Kalau gue jadi guguk, Naya adalah majikan gue. Kemana-mana gue ekorin, minta ndusel-ndusel, minta dikasih makan serta asupan kasih sayang. Paling seneng kalau lagi dielus-elus, biarpun cuma kumisnya yang dielus-elus. Itulah kenapa gue nggak potong kumis.
"Mamas kumisnya udah kayak Charlie Chaplin nih. Kapan mau digundulin?" dia mainan rambut tipis-tipis yang katanya asik buat main geli-gelian. Cantik-cantik tapi kelakuan suka aneh emang calon ibu dari anak-anakku ini.
"Kamu dong yang mlontosin. Mamas males," gue masih sibuk dengan pensil dan kertas corat-coret. Biarpun gue kerja sambil ngobrol sama Naya, tapi gue sama sekali nggak melakukan kesalahan di perhitungan. Keren kan? Jangan jatuh cinta, cinta gue cuma buat Kanya sebidadari. Dia kan bukan orang, jadi nggak bisa disebut seorang.
"Mamas kebiasaan ah. Kalau belum dibawain suntik sama Tante Mami, atau aku yang cukurin, pasti dibiarin sampai jadi rumah laba-laba," dia menggerutu.
"Nah itu tau! Makanya kamu jangan jauh-jauh dari Mamas. Nanti Mamas berubah jadi manusia laba-laba," goda gue menoel sedikit bawah dagunya yang lancip.
"Besok aku plotosin pake mesin pemotong rumput itu ya? Biar tandas sekalian!" dia balas nggodain gue.
"Kamu ya!" gue letakin pensil di tangan terus gue acak-acak rambutnya Naya. Setelah itu gue selipin kepalanya di ketek. Naya cuma cekikikan sambil nyubitin bisep gue biar dilepas.
"Kok dilepas? Peluk lagi dong... Otak Mamas bimpet nggak bisa mikir," alesan gue biar si bidadari nggak lepas. Mumpung Naya nggak bisa nolak. Gue kan lagi otak-atik itung-itungan kerjaan dia.
Naya langsung nyungsep ke ketek gue. Lengan gue angkat biar ngalungin bahunya.
"Emang Mamas bisa mikir kalau aku templokin kek gini?" wajahnya menengadah bertanya ke gue.
"Wuih.. langsung lancir. Nih liat, angkanya udah berderet-deret kayak kereta," gue pamer kepinteran.
"Mamas kok pinter sih?" dia mainan kaos gue.
Jawaban gue simple, "DNA. Kamu mau punya anak pinter juga nggak? Nanti Mamas nyumbang DNA."
"Nggak mau. Nanti item kayak Mamas," dia melet.
"Lah daripada putih tapi otak odong-odong?" gue memperjelas.
"Mamas ngatain aku?" Naya langsung ngelepas pelukannya sambil meluncurkan kilatan mata siap membunuh.
Wuaduh! Salah ngomong gue.
"Enggak dek, bukan kamu!" gue klarifikasi. "Kalau kamu odong-odong nggak mungkin bisa masuk ITB. Sini peluk lagi," gue rangkul bahu Naya mendekat.
"Denger-denger Mamas satu kamar ya sama Dareen? Iiih suka. Kapan-kapan ajakin aku main ke kamar Mamas ya?" dia gelayutan manja.
Ewh! Kalau ada maunya aja jadi manis gini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sky Before You
RomanceCita-cita gue gak muluk2, cuma menanamkan benih di rahim Dek Kanaya aja. Nunggu sembilan bulan lalu taraaa... gue jadi bapak paling hots seantero pulau Jawa. Tapi gimana mau bercocok tanam kalau lahannya galak kayak gitu, mana bapaknya Jenderal lag...