9

2K 253 32
                                    

Hoseok berlarian dengan kesusahan. Di kedua tangannya penuh dengan berbagai macam bungkusan plastik pesanan dari rekan-rekan satu bagian di staff penerima tamu. Waktu istirahat telah berjalan selama sepuluh menit dan ia belum mencapai ruangan dimana rekan-rekannya telah menunggu. Ini sangat melelahkan, tetapi Hoseok harus menjalaninya karena ini adalah hukuman yang telah di berikan pimpinan staff yang bertanggung jawab atas dirinya meski Hoseok sangat yakin jika ini semua murni perintah dari Taehyung.

Tangannya mendorong pintu yang terbuka beberapa senti. Disana Hoseok mencoba untuk mengatur pernapasannya sejenak sebelum meletakkan plastik belanjaan diatas meja. Teman-teman yang telah menunggunya segera berhamburan menghampirinya mengambil barang-barang titipan yang mereka pesan.

"Terimakasih Hoseok, kau pasti kelelahan. Minumlah dulu." Salah seorang di antara mereka menyodorkan sebotol air mineral yang masih segel kehadapan Hoseok. Ia tentu menerimanya dengan suka cita.

"Terimakasih Jeongyeon-ah."

"Sama-sama."

Hoseok mengambil bagian dirinya. Ia juga harus makan jika ia tidak ingin Ayahnya mengkhawatirkan dirinya. Didepannya, Jeongyeon perempuan yang begitu ramah sejak Hoseok masuk bekerja meletakkan kotak makanan berseberangan dengannya. Jeongyeon adalah bagian administrasi, Hoseok tidak cukup mengenalnya dengan baik tetapi ia cukup membuat Hoseok merasa nyaman, Hoseok bukanlah tipe orang yang mudah akrab dengan orang lain, tetapi untuk bisa mengerti para karyawannya Hoseok harus banyak merubah sikapnya ia harus mulai belajar banyak bicara dan membuka diri.

"Hoseok-ah, kudengar dua hari yang lalu kau membanting pintu ruang presdir dengan kencang. Apa itu benar?" Jeongyeon memulai pembicaraan. Meski Hoseok sangat enggan menjawab ia tetap mengangguk sebagai jawaban.

"Waah.... ku pikir aku salah dengar. Tapi kau beruntung tidak dipecat." Jeongyeon menatapnya dengan tatapan kagum.

"Ee...mm.. ya, mungkin aku memang sedikit beruntung." Hoseok menjawab kebingungan. Siapa yang akan berani memecatnya jika ia adalah istri dari pemilik hotel ini.

"Bagaimana menurutmu?" Jeongyeon tiba-tiba bertanya. Hoseok menelengkan kepalanya tidak mengerti.

"Apa?" Tanya Hoseok binggung, ia memilih untuk menghentikan kegiatannya yang akan menyendokan makanan pada mulutnya.

"Wajah Presdir dalam jarak dekat, apa dia benar-benar sedingin apa yang terlihat." Tanya Jeongyeon, wajahnya menunjukan bimar atusias membuat Hoseok menyengit.

Hoseok terdiam dengan tatapan tak mengerti, ia tidak mengira jika nyaris semua karyawan Taehyung menyukainya.

"Aku tidak tau. Aku hanya menunduk sepanjang ia memarahiku." Hoseok tentu harus pintar berbohong meski ia tahu tidak ada sebuah kebohongan yang berakhir dengan kebaikan.

"Sayang sekali, padahal kau adalah yang pertama." Jeongyeon terlihat kecewa. Hoseok kembali menunjukkan raut wajah tidak mengerti.

"Maksudmu?"

"Kau adalah orang pertama yang bisa masuk keruangannya. Presdir tidak pernah mengizinkan siapapun memasuki ruangannya tanpa izin darinya, bahkan sekretarisnya sendiri. Gosip tentang kau membanting pintu bahkan telah menyebar luas dalam waktu singkat. Itulah mengapa nyaris semua orang mulai bergosip tentangmu." Jeongyeon bercerita panjang. Hoseok bahkan baru mengetahuinya sekarang, kemana saja ia kemarin hingga tidak mendengar gosip tentang dirinya.

"Benarkah?" Hoseok seolah terkejut. "Kalau begitu aku tidak harus kembali berbuat ulah. Ini membuatku tidak nyaman."

"Ya, kau harus." Jeongyeon menutup pembicaraan mereka. Hoseok melanjutkan makan siangnya dengan berbagi pertanyaan yang melayang-layang dalam kepalanya. Hari ini ia bahkan tidak melihat Taehyung dimanapun, Ayah mertuanya datang sendirian tanpa Taehyung disampingnya. Hoseok tidak ingin tahu dimana Taehyung tetapi ia sedikit penasaran. Ya! hanya penasaran.

L I E  [VHOPE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang