Sepuluh

2.2K 360 28
                                    

Hi..! Aku nongol lagi.
Udah pada lupa pasti sama cerita ini. Mian mian.. kemaren banyak banget kerjaan. Buat yang PO Novel terimakasih banyak ya... kalian adalah penyemangatku untuk selalu berkarya. Semoga dalam minggu ini sdh mulai pengiriman. 

Mulai bab ini flashbacknya udahan, kita kembali ke masa sekarang. Dan untuk beberapa babke depan, cerita akan berfokus ke kehidupan keluarga Kallan. Romantis-romantisnya dilanjut kira-kira tujuh chapter lagi. Tapi tenang aja, masih asek kok. So, enjoy!



"Mamas! Jangan ngelamun terus. Buruan bantuin Mami! Bentar lagi pada nyampe ini!" teriak Mami membuyarkan lamunan gue yang sedang bernostalgia masa-masa indah kala kuliah. Huh, Mami bisa aja nge-cut-nya pas bagian lagi cipokan sama Naya. Pasti pada kepo kan kelanjutannya, rahasia dong.

"Iya Mi! Meluncuuur..!" gue langsung berlari ke sumber suara.

"Ini dagingnya kamu bawa ke depan. Terus itu tempenya kamu taruh piring" Mami memberi perintah.

"Siap, Mi!" sahut gue tegas. "Tapi tempenya nggak gosong lagi kan?"

"Kamu ini!" bahu gue ditabok, "Tenang aja, yang masak Bibik bukan Mami." Alhamdulillah, aman.

"Yes!" gue bersorak bahagia.

"Ngapain yas yes ya yes?" tanya Mami curiga.

"Nggak papa kok Mi" gue ngacir dari samping Mami sebelum kena tabokan lagi.

Setelah melaksanakan titah Kanjeng Mami, gue kembali ke dapur buat ngerecokin Bibik. "Bik bikinin bawang goreng yang banyak dong, Bik."

"Mas Kallan belum mabok apa abis ngabisin satu toples kemarin?"

"Bukan buat aku lah Bik. Buat calon istri. Ya Bik ya?" gue ngelendot-ngelendot manja.

"Emang ada yang mau jadi istrinya Mas Kallan? Orang nonton TV aja masih rebutan sama adeknya" gue diejek ceritanya.

"Ya adalah Bik. Nanti Bibik liat sendiri aja, cantik banget orangnya. Lebih cantik dari pada Mami waktu muda."

Tiba-tiba Mami nongol dari belakang, "Mamas bilang apa?"

Mampus!

"Eh, enggak kok Mi" gue garuk-garuk kepala sambil senyum canggung. "Itu Mi, ngomongin Mami udah menicure pedicure belum? Kan Mamas mau memastikan surga Mamas selalu cantik dan terawat" gue berkilah.

"Kalau belum kamu mau ngapain?" tantang Mami.

"Ya ngajakin Mami ke salon lah. Nanti Mamas yang bayarin. Mamas kan udah bisa cari duit sekarang" gue menyombongkan diri.

"Tabung aja itu duit kamu! Mami lebih suka mlorotin Papi." ucap Mami sebelum kembali ke ruang tengah dengan mangkok sambal terasi di tangannya.

"Nanti Papi bangkrut loh, Mi!" gue teriak dari belakang.

"Kalau Papi bangkrut kan Mami masih punya investasi kamu sama Karel. Makanya cari duit yang giat. Biar Mami menua dengan bergelimangan harta!" Mami ketawa, bahagia banget kayaknya cuma banyangin dollar aja.

Oke, kembali ke urusan bawang goreng untuk si cinta.

"Bik! Bikinin ya? Ya.. ya..? Nanti aku bantuin kupas deh" gue mengangkat jari membentuk huruf V, mengisyaratkan kesungguhan kata-kata gue.

"Ya udah ini dikupas dulu. Habis itu diirisin kecil-kecil" Bibik menyodorkan setengah kilo bawang merah ke depan muka gue.

Baru lima menit berjibaku, mata gue udah merah merekah. Tapi nggak papa, demi menyenangkan dedek cantik, Kakanda rela menahan perih di mata ini.

Sky Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang