21

2.4K 269 34
                                    

Tidak ada yang berubah, semua terasa benar, seperti bukan sebuah sandiwara yang selalu ia telan secara bulat-bulat sadar ataupun tidak. Menolak mengingat jika apa yang Taehyung lakukan bisa saja tidak nyata, Hoseok hanya ingin egois, ia ingin merasakan seperti apa bahagia itu, seperti apa rasanya mendapatkan kasih sayang dari orang lain yang bukan dari anggota keluargamu.

Hoseok menikmati setiap perhatian dan kasih sayang yang selalu ia dambakan dalam mimpinya. Menikmati bagaimana Taehyung berusaha membuatnya nyaman, dan melupakan segala hal yang menyakitinya.

Hoseok bahkan masih mengingat bagaimana tangisan kencang Ibu Kim ketika mereka memberikan kabar jika Hoseok tengah hamil cucu pertama mereka. Mereka semua menyambutnya dengan sangat antusias, Jimin bahkan sampai mentraktir makan teman satu kelasnya karena ia ingin berbagi kebahagiaan.

Hoseok menangis karena sangat terharu saat mengingat kebahagiaan mereka. Ia tidak pernah merasakan kehangatan seperti ini, bukan karena Ayahnya tidak pernah peduli, tetapi lebih kepada bagaimana Hoseok selalu merasakan kesepian. Ayahnya sering melarangnya pergi kemanapun karena Hoseok berbeda, ia mudah sakit bahkan hanya karena setetes air hujan.

Beberapa kali Hoseok melanggar larangannya, terkadang ia pergi ketempat Yoongi di saat Ayahnya akan pergi selama satu bulan lebih atau ia memilih tinggal bersama Seokjin.

Hoseok menikmati semuanya, menganggap apa yang dilakukan Taehyung memang atas dasar keinginan hatinya, bukan sebuah sandiwara.

Hoseok melalui harinya dengan baik, teratur ketika meminum obatnya yang tentu saja aman untuk pertumbuhan anaknya, hoseok tidak meminum semua obatnya terlebih ketika hoseok mengetahui obat tersebut tidak aman untuk janinnya, Hoseok tidak peduli jika dirinya bisa saja dalam bahaya besar, ia hanya ingin anaknya tumbuh dengan sehat, tanpa kurang satupun.

Taehyung bahkan tidak pernah bertanya lagi ketika Hoseok meminta izin untuk pergi bersama Yoongi dan kembali nyaris tengah malam. Jadwal hoseok cuci darah. Hoseok bersyukur Taehyung tidak pernah mencurigai apapun.

Sejauh ini tidak ada yang menyadarinya.

Hoseok berbakat sekali menjadi seorang aktor.

Sekali-kali ia harus menerima tawaran untuk bermain drama.

"Kau sudah bersiap?" Taehyung bertanya dibalik pintu kamar mereka. Hoseok membalasnya dengan senyuman dan sebuah anggukan antusias.

Tautan jemari tangan Taehyung menghangatkannya hingga ke wajah. Merah dengan degupan jantung yang sangat menggila, bertalu-talu tanpa tahu malu. Taehyung menggenggam tangannya hingga ia benar-benar masuk ke dalam mobil, membantunya duduk dan memasangkan seatbelt  dengan benar seolah Hoseok bisa keliru ketika memasangnya sendiri.

Perhatian yang cukup untuk membuat Hoseok merasa begitu dilindungi. Namun, bayangan kepalsuan seolah terus menghantam kepalanya, mengingatkan dirinya jika ia tidak boleh terlena.

Taehyung menyalakan mesin dan perlahan meninggalkan lantai basement apartemen tempat tinggal mereka sebelumnya. Mereka telah kembali menempati rumah mereka sendiri.

"Ayah dan Ibu sudah disana, Jimin juga dalam perjalanan." Taehyung berkata tanpa mengalihkan perhatian menatap jalanan di depannya.

Hoseok mengangguk mengerti.
"Ayahku juga dalam perjalanan, yoongi dan jungkook sudah berada disana lebih dulu."

"Namjoon-" Taehyung menahan lidahnya. Haruskah ia lanjutkan atau ia biarkan menggantung begitu saja.

Hoseok berpaling, menatap Taehyung dari samping. Ada raut kegelisahan yang terlihat dimata Hoseok.

"Kenapa?" Hoseok bertanya.

Taehyung meliriknya dengan ragu, kemudian menghembuskan nafas pelan.

L I E  [VHOPE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang