#4#

1.3K 88 1
                                    

Jangan lupa vote dan comments
Aku harap kalian comments lo

Enjoyyy!!!

____________________________________________

Ardel mengambil buku yang ada di lokernya, ia mengambil surat undangan yang kemarin Idris berikan padanya lalu ia melempar nya kesal. Ardel menutup loker dengan sedikit kesal, ia menghembuskan napasnya. Lalu berjalan menuju kelasnya. Ardel mengabaikan tatapan yang diberikan oleh murid-murid padanya. Ardel terlalu malas untuk meladeni orang sok tau seperti mereka, tidak tahu apa-apa sudah menjudge hidupnya seperti ini. Ardel duduk di bangku yang sudah ada Imel, mungkin baru datang, pikirnya

"Del, kemarin bokap lo minjem duit lagi ke bokap gw" ucap Imel membuat Ardel membelalakkan matanya

"Terus bokap lo kasih?"

Imel mengangguk "kalo gak dikasih, dia ngancem bokap gw kalo dia bakal apa-apa in lo"

Ardel menghembuskan napasnya lelah, ia menunduk, ia merasa bahwa kini matanya sudah berkaca-kaca. Dari kecil memang bapaknya tidak pernah menyayanginya sama sekali. Bahkan ketika ia sudah besarpun yang dilakukan bapaknya hanya berfoya-foya dengan meninggalkan banyak hutang dimana-mana membuat ibu Ardel harus banting tulang mencari nafkah untuk hidup mereka. Kini Ardel sudah dewasa, dan ibunya sakit pun, bapaknya masih tidak pernah memikirkan mereka, bapaknya masih terus menyewa beberapa wanita serta meminjam uang pada kedua orangtua Imel yang memang mereka sudah kenal dari SMA. Jika om Rafi tidak meminjamkannya maka bapak Ardel akan mengancam Rafi dengan keselamatan Ardel

"Gapapa Del. Bahkan bokap gw gak akan tinggal diem kalo om Adi nyakitin lo. Sekalipun dia adalah bokap lo" Imel mengusap bahu Ardel. Imel sangat menyayangi Ardel melebihi dirinya sendiri. Baginya Ardel adalah pusat hidupnya. Meski mereka tidak tumbuh bersama, namun Imel tetap menganggap Ardel segalanya untuknya. Kedua orang tua Imel pun samaa seperti nya, sangat menyayangi Ardel bahkan mereka sudah menganggap Ardel seperti putri mereka sendiri.

"Gw malu Mel. Gw selalu ngerepotin keluarga lo, bahkan baru kemarin juga keluarga lo ngeluarin biaya yang gak sedikit buat pengobatan ibu gw dirumah sakit" ucap Ardel

Imel menggelengkan kepalanya "gw ataupun orang tua gw sama sekali gak keberatan Del. Bahkan kalo sampe kita kemarin gak bawa nyokap lo kerumah sakit, kita gak bakal tahu kan kalo nyokap lo kena kanker serviks"

Ardel mengangguk

"Lo gak usah sedih gini Del. Lo gak sendiri, lo masih punya gw, bokap gw dan nyokap gw di dunia ini"

"Gw takut Mel. Gw takut kalo nyokap gw gak selamet apalagi udah masuk stadium 3"

"Jangan buruk sangka Del. Kita berdoa aja semoga Tante Rani sembuh"

Ardel langsung mengusap wajahnya ketika melihat Yura mendekat kemejanya "Del?"

Ardel mendongakkan wajahnya "apa?"

"Lo bakal ke ruang B4?"

"Ngapain? Gw gak peduli ya, dia mau ngapain kek. Gw bukan babu mereka yang mau disuruh-suruh. Bodoamat gw gak akan pernah mau keruangan B4" cetusnya sambil cemberut

Yura menatap Ardel sambil menggelengkan kepalanya "Lo gila Del!"

"Bisa gak sih lo gak usah ngatain gw gila mulu dari kemaren heran" sinis Ardel

Imel mengetuk meja membuat keduanya menoleh "so, apa yang bakal lo lakuin? Gw tau Del seburuk apa B4 kalo sampe keinginannya gak terwujud. Bahkan lo percaya pernah ada orang yang hampir bunuh diri karena stres diganggu sama B4. Dan ada juga murid yang pindah sekolah karena Lio yang terus-menerus bully anak itu, dan banyak deh"

The Cools GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang