Press the star first 🌟
Sinar matahari pagi mulai menembus pandanganku. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku sembari mengumpul nyawa.
Aku menuruni brangkar dan melepas paksa infus yang ada di tanganku. Lagian aku sudah merasa sehat. Dan sepertinya sudah tidak ada yang peduli lagi padaku.
Ahh, sepertinya aku harus buang air kecil. Segeraku bergegas ke toilet yang ada di ruang ini.
Kusempatkan untuk membasuh wajahku dengan air tanpa sabun. Ingin gosok gigi juga, tapi nggak ada sikat dan pasta gigi. Maklum lah, tidak ada persiapan apa-apa untuk datang kesini. Aku juga tidak menyangka bakalan pingsan.
Saat akan keluar dari toilet, kulihat ada Sohena yang tengah duduk di kursi roda samping brangkarku. Sedang apa dia?
"Sohena?" panggilku seraya duduk di brangkar.
Ia yang menyadari keberadaanku tersenyum. Tersenyum ... sinis mungkin? Kenapa?
"Gimana rasanya ditampar suami sendiri?" masih dengan senyuman sinisnya, ia bertanya padaku.
Jadi, ia mulai menunjukkan sifat aslinya?
"Kenapa kamu tanya begitu?" Aku pura-pura tidak tau. Karena sedari awal ia mengaku hamil anak Christian, aku sudah curiga padanya.
"Cih, dasar penyakitan! Kamu lihat 'kan, Christian mulai menerimaku? Ia mulai sadar, jika kamu hanya perempuan menjijikan yang tidak bisa memberinya anak! Lihat, sedangkan aku? Aku sehat dan sedang mengandung benihnya!" seru Sohena, sambil menunjuk-nunjuk wajahku.
Ini sangat sakit untuk ukuran penghinaan. Tapi aku tidak boleh menangis, penghinaan telah menjadi makananku sehari-hari.
"Lalu?" tanyaku santai.
Sepertinya ia terkejut. Namun, tidak lama dari itu, ia kembali memasang raut sinis.
"Well, sepertinya Cinderella kita mulai berani," ujarnya sembari berdiri dari kursi roda dan berjalan ke arah jendela sisi kiriku.
Aku hanya diam menunggu apa yang akan ia lakukan selanjutnya.
Ia menyibak hordeng putih polos itu, lalu menatapku.
"Kamu harus menceraikan Christian!" perintah Sohena.
Menceraikan Christian? Apa-apaan dia, mentang-mentang telah menjadi istri Christian, ia sudah berani memerintahku. Harusnya ia sadar diri, ia hanya yang kedua.
"Apa-apaan kamu? Tidak. Selamanya aku tidak akan pernah menceraikannya!" ketusku.
Gadis itu, ahh tidak. Perempuan itu, ia hanya memutar bola matanya malas.
"Hell, aku mengakui bahwa kau cantik, walaupun tak lebih cantik dariku. Tapi, seharusnya kamu sadar diri. Dengan fisik penyakitmu itu, mana mungkin Christian bisa bertahan denganmu. Lihat aku Aurora! Aku lebih menjanjikan dari pada kamu!" bentaknya dengan wajah padam.
Perkataan Sohena seperti kilat di siang bolong yang menghantam dadaku. Aku tidak berpikir sampai situ, apakah Christian akan meninggalkanku, dan memilih Sohena?
"Tidak! Lebih baik kamu keluar dari sini sekarang!" Aku berdiri membentaknya, lalu mengarahkan tanganku ke arah pintu.
Ia terlihat ingin membalasnya tetapi terhenti. Ia menampar pipinya lalu menjatuhkan tubuhnya dan menangis. Bertepatan saat pintu dibuka.
"Auro--"
Aku yang menatap bingung Sohena, segera mengalihkan pandanganku ke arah pintu. Ternyata itu Christian.
"Christian ...," gumamku.
Terlihat ia membeku di depan pintu.
"Aku hanya ingin menjenguk kak Aurora, tetapi kenapa kakak menamparku?" lirih gadis itu menangis tersedu-sedu.
Kualihkan lagi pandanganku ke arah Sohena. Aku menamparnya? Kapan?
Christian segera menghampiri Sohena, dan menariknya ke dalam pelukkan.
"Shhht, sudah. Ada yang sakit?" tanya Christian seraya mengecek tubuh Sohena.
"Pipiku ...," lirihnya
Christian mengelus-elus pipinya. Ia pun menatapku tajam.
Oh tidak, jangan lagi ....
"Jelaskan, Aurora!" geramnya
"Jelaskan apa? Aku tidak menamparnya! Ia sendiri yang menampar pipinya!" jelasku dengan nada tinggi.
"K-kenapa kakak menuduhku? Tidak cukup kah kakak menamparku?"
"Cih, dasar munafik!" cibirku menatapnya tajam
"Diam Aurora!" Christian menjeda ucapannya. "Tadinya aku kesini untuk minta maaf padamu! Tapi aku bersyukur itu tidak terjadi! Orang sepertimu tidak pantas mendapatkan maaf! Kamu bukan Aurora yang kukenal lagi, kamu berbeda! Ka--"
"Diam kamu Christian!" aku memotong perkataannya. "Kamu yang berbeda!" Ia terlihat ingin memrotes. Tetapi tidak! kali ini aku yang bicara.
"Kenapa? Kamu ingin menyangkalnya? Tidak Christian, tidak! Nyatanya suamiku sendiri, CHRISTIAN SANJAYA YANG TERHORMAT, lebih mempercayai wanita ini." Aku menjeda ucapanku dan menatap tajam Sohena yang terdiam. "Wanita yang tidak jelas asal-usulnya! Dari pertama kali IA datang mengaku hamil anakmu dan kamu CHRISTIAN tidak menyangkalnya. Aku sudah curiga pada kalian semua! Kenapa kalian bisa-bisanya mempercayainya yang datang hanya dengan modal bibir tidak dengan bukti?"
Aku menarik napas dalam dan menatap menyelidik. "Atau jangan-jangan, kalian sudah merencanakan ini sejak awal untuk menyingkirkanku? Jawab Christian!"
Cukup sudah mereka membentak, menindasku. Aku menunggu apa yang akan Christian ucapkan. Tetapi ia hanya mengerutkan dahinya, dan berkata sesuatu yang sangat inginku jahit mulutnya!
"Terserah Aurora. Sepertinya kamu butuh istirahat. Aku pamit," ujarnya sembari menggendong bride style Sohena dan berlalu pergi. Langkahnya tejeda di depan pintu dan membalikkan badan.
"Kita akan membicarakan ini nanti. Kuharap kamu tidak berulah lagi," putusnya sebelum kembali melangkahkan kakinya."Apa tidak berulah katamu?! Harusnya kau mengatakan itu pada medusa itu! Christian! Hei ... jangan pergi! Dengarkan aku dulu! Hei!"
Aku memanggilnya, tetapi terlambat. Ia sudah pergi. Aku menghempaskan semua barang yang ada di atas meja. Mengambil pecahan gelas dan meremasnya hingga menancap di telapak tanganku. Aku tidak peduli. Arghhh kenapa semuanya menjadi seperti ini?! Aku mulai menintikan air mata dan menangis tersedu-sedu. Aku berusaha tersenyum selama ini walaupun aku disakiti berkali-kali. Tetapi kenapa aku masih tidak bahagia?! Apakah kurang pengorbananku?! Kenapa semua ini tidak begitu adil padaku?!
Aku duduk di lantai yang penuh dengan pecahan barang-barang tajam dan ceceran darahku. Lalu entah dorongan dari mana, aku mengambil pecahan gelas itu dan menggoresnya di pergelangan tanganku.
Aku terkejut saat darah mulai merembes di pergelanganku. Ini tidak sakit sama sekali. Aku ... aku merasa bebas.
🍁🍁🍁
No, Aurora😭😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Istri
ChickLitWarning 21+ Harap bijak dalam membaca! Bagaimana jika seorang gadis masuk ke dalam rumah tanggamu dan mengaku hamil anak suamimu? Bagaimana perasaan dirimu sebagai seorang istri? Apakah kau mampu mempertahankan rumah tanggamu ? [Belum Revisi] 1#...