14. Berubah

838 95 0
                                    

Hari ini adalah hari dimana Rara akan menagih semua penjelasannya kepada Angga, namun hari ini juga hari Senin hari dimana harus melaksanakan upacara bendera pagi hari.

Sialnya jam sekarang menunjukkan pukul 08:05, yang berarti lima menit lagi upacara akan selesai.

Rara dan Airin pun kini tengah berlari menyusuri tepian jalan, tidak biasanya mereka terlambat, namun di karenakan Rara yang bangun kesiangan akhirnya Airin harus menunggu Rara bersiap-siap dulu.

"Huh ... huh ... huh ..." Nafas mereka beradu kala telah sampai di depan gerbang yang telah tertutup.

"Kayanya upacara udah siap deh Rin," ujar Rara.

"Aduh gimana dong Kak?" panik Airin.

"Hmm ikut gue."

Rara pun membawa Airin menuju gerbang belakang sekolah, "Naik."

"Aku gak bisa manjat Kak," adu Airin.

"Yaelah." Rara pun saling menapakkan tangannya, lalu sedikit membungkukkan badannya. "Naik."

Airin pun memijakkan sepatunya pada tangan Rara sedangkan tangannya memegang pagar besi itu.

"Ayo Kak," ajak Airin saat sudah berada di dalam gerbang.

"Lo deluan aja," suruh Rara sambil menatap Airin dari luar gerbang.

Memang Rara, bila tidak ada Niko saja, pasti cara bicaranya berubah menjadi Lo-Gue.

"Tapi Kak..."

"Udah lo deluan sana," potong Rara.

Airin pun segera menuju ke kelasnya, sedangkan Rara mulai memanjat pagar besi itu. Mudah saja bagi Rara memanjat pagar itu, apalagi rok sekolahnya yang pendek dan lebar.

Rara pun menapakkan kakinya di dalam pagar, saat ia ingin pergi ke kelas, tangannya di tahan oleh seseorang.

"Eh mau kemana lo,"

"Gue mau ke kelas, lepas gak!" ancam Rara.

"Enak aja lepas, udah terlambat lo harus dihukum," tukas orang itu yang bernama Chandra.

"Eh lo itu adek kelas, sopan lo sama gue," tegur Rara.

"Bodo amat, pokoknya lo harus dihukum," putus Chandra, "Buk ini ada yang terlambat," adunya pada guru piket.

"Suruh hormat di tiang bendera, lalu nanti pulang sekolah bersihkan wc!" teriak Guru piket itu dari kejauhan.

"Ck, dasar lo Ketua Osis cupu, banci, bencong, tau nya ngadu aja," decak Rara dihadapan Chandra, lalu ia segera pergi ke lapangan bendera.

Rara pun mulai melakukan sikap hormat di depan tiang bendera.

"Guys guys guys lihat deh, sitomboy dihukum," cibir seseorang kepada tiga temannya dari atas gedung bertingkat.

"Iya makanya kalo di sekolah jangan sok," sahut temannya lagi, yang memakai maskara tebal.

"Eh cewek gatal, lo tu yang sok kecakepan!" sarkas Rara sambil menengadahkan kepalanya melihat kumpulan manusia tak berakhlak itu.

"Apa lo bilang berani lo sama gue!" teriak Putri.

Putri Yanti adalah salah seorang dari musuh Rara yang iri dengan Rara, karena Rara dekat dengan Angga.

"Berani lah, tinggal baca ayat kursi langsung musnah lo!" balas Rara dengan suara semakin meninggi.

"Jadi lo bilang gue setan!"

"Gue gak bilang kaya' gitu lo." Rara pun tersenyum penuh kemenangan.

"Hei itu yang berempat, hormat di tiang bendera!" Seorang guru, datang lalu melihat Putri dan yang lainnya di atas.

Anggara (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang