Tiga Puluh Dua

1.4K 265 32
                                    

Rombongan baru sadar kalau gue sama Naya hilang setelah mereka sampai di destinasi tujuan. Kampret emang. Mas Jo sama Dareen akhirnya berinisiatif buat balik nyariin gue sama Naya. Untung intiusi mereka tajem. Batal deh gue sama Naya main Tarzan-Tarzanan.

Destinasi yang jadi tempat tujuan kami ternyata nggak jauh dari tempat salah belok tadi. Cukup ambil belokan yang kiri, turun bukit, melalui jalanan yang agak berbatu dan sampailah ke hamparan pasir putih dengan background laut lepas pantai utara pulau Jawa. Di sisi kanan dan kirinya juga ada tebing dan bukit-bukit. Pemandangan masih hijau dan asri, jarang terjamah tangan manusia.

"Pantaiiiii..!" Naya langsung bergabung sama temen-temennya. Untung mereka pada nggak pake bikini. Kalau pakai pasti tim gue lagi kejang-kejang kayak ikan sakaratul maut. Kecuali Dareen tentu saja. Dia mah temennya seksi-seksi. Udah biasa liat cewek cuma pake beha sama kancut doang.

"Menemukan jalan pulang juga lo?" kelakar Mas Bumi. Harusnya kan sebagai temen yang baik basa-basi dulu menunjukkan simpati. Emang dasar temen yang kelewat baik itu paling seneng kalau temennya dapet susah.

"Iya Mas. Penunggu-penunggu di sini nggak sudi nyulik gue. Nggak jadi disasarin deh guenya! Dibalikin lagi ke bumi" gue menyahut candaan Mas Bumi.

Tanpa membunga waktu, laki-laki itu nyeret gue buat gabung sama timnya buat main volly pantai. Terniat banget. Siapa coba bawa bola volly ke sini? Mana bikin netnya memanfaatkan pepohonan di sekitar. Sungguh kereatip.

"Woi Tih, Putih! Lo jaga yang dibelakang! Tem, lo stand by di sini. Biar gue yang deket net. Pokoknya kita harus menang lawan mereka!" Mas Bumi memberi instruksi. Kita mau main volly pantai dua lawan tiga. Gue setim sama Dareen dan Mas Bumi, sementara Mas Jo setim sama Mas Bulet. Meskipun menang jumlah tapi secara skills kami bertiga nggak ada apa-apanya. Mas Jo sama Mas Bulet jago banget mukul-mukul bola. Makanya mereka berdua punya ukuran bola paling gedhe di antara kami berlima. Bola yang itutuh... yang kembar, tau kan?

Dareen udah memposisikan diri sementara gue masih ogah-ogahan. "Mas, gue capek nih! Masak baru sampai udah suruh olahraga. Remuk nih badan!"

Mas Bumi berdecih, "Gitu aja capek. Loyo lo jadi laki! Liat tuh si Putih masih berstamina. Pantesan yang lebih digandrungi cewek-cewek si Putih, bukan elo!" Mas Bumi ngebanding-bandingin.

Gue nggak terima dong! Gue langsung berdiri tegap dalam posisi siap. 

Mengambil ancang-ancang, gue teriak ke Mas Jo untuk memulai permainan. "Mas, servis!"

Mas Jo mengangkat jempolnya, lalu mulai mukul dengan kenceng.

Bola melambung tinggi, menyerang kawasan paling belakang. Dengan mudahnya Dareen membalikkan arah putar bola. Hmm.. jadi tinggi enak bener.

Pukulan Dareen dapat dengan mudahnya ditangkis Mas Bulet. Mas Bulet nangkis dengan tenaga torpedo dalam jarak pendek. Jadilah bola itu jatuh tidak jauh dari net. Mas Bumi yang jaga di depan cuma bisa plonga-plongo. Belum juga beraksi, udah kecolongan poin.

"Gimana sih Mas! Fokus dong! Fokus!" gue hampir nyolok mata sendiri.

Mas Bumi cuma nyegir. "Shock, Tem! Gue kira ada UFO jatuh!" Pria itu ngambil bola terus ngelempar ke gue. "Servis, Tem!" perintahnya.

Tanpa menunggu lama, gue langsung melambungkan bola itu tinggi-tinggi menginvasi wilayah musuh.  

Baru berkonsentrasi ke arah mana Mas Jo bakalan menyerang, suara Dareen menginterupsi. "Temen lo asyik juga ya!"

"Temen? Temen sapa?" gue menggubris sekenanya. Pupil mata gue terus mengikuti arah bola yang kini melambung tinggi setelah dipukul oleh Mas Bumi.

"Kanaya," jawabnya santai. Dia mundur selangkah kebelakang untuk menerima lemparan bola itu dan langsung dilambungkan kembali ke wilayah lawan.

Sky Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang