Dua Puluh Satu

1.8K 324 40
                                    

Ciptaan paling canggih adalah otak manusia. Di sana ada yang namanya lobus frontal dan korteks sensorik. Lobus frontal adalah pusat kendali yang menentukan apa yang harus dilakukan bagian otak yang lain. Tapi ketika terjadi sesuatu yang mempengaruhi kondisi psikis seperti kelelahan berat, stress, bahkan trauma, lobus frontal akan piknik sementara waktu untuk menenangkan diri sehingga fungsi pengawasan dan pengendalian kosong. Saat itulah korteks sensorik bebas melakukan apapun. Korteks sensorik inilah yang menjadi penyebab munculnya halusinasi.

Nah kalau orang halunya udah sampai gubluk dan nggak bisa membedakan mana yang real dan fake, itu artinya lobus frontalnya ikut kependem sama ari-ari waktu bayi.

Tapi sekarang, gue malah berharap lobus frontal gue ikut kekubur sama ari-ari waktu masih bayi oek oek. Kenapa? Karena gue berharap ini cuma halusinasi.

Tolong bilang ke gue ini cuma halusinasi. Please... 

Oke, mari berpikir logis. 

Nggak mungkin banget kan si peceren jelek ada di sini? Ngapain coba bintang bersinar yang harusnya ada di langit turun ke bumi dan nuncep di basis militer negara. Gue ulangin sekali lagi. BASIS MILITER NEGARA. Bukan cuma pasar Senin yang bisa dihinggapi sembarang serangga. Yang masuk sini sudah harus mengantongin perijinan dari pemerintah lokal sampai petinggi ketentaraan. Dan cowok itu tiba-tiba cling muncul disini. Emangnya dia siapa? Nobitanya Doraemon yang punya pintu kemana saja? Hahaha... ini nggak lucu sama sekali. 

Tapi permisah.. ternyata kenyataan itu tak seindah harapan. Cowok tengik nggak tau diri itu tidak lain dan tidak bukan adalah Dareen, artis abal-abal favoritnya Naya.

Tolong.. dunia gue kiamat!

Oke Lan, tenang. Ini bukan akhir dari dunia. Selama bumi masih berputar, gue nggak akan tinggal diam. 

"Kamu masih nggak percaya?" si jelek nanya ke Naya yang lagi mengucek-ngucek mata saking tertegunnya. Dia gampir tak percaya kalau orang yang biasanya menghiasi layar TV itu tiba-tiba muncul di depan matanya.

"B-Beneran? D-Dareen yang itu.. yang suka ada di TV?" Naya sampai tergagap.

"Dek..!" gue mencoba menyela tapi malah dapet timpukan dari Naya. Bahkan dia nggak mau repot-repot buat noleh, bibir gue langsung ditapuk.

"Diem dulu!" galaknya. Konsentrasinya masih berpusat di pangeran berkuda putihnya itu, "Sebentar..  sebentar.. kok bisa ada di sini? Lagi syuting ya? Hah, apa diculik?" dia mulai ngedrama.

"Dek, kamu ini basah kuyup lho, yuk ke-" mulut gue kena timpuk lagi. 

"Diem!" perintahnya langsung bikin gue tutup mulut.

"Enggak.. enggak.. gue pasti mimpi. Ngapain seorang Dareen kesasar sampai sini!" dia meragukan dirinya sendiri.

"Kamu bilang tadi fans aku. Emangnya beneran nggak bisa ngenalin aku?" si peceren nanya balik.

Naya mengamati wajah lelaki yang lebih tinggi dari gue satu centimeter itu lekat-lekat. Dia bahkan muterin cowok itu sambil menilai dari ujung kaki ke ujung kepala. Setelah berulang kali mencubit pipinya sendiri, akhirnya Naya berteriak, "Kyaaaa...! Ini beneran Dareen. Ya ampun mimpi apa aku semalem. Huhuhu... Dareen kita foto bareng yuk!" dia histeris. "Haduh HP aku nggak bisa nyala ikut kecebur tadi. Eh eh pinjem HPnya dong fotoin kita berdua ya?" dia nyelonong ngomong ke gue. Tapi mukanya langsung kaget waktu mendongak ke atas dan melihat sosok siapa yang ada di depannya, "Loh, Mas Kallan?" 

Ya ampun, Dek. Kamu baru nyadar? Lah tadi aku invisible gitu? 

"Mas Kallan kok bisa sampai sini?" matanya masih melotot nggak percaya sementara gue udah mencebik-cebik nggak suka. Bisa-bisanya saking terkesima dengan kehadiran si peceren gue nggak terlihat begitu saja. Padahal kan mulut gue udah dua kali kena timpukan.

Sky Before YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang