05

1.8K 276 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Renjun pikir kehidupannya akan berjalan normal selamanya. Lulus dari SMA, diterima di perguruan tinggi elit, kemudian menikah dan mempunyai anak. Sejujurnya, ia kadang merasa bosan dengan hidupnya yang terlalu monoton.

Namun kini ia merindukan kehidupan lamanya.

Kepalanya kini terasa sangat berat. Matanya tak bisa dibuka, tak peduli berapa keras ia mencoba. Beberapa saat yang lalu ia adalah anak dari orang terkaya di Seoul. Namun kini, ia tak punya apa-apa.

Dalam kegelapan, Renjun melihat dirinya sewaktu kecil. Ia berlarian dengan bebas sambil tertawa keras. Di belakang, papanya mengejar, berpura-pura menjadi seorang monster. Renjun mau tak mau turut tertawa. Mungkin ia takkan pernah melihat papanya lagi. Dari kejauhan, ia mendengar mamanya berteriak pada keduanya, bahwa makan malam sudah siap.

Papanya kemudian menggendong dirinya dan membawanya masuk. Mereka lantas makan malam bersama, seperti yang biasa dilakukan. Renjun tak ingat masakan mamanya kala itu, namun ia tahu itu enak.

"Kenapa kamu keluar gitu aja?! Kamu inget peraturan pertama kita kan? Jangan pernah nunjukkin muka ke siapapun!"

"Kamu bisa ketauan."

"Sekarang orang itu tau wajah kamu. Tau warna rambut kamu! Dia bisa dengan mudah menemukan kita."

"Terus? Kamu mau apa?! Maunya aku diem, biarin kamu ketangkep, gitu?! Biarin semua rencana kita gagal?!"

"Udah! Cukup!"

Renjun perlahan membuka matanya, membiarkan cahaya mengisi ruang pandangnya. Memori masa kecilnya seketika itu juga menghilang. Ia menelan ludahnya, menahan rasa sakit di kepala. Suara-suara itu berhenti. Semuanya hening.

"Liat siapa yang kalian bangunin."

Pandangan Renjun pulih sepenuhnya. Ia berusaha menggerakan tangannya, namun kedua tangannya itu serasa dikunci, sama sekali tak bisa bergerak. Begitu pula dengan kakinya. Ia seolah tengah diikat di sebuah tiang dalam keadaan berdiri.

Bukan seolah, tapi memang benar.

Mulutnya tak bisa mengeluarkan suara. Ia seolah menjadi patung hidup yang sama sekali tak bisa bergerak.

Seorang pria berjalan pelan mendekatinya. Pria yang sama dengan yang ia lihat di pantulan keramik.

"Huang Renjun, udah lama kami menunggumu."


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SPOILER, TRAILER, SURPRISE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang