14

1.5K 251 14
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Siapa kalian sebenarnya?"

Chenle terdiam, seolah tak mampu menjawab. Padahal nyatanya, hal itulah yang ia tanyakan setiap malamnya, berulang kali. Hidup seperti ini bukanlah pilihannya. Ia tak pernah mau kehilangan keluarganya. Ia tak mau hidup sendiri.

"Kami manusia normal, kaya kamu." Jaemin menjawab pertanyaan Renjun seraya keluar dari kamar Jisung. Haechan turut mengekor di belakangnya. "Kami punya mimpi yang sama, cita-cita. Kami merasakan hal yang sama kaya kamu.

Kami cuma punya kehidupan yang berbeda, merasakan sakit yang berbeda."

Jaemin menatap Renjun dari bawah sampai ke atas, membuat anak itu salah tingkah.

"Maaf soal kemarin."

Renjun mengangguk sebagai jawaban.

"Apa kamu pernah denger Proyek Mimpi 8-25?" tanya Chenle. Renjun menggeleng pelan. Nama itu terdengar asing di telinganya.

"Wajar kamu gak tau. Mereka memastikan gak ada satu pun orang yang denger proyek itu."

"Itu apa?"

"Itu adalah sebuah proyek menciptakan senjata dari manusia," ujar Jaemin. "Mereka menculik anak-anak, membunuh keluarga mereka, dan menyuntikkan tubuh mereka dengan virus."

"Virus?"

"Semua penyakit yang kamu tau, kanker, leukemia, apapun itu, mereka buat virusnya. Mereka bilang hybrid dari virus ini bisa menghasilkan kekuatan super, yang bisa dijadikan senjata."

"Itu gak mungkin." Renjun bergumam.

"Itu mungkin."

"Banyak yang gagal. Mereka mati karena virus ini," ujar Haechan.

"Jisung adalah yang pertama berhasil. Dia sangat kuat dan cepat. Dia bahkan bisa menarik bus besar penuh berisi orang dengan tangannya aja. Dia bener-bener kuat dan mereka seneng akhirnya ada yang berhasil dari proyek ini."

"Tapi itu gak berlangsung lama," bisik Renjun mulai menebak kisahnya.

"Iya. Dia lumpuh dan penglihatannya hilang karena virus itu."

"Terus, kalian?"

"Kami juga berasal dari sana, dari proyek yang sama. Kami kabur 3 tahun yang lalu."

"Kamu yang ngendaliin tubuhku tadi. Itu kekuatanmu," ujar Renjun.

Haechan mengangguk. "Itu kekuatanku. Mengendalikan tubuh dan pikiran manusia."

"Itu keren," gumam Renjun.

"Aku nyaris mati untuk mendapatkannya. Keluargaku mati untuk mendapatkannya. Itu gak keren sama sekali."

"Maaf," ujar Renjun pelan. Haechan hanya diam membisu.

"Sekarang gimana? Kamu udah tau semuanya," tanya Chenle.

SPOILER, TRAILER, SURPRISE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang