chapter 8

404 35 0
                                    

Mereka berbincang bincang ditaman berdua, ketawa bareng, tanpa adanya Yuni.

"Yuni kemana? Kok ga bareng sama kita?" Tanya Gisell.

"Hmm,, ga tau tuh anak, dari tadi asik ketawa Mulu, ga jelas amat." Jawab Dita.

"Kok bisa?" Tanya Gisell.

"Gatau juga, apa jangan jangan" ucap Dita dengan ekspresi wajah kepo.

"Jangan jangan apa?" Tanya Gisell.

"Apa jangan jangan dia juga lagi fall in love kali ya?, dia tuh senyum senyum sendiri daritadi, persis kayak Lo tadi" ucap Dita dengan gaya detektif.

"apa mungkin si Yuni pacaran?, Kayaknya ga mungkin deh, Yuni anaknya mana ngerti gituan dia tu terlalu sibuk sama pelajaran sampai lupa sama pacaran" ucap Gisell.

"Iya juga si kalo kita liat dari sudut pandang Lo" ucap Dita.

"Ehh kita ga boleh suudzon, mungkin dia lagi ngerjain tugas yang tadi diberikan sama guru piket" ucap Gisell.

"Yee gimana sii kan tadi elu yang mancing suudzon duluan" ucap Dita.

"Eh iya,, Hehehehe"

***
Author POV

Diruang kelas
Guru bahasa Indonesia masih menjelaskan pelajaran, jam masih menunjukkan pukul 15.30 yang artinya 1800 detik lagi bel pulang akan berbunyi.

Suasana kelas hening yang kedengeran hanya suara guru yang daritadi mulutnya ga selesai selesai berkomat kamit yang membuat siswa dan siswi mengantuk.

Mungkin bagi siswa yang ambis mereka ga akan ngelewatin satu katapun yang keluar dari mulut Bu guru, sekitar 7-8 siswa ambis dalam kelas Dita. Dan ia tidak termasuk dalam golongan itu. Yuni termasuk anak yang ambis ia termasuk dalam 8 golongan itu.

Dita dan Yuni memang duduk di bangku paling depan tapi saat jam mata pelajaran terakhir Dita selalu minta tukeran tempat duduk sama temennya yang duduk di kursi paling belakang, agar ia bisa menikmati angin sepoi sepoi dari jendela belakang sampai ia tertidur.

Dan bukan hanya Dita saja yang tertidur saat jam terakhir ini, hampir separuh siswa yang ketiduran disebabkan tak sanggup menahan kantuk mendengar ocehan guru mereka.

Ditambah lagi suara guru tersebut sangat kecil dan lembut, bagi Dita, suara gurunya bagaikan dongeng sebelum tidur.

Gurunya pun tak mempermasalahkan apabila murid muridnya tertidur, ia sangat mengerti bahwa anak anak itu perlu istirahat dari belajar, tidak seharusnya pemerintah menekan siswa untuk belajar full day tanpa istirahat. Karena dengan menekan mereka untuk terus belajar dan belajar maka mereka akan merasakan jenuh, bosan.

Belajar itu harusnya menyenangkan, dengan menerapkan metode pembelajaran yang efektif dan produktif maka siswa akan senang dalam belajar.

Jam menunjukkan pukul 16.00 wib, Dita terbangun dari tidurnya. Ia kembali ke bangkunya setelah guru keluar dari kelas.

Satu persatu buku ia masukkan kedalam tas sambil sesekali memperhatikan Yuni yang sedari tadi melihat kearahnya.

Dita mengerutkan keningnya.

"Apa?!" Tanya Dita dengan wajah antara penasaran dan muka bangun tidur.

Yuni menghela nafas panjang, ia sudah tak sanggup menasihati sahabatnya yang satu ini. Jika ia menasihati Dita, palingan cuma dianggap main main sama Dita.

Dita semakin kesal dengan tatapan Yuni, tak ada angin tak ada hujan tiba tiba melihatnya dengan cara seperti itu.

"Apaan sii Yun?"

Yuni pun membuka suara karena sudah tak sabar dengan kebiasaan buruk Dita yang suka tidur di jam mapel terakhir.

"Lo sadar ga kalo kebiasaan tidur di jam belajar itu salah?" Tanya Yuni yang tak sabar menahan amarahnya.

"Oalah,, gara gara Masalah sekecil itu bisa bikin Lo kesel sama gue?" Jawab Dita dengan wajah tak bersalah.

"Dit, Lo itu udah gede, Lo udah bisa bedain mana yang bener mana yang salah"

"Dan Lo ga perlu ngikutin temen temen kita yang ga peduli sama belajar, mereka itu bego Dit." Tambah Yuni.

"Udah kalii Yun, jangan ngomong gitu kasian mereka, mereka itu emang ga pinter di bidang akademik, tapi percayalah mereka punya rasa solidaritas yang tinggi lho"jawab Dita.

"Huuffttt,, susah emang kalo ngomong sama orang bego" ucap Yuni sebagai wujud dari kekesalannya terhadap Dita yang tidak pernah nurutin nasihatnya.

Mungkin kata kata yang keluar dari mulut Yuni bagi sebagian orang itu seperti kata kata kasar, tapi tidak bagi Dita, baginya kalimat itu bagaikan lelucon yang dirangkai sedemikian rupa oleh Yuni.

Dita membalas ucapan Yuni dengan senyuman

"Yun, kalo bisa bego kenapa harus pinter?" Jawab Dita dengan wajah polos.

Yuni semakin tak bisa menahan amarahnya saat ini yang semakin memuncak.

Ingin rasanya ia masukkan 5 butir cabe ke mulut Dita. Dengan penuh emosi Yuni meninggalkan Dita begitu saja.

"Hayoo, Yuni marah,, hayoo🎼" ucap Gisell dengan nada seperti bernyanyi.

Gisell yang duduk dibelakang bangku Yuni sedari tadi mendengar kericuhan yang dibuat oleh Dita dan Yuni tak mau ambil pusing karena itu adalah hal yang lumrah bagi mereka berdua.

"Apaan si sell, bentar lagi juga baikan tu anak" ucap Dita dengan wajah bete.

"Hmm,, kalian tu ya selalu aja berantem terus baikan, berantem terus baikan lagi, ga bosen apa?" Tanya Gisell.

"Bukan bosen lagi Sell, udah MUAK" ucap Dita mempertajam bunyi kata 'muak'.

Gisell terkekeh mendengar ucapan Dita.

"Tapi yaa gimana lagi, Yuni kan temen gue dari TK, SD, SMP, sampe sekarang SMA pun kami masih sama sama,, ya gue tau lah nanti cara baikin dia" ucap Dita menunjukkan sebuah simpulan senyuman manis diwajahnya.

"Yaudah gue balik duluan yaa" ucap Yuni menepuk pundak Dita memberikan semangat kepadanya.

★★★★★
Hay Hay readers,, kekmana nih puasanya lancar?,,,,
Semoga lancar terus yaa sampe lebaran idul Fitri nanti

Salam hangat dari author🤗

Jangan lupa comment dan vote ya teman teman
Biar authornya rajin upload chapter baru🥰

Gendut No Problem {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang