#8#

882 76 0
                                    

~Kesedihan adalah kebahagiaan yang tertunda~

Happy Reading

***

Ardel turun dari angkutan umum, ia memberikan ongkos pada supirnya. Hari ini ia sedang libur bekerja jadi disinilah dia dimana ibunya tinggal lebih tepatnya dimana ibunya dirawat. Ardel melangkahkan kakinya gontai masuk kedalam rumah sakit yang langsung mencium bau obat-obatan. Sesekali Ardel akan membalas sapaan yang diberikan oleh para dokter serta suster yang memang sudah mengenalnya karena terlalu sering mengunjungi rumah sakit ini.

Ardel memasuki ruangan yang sudah seperti rumah kedua baginya. Ruangan yang sudah berbulan-bulan Ardel masuki, ruangan yang menjadi alasan Ardel selalu menangis dalam diam, ruangan yang membawa harapan besar bagi Ardel akan kesembuhannya. Setelah kambuhnya penyakit ibunya, Ardel lagi-lagi harus di beritahu berita yang sangat membuat jantung nya hampir berhenti dimana ibunya dinyatakan koma dan selama berbulan-bulan ini lah ibunya belum juga sadarkan diri dari tidur panjangnya yang membuat Ardel seringkali merasa takut akan terjadi yang tidak-tidak

Ardel menghela napas panjang, ia meletakkan tasnya di sofa lalu berjalan dan duduk disamping tempat tidur ibunya, Ardel menggenggam tangan ibunya yang dingin, ia mengusap helai demi helai rambut ibunya yang sedikit memutih namun ibunya masih terlihat sangat cantik. Ardel tersenyum, ia mengecup kedua pipi ibunya dengan sayang

"Apa kabar bu hari ini? Ibu kapan bangun? Ibu gak kangen sama Ardel? Ardel disini kesepian loh bu, katanya ibu mau temenin Ardel sampe Ardel punya anak. Tapi ibu malah enak-enakan tidur disini" Ardel cemberut "ibu tega biarin Ardel tinggal sendiri di dunia ini? Ibu kan tahu kalo Ardel gak punya saudara yang Ardel kenal. Ardel cuma punya ibu. Ardel mohon sama ibu, jangan tinggalin Ardel sendiri ya bu. Ardel gak mau sendirian disini bu"

Ardel mengusap air matanya "ibu tahu gak kejadian hari ini di sekolah apa? Ibu tau kan Lio? Dia baru aja mukulin Dika bu, kapten futsal disekolah Ardel, emang Dika yang salah sih karena Dika udah jelek-jelekin B4 di depan Lio tapi kan tetep aja ya bu kekerasan itu salah. Terus ya bu, Lio malah jadinya marah-marahin Ardel karena Ardel minta ganti rugi soalnya gara-gara Lio, makan siang Ardel jadi jatuh sia-sia. Tapi untungnya aja ada Daren bu, dia nyelamatin Ardel dari amukan singa kaya Lio. Ganti aja ya bu namanya jadi Leo lebih cocok"

"Terus ibu tau gak, Ardel dibantuin juga sama kak Cantika, dia itu kaya bidadari banget bu, udah cantik, badannya mungil, putih, rambut panjang, anggun, kalo ketawa merdu banget terus kalo senyum yaallah bu indah banget. Awalnya Ardel kesel ya bu karena dia itu pacarnya Daren, tapi karena Ardel sekarang udah tau kak Cantika sebaik apa, Ardel jadi mikir, pantesan aja Daren jatuh cinta sama Cantika orang kak Cantika tuh selalu baik dan positif thinking orangnya cocok sama Daren yang selalu tenang dalam kondisi apapun"

Ardel terus menceritakan kejadian demi kejadian yang ia alami pada ibunya. Tanpa peduli bahwa ibunya akan mendengar atau tidak, karena hanya dengan begini saja Ardel dapat merasakan bahwa ibunya selalu ada disampingnya dan akan selalu menemaninya sampai kapanpun. Dengan begini Ardel dapat bernapas lega karena ibunya masih ada di dunia ini meski ibunya tidak merespon ceritanya kali ini. Terakhir Ardel kembali mengecup kening ibunya lembut

"Cepet bangun bu! Ardel sayang ibu"

***

Ardel menutup pintu ruangan ibunya itu, ia berjalan menjauhi ruangan itu, Ardel tersenyum kearah suster yang lewat menyapanya. Ardel menghentikan langkahnya ketika melihat pria paruh baya dengan penampilan sedikit berantakan, dan wajah yang sudah ditumbuhi bulu-bulu halus. Dia Adi Nugroho, ayah Ardel. Ardel berjalan mendekat dengan pandangan yang sulit diartikan, lalu menari Adi untuk ikut dengannya, karena Ardel tidak ingin ada keributan di dekat ruangan Rani

"Mau apa bapak kesini?" Tanya Ardel setelah berada di atap rumah sakit "apa uang bapak abis?"

"Pak. Bisa gak sih! Bapak jangan minjem uang terus sama om Rafi! Ardel malu pak. Bapak tuh harusnya kerja, bukan minjem uang terus biarin hutang bapak semakin banyak! Ardel mohon pak, bantu Ardel biayain perawatan ibu"

Adi menatap anak semata wayangnya datar "udah gw bilang! Ibu lo tuh nyusahin! Ngapain dibawa kerumah sakit! Bikin repot orang aja"

"Pak! Ibu istri bapak!" pekik Ardel

"Gw males ketemu ibu lo yang penyakitan. Bentar lagi juga mati" ucapnya kejam

Ardel menggelengkan kepalanya "bapak jahat! Ardel benci banget sama bapak! Yang nyusahin disini tuh bapak! Bukan ibu!"

"Gw minta duit! Duit gw abis" Adi menyodorkan tangannya meminta uang pada Ardel

Ardel menatap Adi dengan tajam "bapak denger! Sampe kapanpun Ardel gak akan maafin bapak! Bahkan ketika bapak butuh pertolongan Ardel. Ardel gak akan mau bantuin bapak" ucap Ardel seraya memberikan beberapa lembar uang pada Adi

"Gw gak peduli" jawab Adi langsung pergi meninggalkan Ardel sendiri di atap rumah sakit

Ardel memukul-mukul dadanya yang terasa menyesakkan. Ardel tidak menangis, ia hanya merasa sakit hati ketika mendengar Adi menyumpahi Rani yang akan segera mati. Bahkan jika Ardel ingin menjadi anak yang durhaka, lebih baik Adi saja yang mati jangan Rani. Hanya Rani yang Ardel punya. Jika Rank pergi dari dunia ini, apa yang akan terjadi pada Ardel kedepannya? Ardel bekerja hanya untuk Rani, lalu untuk apa Ardel bekerja kerasa selama ini jika Rani tidak selamat?

Ardel menilap kedua kakinya, ia menyimpan dagunya diantara dua lutut, Ardel menghembuskan napasnya panjang lalu mendongakkan wajahnya melihat langit sore yang sebentar lagi akan berubah menjadi senja. Senja yang begitu indah, namun keindahan nya hanya sementara. Ardel pernah berpikir bahwa hidup ini tidak adil untuknya, mengapa diumur Ardel yang baru menginjak 16 tahun Ardel sudah diberi masalah kehidupan yang bertubi-tubi datang menghampirinya? Apa ia pantas mendapat semua ini? Apa tuhan bahagia melihat Ardel yang selalu mengeluh jika sedang sendirian seperti ini

Lalu Ardel terpikir kata-kata yang diucapkan oleh Cantika mengenai Lio? Sebenarnya apa maksud dari kata Cantika? Bahkan tidak pernah terlintas di otak Ardel bahwa Lio menyukainya. Yang Ardel rasa adalah ia membenci semua sikap buruk Lio padanya. Dan Lio yang selalu mengganggunya bahkan mempermalukan dirinya. Hanya itu yang Ardel tahu, Ardel tidak pernah bisa memikirkan tentang CINTA, karena hidupnya sudah begitu rumit. Ardel hanya berharap kerumitan itu bisa berubah menjadi suatu kebahagiaan padanya

"Bahkan biasanya diumur gw yang sekarang, jatuh cinta adalah suatu kebahagiaan buat remaja. Tapi yang dilakukan gw adalah kerja, kerja, kerja sampe gw gak punya waktu buat mikirin kebahagiaan gw sendiri" gumam Ardel sebelum bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan atap rumah sakit














.
.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

To be continue
.,.

The Cools GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang