi ke dapur dan mengambil air.

Haechan bertanya pada Chenle melalui matanya, dan Chenle membisikkan,"Biasa."

Chenle mengikuti Jeno ke dapur dan merapihkan makanan yang baru mereka beli. Inikah sebabnya Jeno selalu pergi ke supermarket sendirian?

SPOILER, TRAILER, SURPRISE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang