24

1.4K 227 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Renjun memakan mienya dengan lahap. Perutnya mengaung minta diisi sejak tadi. Untung Jaemin sempat menyelusup keluar dan membeli beberapa ramen dan telur. Renjun benar-benar tak tahan kalau harus kelaparan lagi.

"Makan pelan-pelan," ujar Jeno memperingatkan. Renjun hanya tersenyum kikuk.

Matanya kemudian menangkap Jaemin yang tengah sibuk menyuapi Jisung, sampai ia sendiri lupa makan. Dan seperti malam-malam sebelumnya, hatinya sakit. Mereka semua, anak-anak disini, mereka berhak memiliki kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang sama dengan anak seumuran mereka. Bukannya disini mendekam dan bersembunyi dari kejaran orang dewasa.

Renjun menunduk dan memainkan makanannya. Semua ini salahnya. Ia selama hidup nyaman diatas penderitaan dan kesakitan anak-anak ini. Semua ini salahnya dan selamanya takkan termaafkan.

Ia kembali menatap Jisung dalam diam.

"Aku bisa melakukannya," ujarnya tiba-tiba.

Jaemin berhenti menyuapi Jisung. Begitu pula dengan yang lain.

"Bisa apa?"

"Aku bisa membuat Jisung melihat lagi."

Nafas Jisung tercekat. Untuk sesaat, keheningan melanda.

"Aku bisa membuat Jis—"

"Kamu gak bisa," potong Jeno.

"Aku bisa." Renjun membalas dengan keras kepala.

Jaemin meletakkan sumpitnya diatas meja dan menatap Renjun dengan sendu.

"Kita gak tau gimana efeknya ke tubuh kamu. Kamu liat sendiri gimana keadaan kamu tadi habis nyembuhin Chenle?" balas Jeno.

"Kalo kita belum coba kita gak akan tau."

"Gak. Aku gak ngasih ijin," ujar Jeno tegas.

"Aku gak perlu ijin hyung."

"Renjun!"

Renjun sedikit terkejut mendengar Jeno berteriak marah. Baru pertama kalinya ia melihat Jeno marah seperti ini.

"Udah, udah." Chenle berusaha meleraikan keduanya. "Kita lagi asik-asik makan, gak usah bahas masalah berat disini."

"Bener. Kita omongin ini lagi habis makan, oke?" ujar Haechan, memberi tatapan pada Jaemin seolah meminta anak itu untuk membantunya.

"Y-Ya, a-aku gak apa-apa." Suara Jisung bergetar. Fakta bahwa ia bisa kembali melihat, meski untuk sesaat, membuatnya bahagia. Dan walaupun Jisung benci mengatakannya, ia masih menantikan keajaiban untuk bisa kembali melihat cahaya.

"Aku akan coba nyembuhin mata Jisung." Renjun kembali bicara dengan lebih percaya diri.

"Itu terlalu bahaya," ujar Jeno.

SPOILER, TRAILER, SURPRISE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang