chapter 5

515 54 0
                                    

Author POV

Jam belajar mengajar kini usai sudah, seluruh siswa dan siswi pun berhamburan keluar.

ada yang langsung pulang kerumah, ada yang dijemput sama orang tua, ada yang masih nongkrong di warkop dengan seragam sekolah, ada yang pulang dengan kereta tanpa mesin(sepeda maksudnya), ada yang pulang nggak bawa apa apa (jalan kaki maksudnya) seperti yang Dita lakukan saat ini.

Eitss tapi bukan berarti Dita pulang jalan kaki sampe kerumahnya yaa.

ia berjalan kaki sampai halte.

Yaa benar saja, Dita kapok dengan tragedi angkot pagi tadi, ia menyumpahi angkot tersebut dengan segala jenis hewan yang ada di kebun binatang. Ia kesal dengan perlakuan orang orang yang terlalu mendiskriminasikan dirinya terutama dari kalangan emak emak yang selalu menyudutkan dirinya saat dalam angkot. Dan akhirnya ia memutuskan untuk naik bus saja, selain gratis, juga dapat mengurangi polusi udara, pake AC lagi busnya, walaupun harus berjalan kaki menuju halte bus, tapi itu bukan masalah bagi Dita, hitung hitung olahraga biar makin cepet kurus.

Setelah berjalan selama sepuluh menit, Dita sampai di halte bus tersebut. Ia mengecek apakah akan ada bus yang lewat atau tidak melalui smartphone nya.

Ternyata enam menit lagi bus yang menuju ke halte yang dekat dengan rumah Dita sampai. Ia memilih untuk menunggu bus tersebut.

Namun ada yang menjanggal di hatinya saat melihat ke arah seberang sana, ia melihat seorang gadis yang memangku ibunya dalam gerobak pemulung, Dita merasa iba kepada gadis tersebut. Ia pun berjalan menghampiri mereka.

"Assalamu'alaikum" ucap Dita.

"Wa'alaikumussalam" jawab gadis tersebut.

"Hmm,, boleh nanya? Ini ibu nya kenapa ya? Mau dibawa kemana?" Tanya Dita.

"Kalo saya bilang ga boleh nanya gimana?" Jawab gadis tersebut

DEGG!!

"Eh,, becanda deh hehe" ucap gadis tersebut dengan cekikikannya.

"Ini, aku mau bawa ibuku kerumah sakit, lambungnya kambuh" tutur gadis tersebut.

"Oohh gitu, kenapa nggak naik becak aja?" Tanya Dita.

"Mahal kalo naik becak"

Dita tersontak kaget mendengar jawaban gadis itu, bagaimana bisa harga becak yang cuma Rp15.000 itu dikatakan mahal, bahkan harga segitu cukup untuk sekali makan siang Dita.

melihat ibu tersebut seperti sedang menahan kesakitan. Lalu ia memberikan dua bungkus cilok yang tadi ditraktir Yuni kepada mereka berdua, semoga dengan memakan cilok tersebut dapat mengurangi sakit perut si ibu.

Ia sangat prihatin melihat kondisi ibu itu, ia yang selama ini selalu mengeluh karena tidak bisa pergi sekolah dengan kendaraan pribadi dan memilih naik angkot dan ia merasa itu menjadi beban terbesar dihidupnya. Ternyata masih banyak diluar sana yang sangat bersyukur apabila mendapatkan seperti apa yang Dita dapatkan saat ini.

Saat itu Dita menyadari bahwa dirinya tidak bersyukur atas apa yang telah ditakdirkan baginya.
Ia lebih banyak mengeluh daripada bersyukur.

Bus pun tiba, Dita bingung apa yang harus ia prioritas kan saat ini, apakah membantu sang ibu yang kesakitan, ataupun langsung pulang karena kemungkinan besar bus yang jalurnya kearah rumah Dita akan tiba malam sesuai waktu di aplikasi nya.

Dita melihat tidak ada raut kebohongan dari dua insan yang berada didepannya saat ini. Ia mengambil uang berwarna biru dari dompetnya agar bisa mengurangi biaya obat si ibu.

Dita bukanlah orang kaya, tapi apa salahnya membantu orang lain yang sedang mengalami kesusahan.

Sebelum Dita beranjak meninggalkan mereka, ia menanyakan nama gadis tersebut

"Oh ya, nama kamu siapa?"

Gadis tersebut terdiam beberapa detik, ia masih tidak percaya kalo orang kayak Dita punya duit sebanyak itu untuk disedekahkan, sedangkan dibajunya ada bekas jahitan, dan mulai pudar warnanya, dalam fikiran gadis itu Dita adalah orang yang tak berkecukupan juga sama seperti dirinya, ternyata dia salah besar, ia tak seharusnya melihat seseorang dari covernya.

Dia mungkin salah menilai Dita, namun ada benarnya juga dia berpikiran seperti itu, mungkin saja bukan hanya dirinya yang berpikiran seperti itu, orang lain yang melihat Dita pasti berpikir demikian juga.

"Oh,,, sorry namaku Tina" jawabnya setelah sadar dari lamunannya.

"Ouh oke, ohya nanti kalian ke rumah sakitnya kalau nggak ada angkot naik bus aja, tenang naik bus gratis kok karena itu dari pemerintah untuk mengurangi kemacetan, yaudah aku duluan ya, assalamu'alaikum" ucap Dita kepada Tina dan ibunya.

"Wa'alaikumussalam, makasih infonya." jawab Tina dan ibunya disertai sebuah simpulan senyuman.

Dita menyebrang jalan dan memasuki bus, disisi jendela ia melihat Tina yang belum beranjak dari tempatnya.
Ia melambai singkat kepada Dita seolah mengatakan 'terimakasih'.

Sebuah simpulan senyum terbentuk di wajah Dita. Tidak lama setelah itu, ia merasakan hawa panas di matanya, dan mulai meneteskan air mata ada rasa haru bercampur malu, haru karena melihat Tina yang sangat menyayangi ibunya, rasa malu karena Dita belum bisa membahagiakan ibu dan ayahnya.

Ia sangat bersyukur karena Allah sangat baik kepada dirinya, karena ia masih diberi kesempatan untuk lebih bersyukur kepada-Nya dengan kejadian hari ini

'terimakasih ya tuhan' batin Dita.

★★★★★
Assalamu'alaikum temen² gimana² suka ga ceritanya?
Semoga kalian suka yaaa,, dan aku minta maaf yaa karena jarang update, nah, makanya kalian harus comment dan vote terus ya part² disetiap cerita aku, biar akunya makin semangat nulis cerita ini.

Dan untuk readers ku yang ada di seluruh Nusantara, tetep stay at home ya, jaga kesehatan, tetep olahraga walaupun dirumah, jangan males-malesan. Dan kalo keluarpun harus dengan alasan yang bener² penting, jangan suka berkumpul ga jelas. Dan buat yang masih keluar karena pekerjaan yang menuntutnya harus keluar, harus tetep jaga kesehatan, pakai masker, handsanitaizer, ikuti anjuran dari pemerintah yaa..

Dan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan🙏☺️

Gendut No Problem {TAMAT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang