Part 7

13.9K 395 7
                                    

Press the star first 🌟

"Aurora, semua sudah siap?"

Aku hanya menganggukan kepala saat Christian bertanya. Ya, saat ini kami sedang berada di kamar memastikan tidak ada barang yang tertinggal.

Kami harus buru-buru ke bandara, akibat kelalaian Christian. Aku tidak akan menjelaskan lebih detail. Intinya, Christian salah membeli jadwal penerbangan.

Jika kalian pikir Christian mempunyai jet pribadi, tentu saja kalian salah. Walaupun ia Direktur Eksekutif di perusahaan, namun ia belum sekaya itu, ia masih belajar.

Perusahaan tempat bekerjanya Chrisrtian saja, masih atas nama papanya, belum diwariskan padanya. Perusahaan itu akan diwariskan, jika Christian sudah berumur tiga puluh tahun.

Hari ini, adalah hari ke lima setelah aku keluar dari rumah sakit. Semuanya berjalan begitu lancar. Sohena menginap di kediaman orang tua Christian. Jadi tidak ada pengganggu.

Sohena dan orang tua Christian, tau kami akan ke Belanda. Awalnya, ibu mertua menyarankan untuk membawa Sohena, tetapi Christian langsung menolaknya dengan tegas.

Well, di situ tentu saja aku sangat senang. Christian mulai kembali seperti dulu, saat ia meminta maaf padaku. Ia menjadi Christian yang kukenal lagi.

***

Setelah empat belas jam perjalanan, tibalah kami di Amsterdam Airport Schiphol, jam enam sore waktu Indonesia, atau jam satu siang waktu Amsterdam, Belanda.

Kami akan menuju ke TwentySeven hotel. Sekitar tiga puluh menit, akhirnya kami sampai di hotel tersebut.

Kesan pertama deskripsi hotel ini adalah mewah. Hotel ini disiapkan oleh Mr. James, untuk tamu di luar Belanda.

Jadi kami hanya perlu menyebut nama, dan resepsionis akan mengecek nama kami di dalam list yang telah diberikan Mr. James.

"Please Sir, Ma'am, follow me," ujar resepsionis, menuntun kami ke ruangan yang telah disediakan.

Aku dan Christian pun, mengikutinya dari belakang. Kami naik ke lantai empat. Dari awal kami masuk ke dalam hotel ini, aku tidak berhenti mengagumi desain hotel ini.

Sampailah kami di lantai empat. Ia menuntun kami ke pintu nomor seribu lima ratus lima.

"If you need something, please press one on the telephone available in the room. excuse me."

Resepsionis itu berlalu setelah menjelaskan cara memanggil mereka jika kami menginginkan sesuatu.

Christian pun membuka pintu memakai kartu yang telah diberikan resepsionis tadi.

Ceklek!

Aku terdiam beberapa saat. R-ruangan ini s-sangat mewah ....

 R-ruangan ini s-sangat mewah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"

Aurora? Kamu mau diam di situ terus?"

Suara Christian menyadarkanku. Akupun segera masuk ke dalam, dan melihat-lihat setiap sudut ruangan ini. 

Dua Istri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang