18

2.1K 250 53
                                    

Hoseok sadar tidak ada kebaikan dalam sebuah kebohongan, ia akan berbohong lagi untuk menutupi kebohongannya yang lain, seperti sebuah batang pohon yang terus bercabang jika tidak segera dipotong.

Saat ini, tatapan mata Taehyung jauh lebih mengerikan dari apa yang pernah ia lihat, tidak ada percakapan hingga beberapa menit kedepan dan itu sungguh menambah perasaan gelisahnya.

Remasan diujung selimut yang menutupi separuh tubuhnya semakin kuat, Hoseok merasa terintimidasi dengan tatapan tajam yang diberikan Taehyung, sudah lebih dari lima belas menit mereka terdiam dengan pikiran masing-masing. Hoseok yang berpikir jika Taehyung telah mengetahui semuanya semakin membuatnya gugup, keringat dingin terus mengucur di keningnya, apa yang akan ia lakukan sekarang? Mengakuinya dan membiarkan Taehyung menggugurkan bayinya? Tidak. Hoseok tidak akan sudi melakukannya. Lebih baik ia mati. Ini adalah anaknya, dia berhak atas kehidupan baru di dalam dirinya.

"Tidakkah ada yang ingin kau katakan Tae?" Hoseok bertanya. Masa bodoh dengan pertanyaan konyolnya.

Pandangan mereka beradu.

Taehyung menghela nafas,
"Aku mulai berpikir agar kau berhenti bekerja. Kau tidak sedang baik-baik saja Seok."

Mereka masih saling menatap.
Ada kecemasan diraut wajah Taehyung dan itu membuat Hoseok bertambah takut.

"Aku akan mengundurkan diri jika itu yang kau inginkan."
Kepalanya menunduk dengan perlahan. Hoseok semakin yakin jika Taehyung mengetahui semuanya.

"Itu bagus, lagipula sepertinya seluruh karyawanku telah mengetahui siapa kau sebenarnya."

Mengingat cerita Yoongi, tentu saja mereka semua akan tahu. Sepupunya yang satu itu benar-benar membuat kekacauan di kantor Taehyung. Hoseok sampai memukul kepalanya karena kesal dengan kecerobohan Yoongi. Jika Hoseok masih bekerja di hari ini, mungkin semua orang akan segan padanya, dan tidak akan ada yang berani mengoreksi kesalahannya. Ia sedikit bersyukur karena Taehyung memintanya untuk berhenti.

Matanya menangkap pergerakan Taehyung yang mulai melangkah pergi menuju pintu, Hoseok bertanya-tanya kenapa sikap Taehyung berubah-ubah dalam sekejap. Apa dia memiliki kepribadian ganda? Terkadang Hoseok tidak mampu mengenali sosok suaminya itu..
.

.

.

"Kau tau? Tidak mudah mendapatkan donor darah seperti milikmu." Yoongi terdengar menggerutu, tetapi ia tetap membantu Hoseok berjalan menuju mobilnya dengan sabar. Mereka baru saja menyelesaikan jadwal Hoseok untuk cuci darah, minimal tiga kali dalam seminggu, Hoseok perlu asupan darah melebihi orang normal lainnya karena ia sedang mengandung sekarang.

Hoseok hanya menanggapinya dengan tertawa. Ia sadar, tidak banyak orang yang memiliki darah sama dengan dirinya itulah mengapa Hoseok harus membayar lebih mahal untuk biaya cuci darahnya. Meski sesaat, sebuah ingatan terlintas dalam pikirannya, ia memiliki darah yang sama dengan Seokjin. Apa Seokjin pernah menyumbangkan darahnya untuk orang lain atau tidak sama sekali?.

"Kenapa kau menaruh Mobilmu di tempat yang jauh Yo?" Kini giliran Hoseok yang menggerutu. Kakinya sudah sedikit pegal karena terlalu lambat berjalan, salahkan Yoongi yang memperlakukannya seperti kakek-kakek tua yang sudah osteoporosis.

"Kau harusnya berterimakasih, aku selalu sabar melakukan ini untukmu, bahkan ini sudah berjalan satu bulan lebih."

"Kau terpaksa melakukannya?" Suara Hoseok terdengar bergetar, ia tidak tau kenapa, tapi mendengar ucapan Yoongi membuatnya ingin menangis, Hoseok merasa dirinya sangat sensitif.

Yoongi menghentikan langkahnya untuk melihat raut wajah Hoseok yang saat ini bahkan sudah bersiap menumpahkan bendungan kecil di kedua kelopak matanya. Yoongi tentu saja gelapan.
"Eh.. eeehhh.... jangan menangis, kau membuatku malu saja. Selalu saja begini!"

L I E  [VHOPE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang