15

1.5K 249 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Mulai sekarang kamu bebas."

"Bebas?"

Renjun menatap Jeno dengan bingung. Pria itu nampak terengah-engah, seolah baru saja berlari. Rambutnya lepek menempel dengan kulit wajahnya. Keringat membasahi pakaiannya.

"Iya. Kamu bebas pergi. Kamu boleh pulang."

Pulang.

Kata itu sudah lama tidak ia dengar. Beberapa hari lalu, mungkin ia takkan berpikir 2 kali sebelum berlari keluar, meninggalkan tempat itu. maksudnya, ini adalah kesempatan emas. Mungkin ini satu-satunya jalan ia untuk kembali. Tapi, kemana ia harus pulang? Ke rumah?

Ia tak mau meninggalkan Jisung sendiri. Ia tahu Jaemin sudah menjaganya selama ini. Tapi ia tetap ingin berada di sisi sahabatnya itu, merawat dan menjaganya. Ia malu untuk mengatakan ini, tapi ia juga ingin tinggal dengan yang lain. Memang mereka bukanlah anak-anak yang baik, mereka suka memukul. Tapi Renjun ingin tetap disini. Apalagi setelah tahu semuanya.

"Gak mau." Renjun akhirnya menjawab.

"Apa?"

"Ada apa sebenernya? Kenapa tiba-tiba aku dibolehin pergi?"

Jeno menarik nafas pelan. "Kamu gak aman disini."

"Kalo aku gak aman disini, berarti kalian semua juga gak."

"Kamu harus pergi."

"Aku gak mau."

"Kamu gak ngerti!" Jeno berteriak marah.

"Kalo gitu buat aku ngerti!"

Renjun berusaha menahan amarahnya sambil dengan berani menatap Jeno. Walau anak itu lebih tinggi darinya, hal itu tidak membuatnya ketakutan. Ada sesuatu yang masih disembunyikan mereka. Mengapa mereka menculiknya? Untuk balas dendam, tapi bagaimana? Balas dendam pada siapa?

"Kenapa kalian nyulik aku?" tanya Renjun. Emosinya meluap. "Kenapa kalian bilang mau bales dendam?"

Renjun berjalan pelan dan menatap mereka satu per satu. "Apa yang aku gak tau?"

"Kenap—"

Ucapannya terhenti begitu matanya menangkap layar cerah dari computer Haechan, duduk diam di ujung ruangan. Layar tersebut nampak menampilkan sebuah artikel, dengan judulnya yang ditulis dengan huruf besar. Jantung Renjun serasa berhenti berdetak.

NYONYA HUANG DITEMUKAN TEWAS BUNUH DIRI DI KEDIAMANNYA

Seketika itu juga tubuh Renjun terjatuh lemas. Matanya masih terikat dengan layar tersebut, huruf demi huruf ia baca berulang kali. Tidak. Ini tidak mungkin terjadi. Ia pasti salah baca. Matanya pasti salah baca. Buru-buru ia merangkak mendekati computer tersebut. Dengan mata terbuka lebar, ia baca satu per satu, huruf demi huruf dari layar tersebut. Layar silau itu menyerang matanya yang kini terbiasa dengan kegelapan.

SPOILER, TRAILER, SURPRISE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang