11. Sahabat Terbaik

854 102 0
                                    

Pagi hari yang terlihat masih gelap, menemani Rara yang sedang menimba air di sumur, dengan bermodalkan penerangan senter yang biasa digunakan di kepala, Rara mulai menimba air dengan semangat lalu menampungnya di dalam ember.

Sedangkan Airin dan Niko kini tengah mencari botol bekas, agar dapat menghasilkan pundi-pundi uang. Memang itu sudah menjadi rutinitas mereka di kala waktu menunjukkan pukul 05:00.

Rara pun mulai mengangkat ember berisikan air itu ke kamar mandi, lalu ia pun memulai ritual mandinya.

Rara pun mulai memakai pakaian sekolahnya yang terlihat sedikit kusut, mungkin karena berada dalam koper.

Jam kini sudah menunjukkan pukul 05:35, Rara pun sudah siap dengan segala perlengkapannya, ia pun memakai sepatu sekolahnya, lalu mencari di mana keberadaan Airin saat ini.

"Rin Aku deluan ya," pamit Rara.

"Iya kak."

Rara pun mulai keluar dari gang perumahan yang sempit itu, lalu sampailah ia sekarang di jalan raya, yang menyediakan trotoar bagi pejalan kaki.

"Huhh jauh banget dah," keluh Rara.

"Semangat Ra!" seru Rara menyemangati dirinya sendiri.

Namun detik kemudian terdapat dua orang yang menghalangi jalan Rara, padahal ini masih sangat pagi untuk merampok.

"Yaelah Om, kalo mau ngerampok tuh, rampok yang kaya," remeh Rara.

"Jatuh harga diri Om, ngerampok yang miskin," lanjut Rara lagi, dengan kekehannya

"Ngebacot aja lo bocil!" ketus orang itu, lalu mulai menyerang Rara.

Rara pun sontak melempar tasnya pada pria itu, lalu menendangnya. Tak peduli apa yang akan terjadi pada roknya.

Brak

Pria itu pun tersungkur, sedangkan Rara tersenyum bahagia setelah sekian lama ia tidak pernah menghajar seseorang. Sedangkan Pria satu lagi melihat temannya terjatuh sontak ia langsung menyerang Rara.

Bugh

Bogeman mentah dilayangkan pria itu pada Rara, Rara pun tidak terlalu kesakitan, karena ia pernah merasakan lebih dari ini.

Bugh

Bugh

Bugh

Serangan bertubi-tubi dilayangkan Rara pada Pria itu, lalu ia melepaskan tangannya dari kerah baju pria itu.

"Itu baru namanya pukulan Om," kelakar Rara.

Namun tanpa Rara sadari seorang pria lagi mengeluarkan pisau dari dalam sakunya, lalu menyerang Rara dari belakang.

Srek

Bunyi lengan baju yang terkoyak akibat sayatan pria itu, mengalirkan darah segar dari lengan Rara, membuat Rara meringis lalu memegangi lengannya.

"Bangsat beraninya dari belakang lo," geram Rara

Pria itu pun mencekik leher Rara dari belakang, sedangkan pisau itu ia arahkan pada mata Rara, Rara pun menahan nafasnya, mencoba tidak panik.

"Berani melawan lagi lo, mata lo bakal jadi taruhannya," ancam pria itu.

Rara menelan ludahnya susah. "Mau kalian apa?"

"Lo jauhin Angga, atau lo akan mati detik ini juga," tekan pria itu.

"Tau dari mana lo Angga?" tanya Rara.

"Itu gak penting, kalo sampai lo masih berani dekatin Angga, gue jamin satu tiket masuk neraka gratis buat lo," sarkas preman itu lalu segera pergi meninggalkan Rara yang masih meringis kesakitan.

Anggara (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang