#22#

750 64 0
                                    

~Kehilangan paling menyakitkan ialah ketika kita ditinggalkan oleh wanita yang telah melahirkan kita~

Happy Reading💋

****

Di sebuah kontrakan kecil, tepatnya di kediaman Ardel para tamu sudah berdatangan untuk menghadiri upacara pemakaman dari mendiang Rani, ibunda Ardel. Para tetangga banyak yang tidak menyangka bahwa wanita sebaik Rani akan pergi di usia yang masih terbilang muda, mereka tidak mengetahui bahwa Rani mengidap penyakit mematikan seperti kanker. Semua wajah berselimut kedukaan yang mendalam. Meski Rani hanya sebuah pedagang kue yang berkeliling namun kebaikan serta kemurahan hati Rani membuat nya dikenal dan disukai oleh banyak orang. Mendengar kabar kematian Rani ada beberapa orang yang tidak percaya dengan kabar itu, Karen setau mereka Rani wanita terkuat

Ardel masuk kedalam kamar yang biasa ibunya dan dirinya tempati, Ardel tersenyum dengan tetesan air mata yang menyertai nya, ia teringat sesuatu yang membuat dadanya berdesir

"Della!" Rani menjewer telinga putrinya itu "kan ibu udah bilang abis maghrib kamu harus belajar dulu jangan langsung nonton Upin Ipin. Inget umur!"

"Aw! Sakit Bu" Ardel mengusap telinganya yang merah "nanti Upin Ipin nya keburu selesai ibu"

Rani menggeleng tegas "belajar dulu! Ibu gak mau nilai kamu turun"

Ardel memajukan bibirnya "oke" Ardel menatap Rani "tapi Ardel mau dibuatin nasi goreng"

"Iyah. Ibu buatin" Rani mengelus lembut surai anaknya. Harya berharga miliknya

Ardel tercengang ketika ia dapat melihat Rani tertawa, Ardel mengusap pipinya yang basah. Semua momen yang pernah terjadi di dalam kamar ini terputar dengan sendirinya, membuat Ardel kadang tersenyum dan tertawa melihat kelucuan dirinya yang sangat manja kepada Rani, namun dalam sekejap bayangan itu hilang membuat Ardel terguncang, ia menunduk dan mengepalkan jari jemarinya erat-erat

"Please, I'm tired. Don't cry" ucap Ardel pelan berusaha menguatkan dirinya sendiri

Namun rasa kehilangan yang menghampiri Ardel teramat besar ia rasakan sehingga membuat Ardel tidak mampu menahan semua ini. Ia pun akhirnya terisak-isak di dalam kamar yang penuh dengan kenangan antara ibunya serta dirinya. Rasanya Ardel kali ini benar-benar merasa hancur sehancur-hancurnya hingga untuk mengontrol diripun ia tidak sanggup

"Del"

Ardel mendongakkan wajahnya yang penuh dengan air mata, ia dapat melihat Imel, Kallista, Cantika serta Adelia yang berdiri di depannya. Imel langsung memeluk Ardel dan menemani Ardel untuk menangis. Ardel semakin keras mengeluarkan air matanya di pelukan Imel, Lia duduk disamping Ardel dan merangkul bahu Ardel menguatkan Ardel sedangkan Kallista yang baru bertemu dengan Ardel ikut sedih melihat tangisan Ardel, Kallista memeluk Cantika dari samping, mereka memegang tangan Ardel

"Jangan gini Del, kasihan nyokap lo. Ikhlasin, lo gak mau kan nyokap lo ikutan sedih liat lo nangis kaya gini" ucap Cantika mengelus tangan Ardel

Ardel tersenyum menyeka air matanya "lo bener" ia menatap keempat wanita yang berada bersama nya "makasih kalian semua selalu ada disaat keadaan terpuruk gw" Ardel menatap Kallista "makasih, lo udah datang"

Kallista tersenyum untuk pertama kalinya di depan Ardel, ia mengangguk "maapin gw karena gak sopan sama lo di Hawaii. Sekarang gw mau jadi temen lo"

Ardel memajukan bibirnya "sumpah gw mau nangis lagi"

"Ngarang lo ah" Adel menoyor kepala Ardel

Ardel tersenyum tipis, setidaknya untuk saat ini Ardel tidak merasa seorang diri, benar kata Lio mereka ada bersama dengan dirinya sekarang

The Cools GuyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang