33. Kenyataan Pahit

582 66 0
                                    

Semuanya mungkin sudah hancur. Tak ada yang bisa di pertahankan, semenjak Rara bebas dari jeruji besi, hidupnya sudah tidak tenang.

Dirinya telah di usir dari kost-an nya, karena alasan membuat warga resah. Telah di pecat pula dari toko roti, yang terhitung hanya sehari ia bekerja di sana. Apa semuanya benar-benar lenyap dalam sekejap mata?

Kini Rara berhadapan di ruang BK. Hanya seorang guru  menyidangnya. "Jadi pihak sekolah, ingin meminta penjelasan dari kamu."

"Buk saya hanya orang yang di fitnah di sana, bukan saya pembunuhnya."

Guru itu menghela nafas panjang. "Begini Rara, kasus kamu sudah tersebar luas, ini bisa merusak nama baik sekolah. Kami rasanya ingin mengeluarkan kamu saja dari sini."

Pandangan Rara kian sayu. "Buk jangan DO saya, setidaknya biarin saya sampai lulus."

"Untuk sementara belum ada kepastian, tapi ada baiknya kamu diskors selama seminggu."

Rara mengangguk lalu menyampirkan tasnya, ia keluar dari ruang BK itu. Tampak banyak mereka yang sinis melihat Rara. Banyak mereka yang berbisik-bisik satu sama lain.

"Eh dia itu ternyata psikopat."

"Tapi kok bisa bebas? Bukannya dia di penjara?"

"Dia itu bebas karena uang jaminan, pokoknya kita harus hati-hati sama dia."

Begitulah ucapan semua orang selama Rara melewati koridor sekolah. Rara diam dirinya tak bisa melawan, tak ada pembelaan yang bisa di pertanggung jawabkan.

Rara menutup matanya sebentar, berusaha tidak mendengar semua yang di katakan mereka. Kini hanya satu tempat yang menjadi tujuannya. Rumah Vina.

Rara berjalan, dengan pandangan kosong. Tiba-tiba seseorang datang menghampirinya. "Ikut gue, maka masalah lo akan selesai."

Rara tersenyum sinis. "Dan lo pikir gue bakal percaya, jangan lupa lo yang buat gue begini."

"Ikut gue atau lo bakal menyesal."

"Gue bakal takut, tapi bukan karena ancaman lo," desis Rara.

Rara bungkam ia pun menuruti perintah orang itu Andra. Rara naik ke motor Andra, sontak Andra melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Rara diam ia tak perduli lagi apa yang terjadi, apapun itu. Semuanya emang tak bisa di perbaiki lagi. Kini mereka telah sampai di basecamp utama geng Raxic. Rara mengikuti langkahnya.

Rara masuk, bagaikan kilat tiba-tiba pintu itu di kunci oleh seseorang. Andra berbalik menatap Rara sinis, detik berikutnya seorang laki-laki datang dari belakang.

Rara kini benar-benar tak bisa tenang, apalagi di saat melihat orang yang baru saja muncul di hadapannya.

Orang itu tersenyum. "Bagaimana Rara? Masih ingat gue?"

"Lo banci! Ngapain lo ada di sini?!" Rara menggertak. Nafasnya memburu.

Orang itu adalah Kevin Bart, orang yang hampir saja merenggut kesucian Vina. Beruntung saat itu Rara benar-benar hadir, menyelamatkan Vina.

"Rara Angeline, orang yang udah buat adek gue koma, dan geger otak." Andra menyeringai, dan apa katanya? Kevin adiknya? Lalu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Andra mendekat, sedangkan Rara tetap diam tak ingin dirinya di anggap pengecut. Andra semakin mendekat, lalu menjambak rambut Rara kasar.

"Lo akan hancur saat ini juga," bisiknya.

Rara menatap berani ke arah Andra, entah keberanian dari mana dengan sekali bogeman, tubuh Andra berhasil terhuyung ke belakang. "Jangan lo kira gue cewek, gue gak bisa melawan lo!"

Anggara (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang