27

1.4K 212 16
                                    

WARNING: Character Death.

Renjun memeluk kedua kakinya erat-erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renjun memeluk kedua kakinya erat-erat. Ia menyenderkan tubuhnya di ujung pod, membuat tubuhnya sekecil mungkin. Pod itu berbentuk kotak kecil, mungkin hanya sebesar toilet di sekolahnya dulu. Tidak ada penerangan sama sekali di dalamnya. Entah pukul berapa sekarang. Sejak ia bangun beberapa jam lalu, belum ada orang yang datang.

Tubuhnya bergetar hebat. Rasa takut mulai menyelimutinya. Tak ada yang bisa ia lakukan. Pada kedua pergelangan tangannya terdapat gelang besi yang cukup berat. Renjun menduga gelang itu digunakan unutk mencegahnya menggunakan kekuatannya.

Suara keras, layaknya suara ledakan tiba-tiba terdengar. Dengan panik Renjun menutup kedua telinganya. Seorang pria berpakaian abu masuk sambil membawa sebuah baki berisi makanan. Renjun dengan waswas mengamati pergerakan orang itu. ia meletakkan baki makanan itu di depan Renjun dan perlahan berjalan ke arahnya.

"A-Apa yang kau lakukan?!" teriak Renjun panik. Namun orang itu tetap diam. Ia menarik Renjun berdiri dan memutar tubuhnya, sehingga kini ia menghadap tembok. Renjun terdiam, tak berani melawan. Dengan kasar, orang itu menyuntikkan sesuatu di lehernya sambil masih memegangnya di tempat. Renjun meringis ketika jarum suntik itu ditarik keluar dari dagingnya. Orang itu kembali pergi, dan kali ini podnya menyala terang.

Renjun melihat makanan yang dibawakan orang itu. Sepiring nasi putih dan air mineral. Tanpa lauk maupun sayur apapun.

Pria itu menarik nafasnya.

Ia harus hidup.

Bagaimanapun caranya.

Ia kemudian meraih nasinya dengan tangan gemetar. Perlahan, ia menyuapkan makanan itu. Air matanya meleleh. Akhir-akhir ini ia banyak sekali menangis. Mungkin lelah dengan hidup.

Renjun merutuki dirinya. Kenapa ia bisa sebodoh ini? Tentu saja papanya akan lebih peduli mengenai proyek percobaan ini dibanding dirinya. Kenapa tak terlintas sedikitpun di benaknya bahwa pria itu bisa menangkapnya?

Ia merindukan Jeno. Ia merindukan yang lain. Ia bahkan merindukan teman-teman sekolahnya. Sambil terus mengunyah dan terus mengunyah, Renjun membiarkan air matanya menetes. Ini baru permulaan. Ia tahu seberapa mengerikannya tempat ini dari kisah Jeno.

Dan kini, ia akan mengalaminya sendiri.


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SPOILER, TRAILER, SURPRISE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang