Part 13

10.3K 354 25
                                    

Pencet bintangnya dulu baru baca 🌟

Eungh ... rasanya aku tidak ingin bangun. Ranjangnya begitu empuk dan nyaman.

Tunggu ..., ranjang empuk dan nyamanan? Bukannya aku ada di rumah sakit? Dan terduduk menyedihkan di lantai, itu? Lalu sekarang aku ada dimana?

Tanpa menunggu lama-lama, aku langsung membuka mata tanpa bangun cantik seperti biasa yang aku lakukan. Kamar mewah yang didominasi warna putih serta abu-abu? Dimana ini?!

Dengan perasaan yang was-was, aku bangun duduk untuk menetralkan pening di kepalaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan perasaan yang was-was, aku bangun duduk untuk menetralkan pening di kepalaku. Sial, jambakkan Sohena kemarin, masih sangat terasa, hingga ke ubun-ubun.

Aku harus keluar dari sini!

Aku menyibak selimut yang menutupi sebagian tubuhku, menghiraukan pening yang semakin menjadi.

Baru mau menurunkan kaki ke lantai, tiba-tiba terdengar suara pintu yang akan dibuka. Cepat-cepat, aku berbaring lagi, kemudian berpura-pura untuk tidur.

Degupan jantungku semakin menggila, saat suara langkahan kaki terdengar semakin mendekat.

"Buka matamu. Aku tau kau sudah bangun."

Deg!

Suara itu terdengar familiar. Bagaimana dia bisa tau, aku hanya berpura-pura? Masih menutup mata, aku bertanya, "Siapa, Kau?!"

"Ck, hanya satu bulan tidak bertemu, Kau sudah melupakanku, really?"

Satu bulan tidak bertemu? 

"Damian?" tanyaku masih belum yakin.

"Kau bisa membuka matamu untuk memastikannya."

Astaga, sangking takutnya, sampai aku lupa untuk membuka mata. Perlahan, kubuka mataku. Ternyata memang Dia.

Menyadari jarak kami terlalu dekat, aku bangun duduk, lalu beringsut ke belakang. Aku masih belum mengerti, bagaimana bisa aku sampai di sini.

"K-kenapa, aku bisa ada di sini?" Aku menatapnya takut-takut. Walaupun kami sudah kenal, tapi hanya sebatas teman dansa saja.

Hening

Kenapa Ia, diam saja dan terus menatapku? Semakin membuatku takut saja.

"Kau, kenapa?" Aku berusaha mengembalikan kesadarannya.

Damian tersentak kemudian tersenyum. "Ah, nanti saja aku jelaskan. Sekarang, Kau mandi saja dulu. Di walk incloset, ada pakaian yang bisa Kau pakai. Aku menunggumu di bawa. By the way, anggap rumah ini rumahmu sendiri. Yeah, walaupun ini tidak cukup luas untuk menyebutnya rumah. See you!"

Akhirnya Dia pergi dan aku bisa bernafas lega. Karena saat Damian bicara, aku menahan nafasku.

Bagaimana Dia bisa begitu sexy saat mulutnya bergerak menerangkan? Ditambah Ia mengenakan kemeja tanpa Jas yang membuat otot-ototnya tercetak jelas-- oh, my God!

Dua Istri Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang