20

535 70 3
                                    

Sehabis ashar, Boruto jadi keliling pesantren ditemenin Mitsuki. Mereka mulai nyari-nyari celah tersembunyi buat kabur malam nanti. Shikadai, Inojin dan Ken dipaksa tidur sama Boruto, biar punya tenaga ntar malam.

Mereka mulai memeriksa dari belakang gedung asrama cowok. Emang ada celah sih, dan temboknya tinggi juga. Nggak masalah bagi seorang shinobi kayak mereka mah.

"Lu tunggu disini dulu, gue mau cek kesana", Boruto nyuruh Mitsuki buat diem di tempat, selagi dia pergi ngecek keadaan di ujung sebelah kanan. Ada semak belukar sih, cuma ternyata nembus ke gedung belajar.

Boruto mulai mikir. Ntar kalo langsung naik ke atap bakal ketahuan nggak ya? Hm ketahuan kayaknya. Oke skip. Tangga asrama ada dua, kiri kanan. Kalo lewat jalur kanan, trus langsung ke belakang ada semak belukar.

"Mitsuki!"

Yang dipanggil langsung lari kearah Boruto.

"Kita bisa ngerayap di dinding, kayaknya ntar yang jaga malem tuh nggak sampe sini, masalahnya badan kita nggak bisa masuk", jelas cowok itu. Mitsuki mandangin semaknya lalu merogoh sakunya dan mengeluarkan shuriken. Boruto kaget.

"Lu bawa gituan?"

Mitsuki ngangguk, "iya, tadi aku pikir kita akan butuh ini".

Boruto auto meluk Mitsuki, "pinter banget dah adikkk!"

Yang dipeluk malah cengo. Setelah mengambil ancang-ancang, memperkirakan sudut yang pas, melihat-lihat orang sekitar ada yang lalu lalang atau nggak (untung sepi), barulah Mitsuki melempar shurikennya sehingga terbentuk jalur baru, tempat untuk mereka lewat tapi masih bisa menutupi badan.

"Wissss hebat!!"

"Ah, kayak kamu belum pernah lihat aja", Mitsuki senyum.

"Ntar kita lewat sini, trus kita panjat tembok", Boruto nunjuk kearah tembok di belakang mereka.

Sekarang Mitsuki menatap tajam tembok yang ditunjuk Boruto dan memanjangkan tangannya buat naik. Hamdalah atas temboknya bersih datar, nggak ada serpihan kaca yang biasa ditanam buat jaga-jaga kalau maling lewat. Dia juga bisa liat jalan raya dari sini.

Setelah itu dia turun.

"Ada jalan raya di belakang", infonya. Boruto membelalak.

"Eh serius? Berarti kita nggak usah muter ke depan, biar gue suruh sopirnya nunggu di jalan itu aja".

Mitsuki ngangguk setuju. Kemudian mereka kembali muterin pesantren. Kali aja ada celah baru.

Di saat mereka jalan melewati pohon mangga, iphone Mitsuki berdering.

"Siapa?" tanya Boruto.

"Ayah", kata Mitsuki, masih natapin layarnya kayak ragu buat ngangkat.

"Napa nggak diangkat? Kali ada yang penting".

Dengan ragu Mitsuki menekan tombol hijau lalu mendekatkan iphonenya ke telinga, "iya yah?"

"Mitsu, coba cek m-banking kamu, ayah udah transfer jajan, nanti nariknya pake ATM bersama aja, atau pake ATM Link yang merah putih ada kotaknya biar nggak kena charge", kata Orochimaru di seberang sana.

"Iya yah nanti adik tarik. Makasih ya ayah", balasnya.

"Ayah transfer 1 juta 5 ratus, biar kamu semangat belajar. Jangan lupa chat ayah nanti malam".

"Iya ayah nanti adik chat", kata Mitsuki lagi. Boruto malah nguping sambil nempelin telinganya di iphone cowok itu. Dasar jadi manusia kok kepo amat.

"Ayah tutup dulu ya. Assalamualaikum jangan?"

"Assalamualaikum ayah".

"Waalaikumsalam".

Sambungan telepon pun mati.

"Dih enak banget dapet setoran sejuta lebih!" muka Boruto langsung antusias gitu. Padahal bukan dia yang dapet duit.

"Iya tapi kalau ketahuan uangnya habis semua aku juga dimarahin", jelas Mitsuki.

"Emang pernah lu habisin?"

Cowok itu mikir, "nggak rasanya".

"Yaaah si udel".

Kemudian mereka lanjut jalan lagi. Kali ini mereka natapin pagar kawat yang misahin asrama cewek. Jadi, disebelah pagar kawat itu gedung belajar khusus cowok, di depannya ada gedung aula (aula makan dan aula pertemuan), disebelah gedung aula itu mesjid, trus disebelah gedung belajar barulah asrama cowok. dan dibalik pagar kawat itu ada gedung belajar khusus cewek, trus disebelah gedung belajar itu asrama cewek.

Intinya pesantren ini luas banget.

Btw, bekas kamar mandi tempat penyanderaan Inojin itu letaknya di wilayah paling ujung alias di wilayah cewek. agak jauh dari gedung asrama cewek juga sih, dan udah ketutupan sama ilalang. Kenapa si Cho Cho bisa bawa Inojin kesana dan nggak ketahuan? Karena si Cho Cho nekat masangin Inojin mukena dan ngeplester mulutnya pake plester bening biar tuh cowok nggak ngomong . Ya dikira auto cewek dong sama ustadzah yang jaga.

"Disini udah nggak mungkin ada celah, pagar kawat gini", kata Boruto menelaah. Mitsuki ikut ngeliat kiri kanan. Banyak kawat yang dipasangin.

"Kita juga nggak mungkin masuk wilayah cewek, ada pos jaga", tunjuk Boruto ke bangunan kecil 4x4 yang keliatan di balik pagar kawat yang sedikit terbuka untuk jalan keluar masuk anak-anak cewek ke aula dan mesjid.

"Kenapa dipasang kawat?" tanya Mitsuki heran.

"Soalnya cewek cowok juga bisa bar-bar", balas Boruto.

"Maksudnya?"

"Bikin anak", kata cowok berambut kuning itu frontal.

Mitsuki mengernyit. Seriusan dia nggak ngerti, "bikin anak itu apa? Caranya bagaimana? Apa hubungannya sama kawat?"

Boruto langsung membekap mulut Mitsuki, takut ada yang denger, "nggak disini juga jelasinnya maemunah. Sensitip ini".

Cowok itu pun nurut. Dia langsung diem nunggu penjelasan Boruto nanti di kamar saking penasarannya.

"Eh ntar cewek-cewek kita ajakin juga ah, si Sarada sama Cho Cho, gimana?" tanya Boruto minta pendapat Mitsuki.

"Hm boleh, tapi coba kita tanya dulu ke yang lain", usulnya.

Boruto ngangguk setuju, "oke deh, kuy balik".

[1] Lost in Pesantren ㅡ BORUTO: NARUTO NEXT GENERATIONS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang