12. Resmi

914 106 0
                                    

Rara pu baru saja turun dari mobil Avanza putih milik Vina, ia membawa sebuah tas besar yang berisikan baju-baju dari Vina.

Jam menunjukkan pukul 20:00, dan Rara melupakan sesuatu, ia tidak menjual koran hari ini, baru saja ia ingin hidup mandiri lewat bekerja, namun sudah ada musibah lagi yang menimpanya.

Terlihat di depan rumah, Airin bolak-balik tak karuan, mungkin karena ia khawatir dengan Rara.

"Airin," sapa Rara saat sudah berada di depan rumah tua milik Airin.

"Kakak ke mana aja sih? Kenapa tadi gak sekolah? Kenapa baru pulang jam segini? Terus lengan Kakak kenapa?" Rara di hadiahi seribu pertanyaan dari Airin.

"Tadi ada para manusia yang nawarin gue tiket masuk neraka, terus gue gak mau jadinya lengan gue jadi sasaran nya," balas Rara dramatis.

"Ekhem," dehem Niko yang berdiri di pintu depan.

"Kenapa sih pakai gue, gak sopan tau," serang Niko yang membuat Rara terdiam.

"Niko kamu nihh gak sopan tau," tukas Airin.

"Iya maaf Niko yang paling ganteng," sahut Rara.

"Masuk yuk, lihat nih Teteh bawa apa." Tunjuk Rara pada tiga bungkus mi ayam yang dibelikan oleh Vina.

"Wihh mi ayam, dari tadi kek, Niko udah lapar nih."

••••

Pagi hari yang cerah secerah hati Rara yang tak sabar ingin berangkat ke sekolah.

Melupakan bahwa lengannya kini masih sakit dan harus memakai perban jika lukanya ingin cepat sembuh.

Untung saja lengan baju sekolahnya dapat menutupi perbannya itu, jika tidak pasti akan banyak murid yang kepo.

Kali ini ia pergi berjalan kaki bersama Airin dan juga Niko, bukan karena takut ada preman lagi, tapi Airin yang memaksanya untuk berangkat bersama.

Meski jam masih menunjukkan 05:45 tapi mereka sudah setengah perjalanan menuju SMA LABSCHOOL sedangkan sekolah Niko berada sebelum Sma itu.

"Dadah Teteh, Teh Rara nanti pulangnya malam aja biar bawa mi ayam lagi buat Niko," usul Niko saat sudah sampai di depan gerbang SD Negeri 104.

"Dasar Niko."

Rara dan Airin pun melanjutkan perjalanannya, sampai di sekolah pun terlihat belum ramai karena ini masih sangat pagi untuk berangkat ke sekolah.

"Rin aku langsung ke kelas ya," tutur Rara saat berada di depan lapangan sekolah.

"Iya Kak," balas Airin ramah.

Rara pun berjalan girang menuju ke kelasnya, namun pintu kelasnya masih terkunci entah apa yang terjadi.

"Gila ya, mana nih Pak Satpam, masa' kelas belum di buka," runtuh Rara sambil mencoba membuka pintu kelas.

"Eh, tapi kok gak di gembok ya?" Rara bergumam saat menyadari bahwa kelasnya tidak di gembok.

Tok ... tok ... tok

Rara mengetuk pintu kelasnya.

Brak ... brak ... brak

Rara mendobrak pintu kelasnya, tentu saja menggunakan lengan kanannya, tak mungkin ia menggunakan lengan kirinya.

Saat Rara ingin mendobrak pintu itu lagi tiba-tiba pintu terbuka dan ia pun tersungkur, namun ia terjatuh ke di atas Angga.

Rara dan Angga saling bertatapan, melupakan fakta bahwa Randy dan Unyil sedang menatap mereka.

1 detik

Anggara (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang