13

2K 267 56
                                    

Malamnya Seokjin tidak bisa tidur, ia tiba-tiba gelisah hanya karena Hoseok tak banyak bicara. Setelah makan malam, mereka memang berkumpul di ruang tamu, Seokjin memberitahu keluarga Kim jika dia dan Namjoon akan menikah bulan depan. Mereka terlihat begitu senang dengan kabar yang ia bawa, tetapi kabar itu tidak membuat perubahan akan raut wajah Hoseok, Seokjin terus memerhatikan Hoseok sepanjang malam hingga mereka memutuskan untuk kembali ke kamar masing-masing untuk tidur, Seokjin memakai kamar tamu di depan dan Namjoon memakai kamar tamu yang dekat dapur.

Ia terus memikirkan, apa Hoseok masih menyukai Namjoon?, tapi dia sudah memiliki Taehyung. Dia sudah mengambil Taehyung. Tidak bolehkah ia mengambil Namjoon untuk dirinya?

Seokjin tidak tau ada apa dengan dirinya, tatapan Hoseok tidak seperti dulu, ada kesedihan disana, ada tekanan yang di rasakan oleh Hoseok. Hoseok tidak bahagia, Seokjin menyadari itu. Lalu sebuah ingatan terlintas di kepalanya.

'Aku akan membuatnya tidak bahagia... aku berjanji.'

Taehyung sudah melakukan tugasnya. sebuah senyum kecil terbentuk di bibir Seokjin ketika ia mengingat bagaimana Taehyung berjanji untuknya.

Untuk saat ini biarkan Seokjin merasakan kebahagiaannya.

Seokjin turun dari tempat tidur. Matanya melirik jam telah menunjuk angka dua dini hari. ia memutuskan keluar kamar menuju dapur mengambil air minum, mungkin ia bisa tertidur setelahnya.

.

.

.

Taehyung melangkahkan kakinya turun dari lantai dua. Ia terbangun karena merasakan haus, ia selalu terbangun seperti itu setelah ia berolahraga malam, Taehyung terkejut ketika melihat Seokjin yang tengah duduk di meja makan sendirian, ada secangkir coklat panas di depannya, sepertinya Seokjin tidak bisa tidur.

"Oh, Taehyung-ah." Seokjin spontan memanggil saat melihat Taehyung berdiri terkejut di depan pintu dapur.

"Tak bisa tidur?" Taehyung bertanya sambil ia berjalan menuju lemari pendingin di sudut ruangan mengambil sebotol air mineral kemudian menuangkannya kedalam cangkir yang ada disana.

"Benar." Seokjin menjawab.

Taehyung duduk di seberangnya sambil meminum air yang baru saja ia ambil.

"Sepertinya kau berhasil membuatnya tidak bahagia." Seokjin berkata, mengundang tatapan tidak terbaca milik Taehyung yang menatap dirinya.

"Apa sangat terlihat?" Taehyung bertanya.

Seokjin mengangguk.

"Kau senang dengan hal itu?"

"Ya. Aku senang. Dia harus merasakannya."

Taehyung ingin tertawa tapi ia sadar itu tidak akan membuat dirinya lebih baik. Taehyung tidak tahu apa yang ia lakukan justru telah membuat dirinya juga terluka. Tetapi Seokjin adalah segalanya, Seokjin adalah kehidupan yang diberikan Tuhan untuknya. Taehyung tidak bisa berkata tidak untuk seorang yang begitu banyak telah menolong keluarganya. Ia berhutang nyawa sebanyak dua kali. Dan Taehyung merasa hutang budinya tidak akan pernah lunas meski dibayar oleh apapun.

"Aku senang kau merasa bahagia. Aku tidak bisa memberikan hal lain selain kebahagiaan untukmu Jinie. Kau sudah banyak berkorban untukku dan keluargaku." Taehyung berkata. Ia menatap Seokjin dengan binar mata yang berkilau, Taehyung menahan tangisnya, entah itu sebuah tangis kebahagiaan atau sebuah tangis kesedihan untuk dirinya.

Seokjin terdiam kaku. Ia sangat terkejut ketika Taehyung yang tiba-tiba saja mengungkit peristiwa yang telah lama berlalu. Ia seketika merasa gugup. Seokjin mencoba tersenyum tetapi gagal.

L I E  [VHOPE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang