1. Takut

2.3K 274 8
                                    

"Gue dimana? Lo siapa?!"

"Lo di alam baka, gue penjaganya."

Pletak

Seketika Angga mendapat jitakan renyah dari Rara, membuat ia sedikit meringis, nyeri.

Angga mengusap-usap kepalanya. "Gila lo, jitak pakai tenaga dalam."

"Diem!"

"Nggak tau terimakasih lo, udah untung gue mau nampung lo di mobil gue."

Rara diam, ia memperhatikan seluruh bagian mobil ini. Ah, ia baru ingat tadi pingsan diparkiran SMA Armada, dan..., motornya telah lenyap.

Mengerjap beberapa kali, Rara kembali bersuara. "Antar gue pulang!"

"Enak aja, keluar lu sono, jalan!. Angga mencibir. "Kenal nggak tapi nyusahin, gue udah nunggu lo sadar ya sampe malam."

Rara menyipitkan matanya, sinis. Laki-laki ini begitu perhitungan pikirnya. Ia memegang knop pintu mobil, baru hendak melangkah keluar Angga bergumam.

"Di mana rumah lo?"

***

Canggung.

Begitulah suasana didalam mobil sekarang tak ada yang membuka suara, Rara hanya menunjukkan jalan ke rumahnya dengan arahan tangannya.

Dan sekarang mobil itu sudah ada di depan rumah Rara, gelap itulah suasana dirumahnya tak ada penerangan.

"Makasih," ucapnya dingin sambil membuka pintu mobil dan keluar dari dalam mobil.

"Sama-sama." Angga menunggu sampai Rara masuk ke dalam rumah, namun Rara hanya berdiri di depan gerbang rumahnya sambil menatap rumah mewah nya itu.

"Nih anak kenapa," gumam Angga. Melihat Rara tak kunjung masuk, ia pun memutuskan untuk keluar dari mobil dan menghampiri Rara.

"Lo kenapa?" tanya Angga pada Rara namun Rara diam tak menjawab.

Angga melihat ekspresi Rara yang ketakutan, berpikir sejenak apakah Rara takut dimarahi oleh orangtuanya?
Tatapannya beralih ke rumah itu, lalu kembali melirik perempuan yang ada di sampingnya.

Tawa Angga seketika meledak membuat Rara menoleh kepadanya, ntah apa yang sekarang ada dipikiran Angga.

"Lo takut gelap ya?" Tebakan Angga tidak salah.

"Masa tomboy kayak lo, yg punya motor ninja takut gelap," ledek Angga.

Alis Rara tertekuk tajam, berani sekali pria ini meledeknya.

"Iya gue takut gelap, puas lo." Rara melotot tajam.

Setelah puas Angga tertawa, ia terbatuk pelan, berupaya mencairkan kondisi. "Ayo, gue temenin." Ia menggenggam tangan Rara.

Rara membuka rumahnya menggunakan kunci yang biasa ia bawa kemana-mana, karena orang tuanya sangat sering pergi secara mendadak. Bukan tanpa alasan, akan tetapi pekerjaan orang tuanya yang membuat mereka jarang berada di rumah.

Sesampainya di dalam rumah ia menghidupkan semua lampu dengan dibantu penerangan dari ponsel Angga. Tangan Angga senantiasa menggenggam jari- jemari Rara.

"Udah kan? Gue balik dulu."

"Makasih ya," ujar Rara pada Angga bukan dengan wajah dingin dan datar, tapi dengan senyum yang hangat.

Aduh manis banget sih senyumnya

"Ya udah sana balik," suruh Rara galak , membuat Angga tersadar dari lamunannya.


Anggara (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang