#21#

763 56 8
                                    

~Setiap manusia yang hidup akan mati jika waktunya sudah tiba, jadi perbanyaklah berbuat kebaikan~

Happy Reading

***

"Sayang"

Ardel menatap Rani, ibu nya dengan tatapan bahagianya "iyah Bu"

"Maafin ibu ya, selama ini selalu ngerepotin kamu, bikin kamu kerja keras di usia kamu yang baru segini" Rani mengelus pipi anak semata wayangnya "ibu cuma jadi beban kamu nak, harusnya kamu senang-senang bersama teman-teman kamu bukan bekerja mencari uang"

Ardel menggeleng tegas lalu menggenggam tangan Rani "Ardel ikhlas bu, ngelakuin semuanya demi kesembuhan ibu, yang penting buat Ardel ibu sehat, bisa terus sama Ardel sampai Ardel dewasa nanti" Ardel tersenyum

Rani mencium tangan Ardel "ibu ingin tersenyum saat Ardel cerita tentang teman-teman Ardel, meski ibu tertidur tapi ibu bisa denger suara Ardel anak ibu"

"Tante!!" Teriak Imel memasuki ruangan bersama kedua orangtuanya

Rani tersenyum lemah melihat kedatangan Rafi serta Diana yang datang, Ardel langsung berdiri memberi ruang bagi Rani dan Diana untuk saling melepas rindu mereka berdua, Imel memeluk bahu Ardel membuat Ardel menyandarkan kepalanya pada bahu Imel

"Aku seneng Ran, akhirnya kamu bisa sadar dan bisa liat anak gadis kamu yang cantik" Diana tersenyum

Rani mengangguk "iyah Alhamdulillah. Makasih yah buat kalian, udah mau di repotin sama saya juga Ardel"

Raffi memegang tangan Rani "jangan sungkan gitu Ran, kamu kan tau sesayang apa Diana sama kamu. Jadi udah sepantasnya kita bantu kamu saat kamu lah. Yang harus kamu pikirkan adalah kesehatan kamu"

"Saya boleh bicara sama kalian berdua?"

Ardel dan Imel yang mengerti maksud perkataan Rani langsung berjalan keluar ruangan, Imel terus menerus memeluk Ardel yang hampir tertidur dengan posisinya yang sedang berdiri

"Mending lo istirahat deh" titah Imel sesudah duduk di bangku

Ardel menggeleng "gw mau sama ibu Mel"

"Del, percaya sama takdir"

"Gw percaya Mel"

Ardel menatap ke depan, ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua akan baik-baik saja, ia berharap tuhan memilik rencana yang indah untuknya. Ardel memejamkan matanya, setetes air mata mengalir di pipinya. Terngiang ucapan dokter, Ardel memukul-mukul dadanya yang terasa sesak sesaat. Ardel menjambak rambut panjangnya yang terasa pusing. Ya, Ardel kini sedang menangis tanpa suara disamping Imel yang tengah menatap sendu kearah Ardel

"Nangis sesuka lo. Jangan nyakitin diri sendiri dengan nahan tangisan lo"

Ardel membuka matanya lebar-lebar, dan di depannya sudah berdiri lima pria dan tiga wanita, Ardel menatap kearah Imel yang ada di sampingnya dengan penuh tanya. Ardel menghembuskan napasnya mengubur rasa kekesalan pada Imel karena saat ini Ardel memang sedang butuh banyak teman disisinya

Ardel tersenyum kearah Lia, ya tiga wanita yang di maksud tadi adalah Adelia, Cantika serta Kallista yang pernah bertemu di Hawaii saat itu. Ardel berdiri di depan Adel yang sedang menatapnya dengan penuh senyum seperti biasanya, namun dengan melihat Adel senyum seperti itu membuat Ardel kembali berkaca-kaca dan langsung berhambur ke pelukan Adel yang langsung disambut oleh Adel

"Nangis Del" titah Adel yang terus mengelus punggung Ardel "jangan nyakitin diri sendiri. Ingat! Lo gak sendiri" tanpa sadar air mata Adel ikut menetes melihat Ardel menangis seperti ini

The Cools GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang