12

1.5K 259 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"J-Jisung?"

Chenle dengan kasar menarik Renjun keluar dari ruangan tersebut, dibantu dengan Haechan. Sementara itu, Jaemin buru-buru masuk dan menenangkan Jisung yang tengah menangis kencang.

Renjun menatap Jisung dengan terkejut. Mengapa ia bisa ada disini? Mengapa ia menangis? Apa mereka menyakitinya? Beribu pertanyaan menghantui dirinya, namun ia tahu jawabannya takkan mudah didapat. Cengkraman di kedua lengannya semakin lama semakin keras, memaksa Renjun untuk keluar dari ruangan itu. Sosok Jisung pun perlahan menghilang dari tatapannya.

Mereka mendorongnya sampai terjatuh. Renjun buru-buru berdiri, sadar dirinya kembali berada di ruangannya. Dengan panik, ia berusaha menerobos Chenle.

"I-Itu Jisung kan?" tanya Renjun panik. "Kenapa dia disini? Apa yang terjadi? Kenapa dia begitu?"

Chenle dengan kasar kembali menghempas Renjun ke lantai. Namun ia tak merasa sakit sama sekali. Tubuhnya dipenuhi rasa terkejut dan panik. Tidak mungkin Jisung bisa ada disana. Ia tak mungkin ada sangkut pautnya dengan anak-anak jalanan seperti ini. Jisung bukanlah orang seperti itu. Ia yakin. Pilihan terakhir berarti mereka menculik Jisung, sama seperti mereka menculik dirinya.

"Aku mohon, biarin aku ketemu sama Jisung! Itu pasti Jisung, aku gak mungkin salah liat!"

Renjun berlutut di depan Chenle, memohon minta dibebaskan. Ia kemudian turut berlutut di depan Haechan. Namun keduanya tetap diam.

Belum sempat ia kembali memohon, sebuah tangan kekar menarik kerahnya, membuatnya terpaksa berdiri. Lehernya serasa dicekek, menghalangi jalan masuknya udara. Ia memukul tangan tersebut, namun ia tetap tidak pergi. Nafasnya semakin lama semakin pendek, pandangannya berkunang. Ia mulai kehilangan kesadaran.

Tubuhnya dijatuhkan begitu saja. Ia berusaha menarik nafas sebanyak mungkin, sebelum rasa sakit tiba di perutnya. Orang itu dengan keras menendang tubuhnya tanpa ampun. Renjun mengangkat kedua tangannya dan melindungi kepalanya. Mulutnya mengeluarkan rintisan menahan rasa sakit.

"Kamu yang ngelakuin ini! Ini semua karena kamu! KAMU!"

Renjun tak bisa mendengar dengan jelas siapa yang berteriak. Ia bahkan tak merasakan rasa sakit. Satu-satunya hal yang ada di benaknya hanyalah Jisung. Wajahnya yang meringis kesakitan, tangisannya yang terdengar ketakutan. Mengapa anak itu ada disini?

Pukulan itu tiba-tiba berhenti. Renjun tak tahu kapan. Yang jelas, seseorang kembali menariknya untuk duduk, menggenggam pergelangan tangannya dengan erat. Renjun kehabisan nafas. Entah akibat pukulan tadi atau akibat pikirannya mengenai Jisung. Ia dapat merasakan sekujur tubuhnya dipenuhi darah dan memar.

Orang itu menghentakkan pergelangan tangannya, memaksa Renjun untuk melihat matanya.

Jeno.

Pria itu menatapnya dengan tatapan yang tak bisa ia artikan. Apa itu kesedihan? Apa ia khawatir?

SPOILER, TRAILER, SURPRISE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang