Part 28

6.7K 160 5
                                    

Pencet dulu bintangnya baru baca 🌟

"A–ah, maaf, mungkin salah orang. Saya permisi." Dengan perasaan bercampur aduk, aku pamit pergi.

"Tunggu."

Kenapa suaranya sangat mirip? Bahkan semuanya mendekati kata mirip, meski sorot mata dan auranya sedikit lebih dingin dan mendominasi, tapi tetap saja. "I–iya?" tanyaku terbata entah kenapa.

"Dari mana kau mengetahui na–"

"Tidak stop!" seruku refleks.

"Excuse, me?" Christ– ah bukan, terlihat terkejut. Bahkan aku sendiri pun terkejut.

Gelagapan aku menjawab. "A–ah tidak, maaf aku harus pergi." Tanpa berniat menunggu balasannya, aku berlalu begitu saja dengan pikiran dan perasaan yang berkecamuk.

***

Angin malam melambai-lambai, menerpa wajahku dengan bebas. Di bawah terangnya sang rembulan, aku menatap kosong ke depan.

Aku tidak tau pasti kenapa aku bisa bereaksi berlebihan, tapi tetap saja aku terus memikirkan hal tadi menghiraukan angin malam yang menerpa tubuhku yang menggunakan gaun sedikit terbuka pada bagian atas sehingga mempertontonkan bahu mulusku.

Jiwa serasa tak berada lagi dalam raga. Bahkan, suara para tamu yang masih berada dalam ruangan tempat acara diselenggarakan, tidak terdengar.

Bukan Christian? Lalu siapa? Kenapa bisa sangat mirip? Tapi tidak mungkin dia ada, itu sangat mustahil terjadi. Argh! Seharusnya aku tidak begini! Aku sudah– merelahkannya meski tidak bisa melupakannya walaupun aku sudah berusaha.

Bagaimana bisa lupa, jika dia meninggalkan sosok mungil yang sangat mirip dengannya. Bahkan bisa dibilang, sosok mungil itu versi wanitanya.

"Mommy!"

"Eh?" Aku terperanjat kaget saat merasakan tangan mungil di kaki. Ternyata Jochia. Aku menunduk, mensejajarkan tubuhku dengan Jochia. "Cia? Papa mana, Sayang?" tanyaku sembari celingak-celinguk mencari keberadaan Damian.

Bukannya menemukan Damian, aku malah menemukan seseorang yang pernah aku lihat. "Sir. Stevano?" Ya, dia adalah anak dari Mr. James, rekan bisnis Christian.

"Ow, Stevano saja, jangan Sir. Stevano. Aku masih mudah. Lady Aurora, right?"

"Iya, saya Aurora. Dan tolong hilangkan kata 'Lady'," balasku dengan nada bercanda.

"Haha, baiklah Nona Aurora. Tapi jangan terlalu formal jika bicara padaku, perlu kau tau, kita hampir seumuran." Pria tampan itu mengedipkan mata. Namun, itu tidak membuatku merasa ilfeel padanya, karena aku tau, Stevano orangnya memang seperti itu, suka bercanda.

"Terserah kau saja, Tuan Stevano." Aku menyeringai.

"Baiklah, aku kalah." Ia mengangkat tangannya. Sedetik kemudian, kami pun tertawa. Astaga, sepertinya kami cocok. Cocok berteman tentunya.

"Oh iya, aku sampai lupa. Kau dipanggil pawangmu, sebaiknya kau masuk. Ia terlihat sedang mencarimu," kata Stevano memberitahuku.

Kerutan tercetak jelas di dahiku. "Pawang? Siapa dia?" tanyaku bingung.

"Oh, God, Aurora ... siapa lagi kalau bukan Sir. Damian?" ujarnya menupuk dahi.

"A–haha, Damian, ya? Oke, kau duluan saja nanti aku dan Cia menyu–"

"Oh, tidak, tidak. Aku akan pergi dengan malaikatku."

"Malaikat?" Aku menatapnya bingung.

"Yup, malaikat!" Pria itu menunjuk Jocia di sampingku. "Dia. Dia Jocia anakmu, malaikatku. Bukan begitu, my Angel?"

"Yes, my Hero!" Seketika aku membeku, kala mendengar jawaban polos Jochia.

"Dengar itu, Nona?" Ia berjalan dan menggendong Jochia.

"A–apa, maksud ka–"

"Kami duluan." Mata pria itu mengedip jahil.

Ya, Tuhan ... dia itu sudah seperti pria pedofil! Semoga anakku baik-baik saja.

***

"Aurora?"

"Eh, Damian?" Aku baru saja mengantar Jochia tidur, dan akan menutup pintu kamar saat Damian memanggil.

"Apa kau sudah bertemu dengan dia?" Damian menatapku datar. Seperti biasanya.

"Jadi, itu benar dia?" tanyaku menatap Damian sendu.

"Kemarilah." Damian menarikku ke dalam dekapannya.

"Aku tau kau sudah bertemu dengan dia. Aku juga tau, kau belum siap untuk itu. Dadaku nyeri kau tau? Tapi, bagaimana pun juga, aku tidak bisa melarangmu untuk itu. Juga, mau tidak mau, kau harus bertemu dengan dia."

Apa ini saatnya? Maafkan aku, Damian.

🍁🍁🍁

Hello! Ada yang kangen cerita ini? Hehe, maaf ya baru update, dan maaf juga pendek😭 Hujat aja gpp, kok:)

Jadi aku mau kasih tau, kenapa akhir-akhir ini jarang update? Karena aku lagi buat cerita baru, hehe. Cerita iseng-iseng aja, sih.

Dua Istri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang