22. Aneh

727 94 7
                                    

Nafas Rara bergemuruh saat ia sudah sampai di Warcil (warung kecil) tempat biasa geng Raxic bersantai. Jangan salah walaupun namanya warung kecil, tapi tempat itu adalah tempat yang sudah dibeli oleh geng Raxic.

Rara memegangi kedua lututnya sambil terengah-engah, "Aduh capek banget," adu Rara pada anggota yang ada di sana.

"Emang kenapa lo?" tanya Andra yang sedang sibuk menyantap mi goreng.

Rara pun melirik sekilas es teh yang ada di depan Andra, tanpa ada persetujuan ia langsung meneguk habis es teh itu.

Andra melirik tajam ke arah Rara, kenapa ia tadi tidak memberi racun saja pada minuman itu.

Rara pun memilih duduk dikursi plastik dengan meja yang ada di depannya, banyak anggota Raxic yang sedang bermain kartu di sana, dan Rara baru menyadari itu.

"Astaga tobat nak, tobat," ucap Rara sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Judi itu dosa woi."

"Kita kaga main judi kali," balas Fathan sambil terus fokus dengan kartu remi yang ada ditangannya.

"Nah terus ini."

"Lo kenapa sih, tadi ngos-ngosan?" tanya Fathan berusaha mengalihkan pembicaraan.

Rara pun berdiri secara tiba-tiba, seakan menyadari sesuatu."Gila! Gila! Hampir gue lupa, lo semua tau gak?" Tanyanya mulai histeris.

Sontak semua yang ada di meja itu mengalihkan pandangannya ke Rara, lalu menggeleng bingung.

"Gue dikejar banci lampu merah!" teriak Rara lebai sambil memegang kedua pipinya.

"Hah, lewat mana lo kok bisa di kejar banci?"

"Aduh bingung gue mau jelasin darimana," jawab Rara sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Apa kalian tau banci lampu merah yang di maksud Rara? Satu jawabannya ketos, tanpa Rara sadari ternyata ketos itu mengejar Rara dari belakang, sungguh ketos aneh.

"Ah tau ah capek gue," desah Rara, lalu kembali memilih duduk.

"Makanya lo kan bisa naik motor, jangan kelihatan banget lah miskinnya," sambar Andra dari belakang. Rara pun berdiri lalu mengeratkan bandananya. Setelah itu ia berjalan ke arah Andra menatap sang kapten tajam.

"Eh lo itu bego, pikun atau gimana sih!?" umpat Rara sambil memegangi pundak Andra dari belakang, semua orang di sana sontak terkejut, baru kali ini seorang anggota menghina kapten geng Raxic.

Andra pun berdiri, membalikkan badannya menatap ke arah Rara yang sedang tegak pinggang, tak mau kalah Andra pun juga bertegak pinggang.

"Eh apa lo bilang barusan?" tanya Andra sambil menunduk mendekatkan wajahnya pada Rara.

"Heh, ternyata selain pikun lo juga tuli ya," cerca Rara.

Manik hitam itu melotot tajam, yang berarti ia benar-benar marah, dan Rara tak mau kalah ia juga melototkan matanya.

"Dasar miskin!"

"Eh gak ada otak lo ya, tadi pagi yang nyuruh gue gak usah pakai motor siapa? Dasar udah tua, pikun, tuli, gak guna lo hidup!"

Semua orang yang ada di sana meneguk ludahnya kasar, lalu mereka memilih berdiri di antara dua orang yang sedang berdebat itu.

"Kenapa lo diam baru ingat?" tanya Rara sambil menyipitkan kedua matanya.

"Dasar kapten pikun! Kalo lo berani satu lawan satu dong," tantang Rara. Apa yang ada dipikirannya sampai seorang kapten geng ditantang.

"Punya mulut gak hah! Jangan mentang-mentang lo cowok, lo kira gue takut sama lo!!!"

Anggara (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang