"Woi!!! Ada yang semalem nggak pulang woi!!!" acara jingkat-jingkat rahasia gue batal gara-gara teriakan Mas Bumi yang bikin seisi asrama kepo seketika.
"Hah? Si item udah balik?" enak aja panggil gue item. Gue nggak item ya? Gue itu eksotis.
"Ho'oh!" Mas Bumi nyelutuk, "Wah, apa ini?" dia narik sesuatu dari jaket gue. Matanya langsung melotot lebar, "Rambut cewek oi! Rambut cewek! Gila si item baru sehari di sini udah main cewek!"
Radar Mas Jo langsung nyala kenceng, dia lari turun dari lantai dua masih dengan mulut penuh busa pasta gigi, "Mana-mana rambut cewek?"
Setelah termangu menatap barang bukti dia terkeseima, "Gilak! Ini beneran rambut cewek! Ternyata elo.. ck ck ck.. uhuk..!"
Sukurin, kesedak busa pasta gigi kan? Langsung dia lari melakukan pertolongan pertama menuju wastafel terdekat.
Satu-satunya penghuni waras di asrama ini hanyalah Mas Bulet. Dia sama sekali nggak tertarik dengan hot issue yang mengatakan kalau gue ngilang semaleman dan habis enaena sama cewek. Mas Dio asik-asik aja bikin bubur ayam campur bayam di dapur.
"Masak apa Mas?" lagak gue sok basa-basi, padahal udah siap ngekep mangkok di tangan.
"Langsung nyelonong cari makan! Ck ck ck.." Mas Bumi geleng-geleng kelapa. "Baterainya ngedrop ya habis tempur?" dia godain gue sambil naik turunin alis.
"Wuaaah... berapa ronde, Tem?" tau-tau Mas Jo udah ikutan nimbrung aja dengan mulut yang lebih bersih dan wangi. Tanpa permisi dia ngambil magkok di tangan gue, padahal udah diisi penuh sama Mas Bulet. Oke, gue ngalah aja.
"Tiga puluh!" jawab gue asal. Eh duo toak itu malah ngeprokin kaki mereka ke lantai saking kegirangan.
Sembari gue jalan ngambil mangkok lain yang masih kosong, Mas Jo nyeletuk, "Apa nggak gempor ya? Obat kuatnya apa?"
"Ho'oh!" Mas Bumi ikut nyendokin bubur di mangkok Mas Jo, mereka makan sepiring berdua. Ceileh... romantisnya. "Apaan itu yang dicrotin kalau sampai tiga puluh?"
"Ya pejuh. Masak pipis!"
Keduanya tertawa terbahak-bahak.
Baru aja pulang, udah dijadiin badut hiburan. Nasib!
"Enak nggak, Tem?" Mas Bumi gantian nyendokin bubur dari mangkok gue. Emang ya ini makhluk satu, ngambil sendiri aja bisa tapi ngerecokin melulu.
"Enak lah! Mas Bulet kan jago masak. Daging ayamnya dikasih banyak-banyak lagi," gue kasih jawaban yang tidak sesuai dengan ekspektasi mereka.
"Bukan itu maksudnya odong! Ngewenya!" dia teriak tepat di telinga gue.
"Sejak kapan ngewe nggak enak!" gantian gue teriakin telinganya.
Eh malah ketawa kesenengan itu setan sambil tos sama Mas Jo. Sakarepmu waelah bro!
"Gedhe nggak?" kali ini kekepoan dari Mas Jo.
"Pake berapa gaya?" Mas Bumi ikut-ikutan nyumpelin pertanyaan.
"Tapi kok ada ya yang mau sama si Item?" Mas Jo ngomong lantang ke Mas Bumi tanpa acara bisik-bisik. Hati gue langsung mak jleb. Tega nian mereka.
"Ho'oh! Daki belakang lehernya aja udah jadi fosil! Apa prasasti itu?" Mas Bumi ngompor-ngomporin.
"Bilang aja iri nggak bisa seeksotis gue!" dengan gaya santai dan cool gue menanggapi. Pokoknya anak Mami nggak boleh mati gaya.
Mereka langsung bikin ekpresi jijik pengen muntah.
"Nih, muka gue juga paling cakep kan?" gue pake kedua jari telunjuk untuk menyentuh pipi, terus bikin ekspresi seimut mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Before You
RomanceCita-cita gue gak muluk2, cuma menanamkan benih di rahim Dek Kanaya aja. Nunggu sembilan bulan lalu taraaa... gue jadi bapak paling hots seantero pulau Jawa. Tapi gimana mau bercocok tanam kalau lahannya galak kayak gitu, mana bapaknya Jenderal lag...