36. Sandiwara

720 78 35
                                    

Kini Angga dan Rara tengah makan di Restoran. Duduk di tempat yang telah dibooking Angga. Ya karena memang Angga sengaja ingin berdua bersama Rara.

"Sayang kamu mau apa?" tanya Angga, yang kini posisi mereka saling berhadapan. Untung saja Resto itu sepi pada sore hari, maka tak akan ada yang tahu hubungan mereka yg sedang backstreet.

"Aku pengen spagheti."

"Kenapa kamu gak mau aku aja?"

Rara sontak menatap Angga. "Gila." Pelayan yang masih berdiri di sana, tengah menjadi nyamuk di antara dua insan itu.

Angga menyengir tak berdosa, lalu ia mulai memesan kepada pelayan itu. Setelah pelayan itu pergi, sempat terjadi keheningan, Angga yang biasanya cerewet bagaikan perempuan, sekarang hanya diam saja.

"Ra mending kita putus aja deh," ujar Angga dingin, ini sangat tiba-tiba.

Rara terkejut dengan penuturan Angga yang tiba-tiba. Rara takut itu yang ada dihatinya sekarang, hanya ada dua orang penting dihidupnya. Angga dan Vina sahabatnya.

"Kok tiba-tiba?" Rara membalas datar, mencoba menyembunyikan rasa takutnya. "Aku gak mau ya, kamu permainin begini."

"Kamu pikir kamu siapa? Sesuka hati kamu ngajak pacaran." Rara terdiam sejenak, "ngajak balikan, tapi tiba-tiba kamu mau putus tanpa alasan." Matanya sudah berkaca-kaca.

"Aku punya hati yang bisa merasakan sakit, senang, sedih. Aku capek Ngga kamu permainin."

Mereka terdiam cukup lama. Rara mengusap kasar sebutir air matanya yang mengalir, sedangkan Angga menundukkan kepalanya. Setelah Angga merenung cukup lama, ia kembali menatap Rara dengan mata yang sudah sembab.

"Aku mau kita gak pacaran karena..." Angga menggantung kata-katannya. "Aku mau kita nikah aja," sambungnya.

Rara melotot, pandau sekali Angga dalam berakting. Untung saja tak ada adegan sujud di depan pacar, agar tak jadi putus. Jika ada sebuah palu di sini, sudah bisa dipastikan Angga tak berbentuk lagi.

"Gak ada akhlak kamu!"

"Ciee, takut ditinggalin."

Beberapa detik kemudian pelayan datang, membubarkan keisengan Angga. Pelayan itu membawa 2 piring spagheti dan minuman jeruk. Setelahnya mereka langsung menyantap makanan itu.

"Sayang jadi kapan kita nikah?"

"Gak akan pernah!" jawab Rara sengit.

"Aku udah gak sabar pengen buka-bukaan," imbuh Angga dengan keadaan masih menyantap makanan dihadapannya. Rara berhenti menyuapi spagheti itu kemulutnya.

Rara menatap pria di depannya itu sengit. "Lo mau gue kubur hidup-hidup?!"

"Mau, tapi di kubur dihati kamu," jawab Angga. "Sayang ayolah kita nikahh." Angga merengek.

"Gue gak mau nikah sama lo!"

"Lah aneh gak bisa gitu dong." Terganggu sudahlah acara makan mereka, hanya karena sebuah topik tak jelas.

Rara tergelak pelan. "Pacarannya sama lo, nikahnya sama yang lain, baru the best." Kini cara Rara memanggil Angga berubah.

"Ck." Angga berdecak sebal. Berikutnya ekspresinya berubah senang. "Gak pa-pa deh kalo kamu nikah sama yang lain. Aku rela jadi perebut istri orang, kalo begitukan perjuangan aku besar dan bernilai tinggi."

"Ihh, udah deh lanjut makan."

Kini spagheti mereka sudah ludes tak tersisa. Sedari tadi Angga memperhatikan wajah lucu Rara yang sedang menutup mata. Satu dipikiran Angga ingin menghalalkan kekasihnya itu.

Anggara (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang