A N G G A R A

7.1K 414 68
                                    

PRANG!!!

Laki-laki di dalam mobil itu terlonjak kaget. Jantungnya mendadak tidak stabil. Ia membuka pintu mobil dengan was-was.

Mukanya seketika cengo, pasrah.

"Mobil lo ngalangin motor gue!" Tanpa aba-aba si pelaku berteriak penuh penekanan.

"Lo bisa ngomong pintar, nggak perlu langsung pecahin kaca mobil gue." Lelaki itu mengacak rambutnya gusar, frustasi.

Orang itu diam, menyenderkan tubuhnya di samping mobil laki-laki itu.

"Ya gimana ya ..., lo kan cowok nih. Cowok itu tugasnya harus peka sama keadaan sekitar."

Ini orang nyolot minta ampun, batin Angga.

"Ah bodoamat ngapain gue harus peka, gue kenal lo aja nggak, anak kompleks mana lo, hah!?"

"Lah kok loh yang nyolot!?" balasnya.
Ia memutar bola matanya malas, lantas naik ke motor ninja biru yang terpakir di sebelahnya.

"Eh...."

Angga berjalan mendekat, menaruh tangannya di depan kap motor ninja itu. "Enak aja lo main pergi, ganti rugi gue nggak mau tau!"

"Apa-apaan gue ganti rugi, justru lo yang udah ngerugiin gue, buang-buang waktu gue!"

"Lo ini manusia spesies apa sih?"

Dia turun dari motornya, tersulut emosi. "Lo ngatain gue!"

"Iya kenapa? Mau berantem ayo."

"Siapa takut!"

"Tunggu-tunggu."

Angga memicingkan matanya melihat nametag dibaju orang itu. "Rara Angeline, lah lo cewek!"

Angga menatap tak percaya, ia pikir orang ini adalah cowok lemes yang suaranya, ya begitulah. Tapi penampilannya begitu menipu.

"Sejak kapan cewek pakek celana, bukannya rok." Sekali lagi Angga hanya bisa membatin.

"Buka helm lo," perintah Angga.

"Ngapain."

"Buka aja, atau gue suruh lo mempersatukan pecahan kaca mobil gue."

Rara diam, sedetik kemudian tangannya membuka helm yang sedari tadi terpasang.

Hanya satu kata. Sempurna.

Memang tak ada orang yang sempurna, tapi menurut Angga proporsi wajah perempuan yang ada di hadapannya saat ini..., sangat cantik.

Bulu matanya lentik, dengan hidung mancung, serta bibir yang kecil. Standar idol kpop.

Oke cukup sekian keterkaguman Angga, kesadarannya kembali.

"Cantik-cantik brutalisme lo!"

"Gue anggap itu pujian." Rara memicingkan bibirnya.

Angga diam menatap perempuan itu lekat-lekat, andaikan wajahnya bisa di zoom saat ini, ingin sekali ia meneliti di mana pori-pori Rara.

Anggara (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang